Allah (Kristen)

Troitsa, ikon Tritunggal Mahakudus karya Andrei Rublev, sekitar tahun 1400

Allah menurut sebagian Kekristenan adalah Wujud Mulia Raya Mahakekal yang mencipta dan memelihara segala sesuatu.[1][2][3][4] Umat Kristen percaya bahwa Allah itu transenden (sepenuhnya lepas dan terpisah dari jagat bendawi) sekaligus imanen (melibatkan diri di dalam jagat bendawi).[5][6] Ajaran-ajaran Kristen tentang imanensi Allah, keterlibatan Allah, dan cinta kasih Allah kepada umat manusia memungkiri keyakinan akan kesehakikatan Allah dengan jagat ciptaan-Nya,[7] tetapi meyakini bahwa hakikat keilahian Allah manunggal dengan kodrat kemanusiaan di dalam pribadi Yesus Kristus melalui peristiwa yang disebut "inkarnasi".

Fikrah Kristen purba tentang Allah terjabarkan di dalam surat-surat Paulus maupun di dalam syahadat-syahadat Kristen,[4][8][9] yang menandaskan kemahaesaan Allah serta keilahian Yesus.[a][2][11][12][13] Meskipun beberapa sekte Kristen Purba, misalnya kaum Ebioni, golongan sempalan Kristen Yahudi, menggugat apoteosis Yesus,[14] konsep bahwa Yesus itu satu dengan Allah diterima umat Kristen dari bangsa-bangsa non-Yahudi yang lebih banyak jumlahnya.[15] Inilah titik anjak perbedaan pandangan umat Kristen dari bangsa-bangsa non-Yahudi tentang Allah dari ajaran-ajaran Yahudi pada masa itu.[12]

Wacana teologis seputar atribut-atribut atau sifat-sifat hakiki Allah sudah mencuat semenjak awal sejarah Kekristenan. Pada abad ke-2, Ireneus mengemukakan di dalam risalahnya bahwa "kemahabesaran Allah tidak kekurangan apa-apa, malah mewadahi segala-galanya".[16] Pada abad ke-8, Yohanes dari Damsyik menjabarkan delapan belas sifat hakiki Allah yang berterima luas sampai sekarang.[17] Seiring bergulirnya waktu, para teolog Kristen menghasilkan daftar-daftar sifat hakiki Allah yang sistematis. Ada yang mengacu kepada pernyataan-pernyataan di dalam Alkitab (misalnya doa Bapa Kami yang menyatakan bahwa Sang Bapa berada di surga), dan ada pula yang berlandaskan penalaran teologis.[18][19] Kerajaan Allah adalah frasa yang menonjol di dalam injil-injil sinoptis, dan kendati hampir semua sarjana sepakat bahwa frasa tersebut merupakan unsur utama dari ajaran-ajaran Yesus, tidak banyak mufakat yang tercapai di kalangan sarjana sehubungan dengan tafsir yang benar-benar tepat dari frasa tersebut.[20][21]

Artikel ini mengutamakan pembahasan tentang Allah dari sudut pandang Kekristenan versi Konsili Nikea. Meskipun tidak memuat doktrin resmi mengenai Tritunggal seperti Syahadat Nikea, Kitab Suci Perjanjian Baru "berulang kali berbicara tentang Bapa, Putra, dan Roh Kudus... dengan cara yang mengarahkan orang menuju pemahaman tentang Allah yang Tritunggal." Tritunggal bukanlah triteisme, karena tidak menyiratkan keberadaan tiga ilah terpisah.[22] Sekitar tahun 200, Tertulianus merumuskan salah satu versi doktrin Tritunggal yang meneguhkan keilahian Yesus secara gamblang dan nyaris separipurna doktrin Tritunggal definitif yang dirumuskan Konsili Ekumene tahun 381.[23][24] Secara ringkas, boleh dikata doktrin Tritunggal adalah ajaran bahwa "Allah Yang Mahaesa itu wujud di dalam Tiga Pribadi Yang Sehakikat, yakni Pribadi Allah Bapa, Pribadi Allah Putra, dan Pribadi Allah Roh Kudus."[25][26] Para penganut doktrin Tritunggal, yang merupakan golongan mayoritas di dalam Kekristenan, menjunjung tinggi doktrin ini sebagai inti sari iman mereka,[27][28] sementara denominasi-denominasi yang memungkiri doktrin Tritunggal memaknai Bapa, Putra, dan Roh Kudus dengan berbagai macam cara.[29]

  1. ^ Theokritoff, Elizabeth (2010) [2008]. "Part I: Doctrine and Tradition – Creator and creation". Dalam Cunningham, Mary B.; Theokritoff, Elizabeth. The Cambridge Companion to Orthodox Christian Theology. Cambridge dan Kota New York: Cambridge University Press. hlm. 63–77. doi:10.1017/CCOL9780521864848.005. ISBN 9781139001977. 
  2. ^ a b Young, Frances M. (2008). "Part V: The Shaping of Christian Theology – Monotheism and Christology". Dalam Mitchell, Margaret M.; Young, Frances M. The Cambridge History of Christianity, Jilid 1: Origins to Constantine. Cambridge dan Kota New York: Cambridge University Press. hlm. 452–469. doi:10.1017/CHOL9780521812399.027. ISBN 9781139054836. 
  3. ^ Cross, F. L.; Livingstone, E. A., ed. (2005). "Doctrine of the Trinity". The Oxford Dictionary of the Christian Church (edisi ke-3, edisi revisi). Oxford dan Kota New York: Oxford University Press. hlm. 1652–1653. doi:10.1093/acref/9780192802903.001.0001. ISBN 978-0-19-280290-3. 
  4. ^ a b Schnelle, Udo (2005) [2003]. "Part II: The Basic Structures of Pauline Thought – Theology: God as the Father of Jesus Christ". Apostle Paul: His Life and Theology (edisi ke-1). Ada, Michigan: Baker Academic. hlm. 395–400. ISBN 9781441242006. LCCN 2005025534. 
  5. ^ Basic Christian Doctrine, John H. Leith (1 Januari 1992) ISBN 0664251927 hlmn. 55-56
  6. ^ Introducing Christian Doctrine (edisi ke-2), Millard J. Erickson (1 April 2001) ISBN 0801022509 hlmn. 87-88
  7. ^ Berkhof, L. Systematic Theology, Penerbit Banner of Truth:1963, hlm.61
  8. ^ Kelly, J. N. D. (2006) [1950]. "Part II: Creeds and Baptism". Early Christian Creeds (edisi ke-3). London dan Kota New York: Continuum International. hlm. 30–61. doi:10.4324/9781315836720. ISBN 9781315836720. 
  9. ^ Fotopoulos, John (2010). "Chapter 23: 1 Corinthians". Dalam Aune, David E. The Blackwell Companion to the New Testament. Chichester, Sussex Barat: Wiley-Blackwell. hlm. 413–433. doi:10.1002/9781444318937.ch23. ISBN 9781444318937. 
  10. ^ 1 Korintus 8:5–6
  11. ^ Bernard, David K. (2019) [2016]. "Monotheism in Paul's Rhetorical World". The Glory of God in the Face of Jesus Christ: Deification of Jesus in Early Christian Discourse. Journal of Pentecostal Theology: Supplement Series. 45. Leiden dan Boston: Brill Publishers. hlm. 53–82. ISBN 978-90-04-39721-7. ISSN 0966-7393. 
  12. ^ a b Hurtado, Larry W. (2015) [1988]. "Introduction: Early Christology and Chronology – Bab 5: The Early Christian Mutation". One God, One Lord: Early Christian Devotion and Ancient Jewish Monotheism (edisi ke-3). London dan Kota New York: T&T Clark. hlm. 1–16, 97–130. ISBN 9780567657718. 
  13. ^ Hurtado, Larry W. (2005). "How on Earth Did Jesus Become a God? Approaches to Jesus-Devotion in Earliest Christianity". How on Earth Did Jesus Become a God? Historical Questions about Earliest Devotion to Jesus. Grand Rapids, Michigan dan Cambridge, Inggris: Wm. B. Eerdmans. hlm. 13–55. ISBN 978-0-8028-2861-3. 
  14. ^ ("Khotbah-Khotbah Klemens," xvi. 15)
  15. ^ "TRINITY". Jewish Encyclopedia. JewishEncyclopedia.com. Diakses tanggal 22 Agustus 2013. 
  16. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Irena27
  17. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Globe352
  18. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama SGuthrie
  19. ^ Hirschberger, Johannes. Historia de la Filosofía I, Barcelona: Herder 1977, hlm. 403
  20. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Image478
  21. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama FranceK1
  22. ^ Stagg, Frank. New Testament Theology. Broadman Press, 1962. ISBN 0-8054-1613-7
  23. ^ Prestige G.L. Fathers and Heretics SPCK:1963, hlm. 29
  24. ^ Kelly, J.N.D. Early Christian Doctrines A & C Black:1965, hlm. 280
  25. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Behr
  26. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Fair48
  27. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama mercer935
  28. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Kelly115
  29. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Mac117


Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "lower-alpha", tapi tidak ditemukan tag <references group="lower-alpha"/> yang berkaitan


From Wikipedia, the free encyclopedia · View on Wikipedia

Developed by razib.in