Bom vulkanik atau bom lava adalah massa batuan cair sebagian (tefra) yang berdiameter lebih dari 64 mm (2,5 inci), terbentuk ketika gunung berapi mengeluarkan fragmen lava kental selama letusan. Karena bom vulkanik mendingin setelah meninggalkan gunung berapi, mereka adalah batuan beku ekstrusif. Bom vulkanik dapat terlempar beberapa kilometer dari lubang yang meletus, dan seringkali memperoleh bentuk aerodinamis selama terlemparnya. Bom bisa sangat besar; letusan Gunung Asama tahun 1935 di Jepang mengeluarkan bom berukuran 5–6 m (16-20 kaki) dengan diameter hingga 600 m (2.000 kaki). Bom vulkanik adalah bahaya vulkanik yang signifikan, dan dapat menyebabkan luka parah dan kematian bagi orang-orang di zona letusan. Salah satu kejadian tersebut terjadi di gunung Galeras di Kolombia pada tahun 1993; enam orang di dekat puncak tewas dan beberapa luka parah akibat bom lava ketika gunung berapi meletus secara tak terduga. Pada 16 Juli 2018, 23 orang terluka di perahu wisata di dekat gunung Kilauea akibat bom lava berukuran bola basket dari erupsi Puna bawah 2018.[1][2]
Bom vulkanik diketahui kadang-kadang meledak karena tekanan gas internal saat mendingin, tetapi dalam banyak kasus, sebagian besar kerusakan yang diakibatkannya berasal dari benturan, atau kerusakan akibat kebakaran berikutnya. Ledakan bom paling sering diamati pada bom jenis "kerak roti".