Bahasa Khakas (Latin: khakas tîlî, Kiril: хакас тілі, Arab: خاك تىلى) adalah salah satu bahasa dalam rumpun bahasa Turkik.[6] Penuturnya adalah suku Khakas yang kebanyakan tinggal di Republik Khakas Siberia selatan, atau Khakassia, di Rusia. Suku Khakas berjumlah 75.000, dan 20.000 di antaranya menuturkan bahasa Khakas, yang sebagian besar juga dapat menuturkan bahasa Rusia.[7]
Secara tradisional, bahasa Khakas dibagi menjadi beberapa dialek yang terkait erat: Sagay, Kacha, Koybal, Beltir, dan Kyzyl. Shor, yang nantinya diakui sebagai dialek Khakas, dituturkan oleh kelompok yang awalnya berasal dari Gornaya Shoria.
Pencatatan pertama bahasa Khakas dimulai sejak abad ke-19. Ahli bahasa berkebangsaan Finlandia, Matthias Castrén, yang menjelajahi Asia utara dan tengah antara tahun 1845 hingga 1849, telah menulis risalah mengenai dialek Koybal, dan dicatat sebagai epos. Wilhelm Radloff menjelajahi wilayah selatan Siberia antara tahun 1859 hingga 1870. Hasil penelitiannya diterbitkan dalam 4 jilid kamusny dan dalam sepuluh volume serial teks bahasa Turkik. Jilid keduanya mengandung bahan-bahan bahasa Khakas, yang diterjemahkan ke bahasa Jerman. Pada jilid ke-9, ada terjemahan ke bahasa Rusia yang disediakan oleh siswa Radloff, yaitu Katanov, yang juga merupakan orang Sagay, dan memiliki lebih banyak lagi bahan-bahan bahasa Khakas.
Bahasa sastra Khakas, yang dikembangkan hanya setelah Revolusi Rusia 1917, didasarkan pada dialek Sagay dan Kacha; dialek Beltir telah diasimilasi oleh dialek Sagay, dan dialek Koybal juga diasimilasi oleh Kacha. Pada tahun tahun 1924, alfabet Kiril mulai digunakan, dan diganti menjadi huruf Latin pada tahun 1929, yang kemudian digantikan kembali oleh aksara Kiril baru pada tahun 1939.