Borobudur

Borobudur
ꦧꦫꦧꦸꦝꦸꦂ
Bagian Arupadhatu dari Candi Borobudur
Agama
AfiliasiBuddhisme
DistrikKecamatan Borobudur - Magelang
ProvinsiJawa Tengah
FestivalWaisak
StatusMasih digunakan
Lokasi
MunisipalitasKabupaten Magelang
NegaraIndonesia
Arsitektur
ArsitekGunadharma (legenda)
TipeCandi
Gaya arsitekturPiramida bertingkat dan stupa
Peletakan batu pertama770 M
Rampung825 M
Spesifikasi
Panjang123 meter (404 ft)
Lebar123 meter (404 ft)
Tinggi maksimum42 meter (138 ft) (dengan chattra)
35 meter (115 ft) (tanpa chattra)
PrasastiPrasasti Sri Kahulunan
Bahan bangunanBatu andesit
Nama resmi: Borobudur
JenisBudaya
Kriteriai, ii, vi
Ditetapkan1991
Nomor referensi592
KawasanAsia-Pasifik
Situs web
borobudurpark.com,
kebudayaan.kemdikbud.go.id/bkborobudur
Cagar budaya Indonesia
Borobudur
PeringkatNasional
KategoriKawasan
No. RegnasCB.29
Tanggal SK
  • 16 Juni 1998
  • 13 Oktober 2014
PengelolaBalai Konservasi Borobudur,
PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko
Koordinat7°36′29″S 110°12′14″E / 7.608°S 110.204°E / -7.608; 110.204
Borobudur di Jawa Tengah
Borobudur
Borobudur
Borobudur di Jawa
Borobudur
Borobudur di Indonesia
Borobudur
Nama sebagaimana tercantum dalam
Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya

Candi Borobudur (bahasa Jawa: ꦕꦟ꧀ꦝꦶꦧꦫꦧꦸꦝꦸꦂ, translit. Candhi Båråbudhur) adalah sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Candi ini terletak kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi dengan banyak stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Borobudur adalah candi atau kuil Buddha terbesar di dunia,[1][2] sekaligus salah satu monumen Buddha terbesar di dunia.[3]

Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang di atasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha.[4] Borobudur memiliki koleksi relief Buddha terlengkap dan terbanyak di dunia.[3] Stupa utama terbesar terletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang di dalamnya terdapat arca Buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).

Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha.[5] Para peziarah masuk melalui sisi timur dan memulai ritual di dasar candi dengan berjalan melingkari bangunan suci ini searah jarum jam, sambil terus naik ke undakan berikutnya melalui tiga tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga tingkatan itu adalah Kāmadhātu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan Arupadhatu (ranah tak berwujud). Dalam perjalanannya para peziarah berjalan melalui serangkaian lorong dan tangga dengan menyaksikan tak kurang dari 1.460 panel relief indah yang terukir pada dinding dan pagar langkan.

Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-10 seiring dipindahnya pusat Kerajaan Mataram Kuno ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok.[6] Dunia mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan pemugaran (perbaikan kembali). Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun waktu 1975 hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO, kemudian situs bersejarah ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia.[3]

Borobudur kini masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan; tiap tahun umat Buddha yang datang dari seluruh Indonesia dan mancanegara berkumpul di Borobudur untuk memperingati Trisuci Waisak. Terkait kepariwisataan, Borobudur adalah objek wisata tunggal di Indonesia yang paling banyak dikunjungi wisatawan.[7][8][9]

Pada 11 Februari 2022, pemerintah meresmikan status Candi Borobudur kembali sebagai tempat peribadatan umat Buddha di Indonesia dan dunia.[10]

  1. ^ "Largest Buddhist temple". Guinness World Records. Guinness World Records. Diakses tanggal 27 January 2014. 
  2. ^ "Guinness names Borobudur world's largest Buddha temple". The Jakarta Post. Wednesday, July 04 2012, 4:50 PM. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-11-05. Diakses tanggal 27 January 2014. 
  3. ^ a b c "Borobudur Temple Compounds". UNESCO World Heritage Centre. UNESCO. Diakses tanggal 28 December 2008. 
  4. ^ Soekmono (1976), halaman 35–36.
  5. ^ Kartapranata, Gunawan (2007-06-01). "Upacara Waisak di Borobudur (Infografik)" (Infographic) (dalam bahasa Indonesian). Harian "Kompas". 
  6. ^ Soekmono (1976), halaman 4.
  7. ^ Mark Elliott ... (2003). Indonesia. Melbourne: Lonely Planet Publications Pty Ltd. hlm. 211–215. ISBN 1-74059-154-2.  .
  8. ^ Mark P. Hampton (2005). "Heritage, Local Communities and Economic Development". Annals of Tourism Research. 32 (3): 735–759. doi:10.1016/j.annals.2004.10.010. 
  9. ^ E. Sedyawati (1997). "Potential and Challenges of Tourism: Managing the National Cultural Heritage of Indonesia". Dalam W. Nuryanti (ed.). Tourism and Heritage Management. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. hlm. 25–35. 
  10. ^ "Candi Borobudur dan Prambanan Resmi Jadi Tempat Peribadatan Dunia". CNN Indonesia. Diakses tanggal 2022-02-11. 

From Wikipedia, the free encyclopedia · View on Wikipedia

Developed by Tubidy