Burung tak terbang (Flightless birds) merupakan burung yang melalui proses evolusi kehilangan kemampuan untuk terbang.[1] Ada 60 spesies burung yang tak mampu terbang yang masih hidup, termasuk burung-burung ratite (burung unta, emu, kasuari, rhea, kiwi) dan penguin. Burung terkecil yang tidak mampu terbang adalah Mandar Pulau Inaccessible (panjang 12.5 cm, berat 34.7 g) sementara yang paling besar adalah burung unta (2.7 m, 156 kg), yang juga menjadi burung terbesar yang masih hidup secara umum.
Banyak burung domestik, seperti ayam domestik dan bebek domestik kehilangan kemampuan untuk terbang dalam waktu lama, meski spesies ancestral mereka, ayam hutan merah dan itik melewar mampu untuk terbang dalam waktu lama. Beberapa burung hasil kawinan, seprti kalkun dada lebar putih kehilangan kemampuan terbangnya karena hasil seleksi buatan, yang dimana burung yang dikawini menumbuhkan dada yang besar, sehingga terlalu berat untuk didukung sayap burung itu sendiri.
Ketidakmampuan terbang sudah berevolusi pada berbagai jenis burung secara independen.[2] Ada famili dari burung tak terbang, seperti Phorusrhacidae yang sudah punah, yang berevolusi menjadi predator darat yang kuat. Famili lain yang mengembangan adaptasi lebih jauh yaitu burung teror (dan kerabatnya, bathornithidae), eogruidae, geranoididae, gastornithiform dan dromorithinidae (semuanya punah), mengembangkan bentuk tubuh yang mirip, namun tidak satupun dari mereka yang berkerabat dekat. Lebih jauh, mereka juga memiliki kesamaan, yaitu berukuran besar, dengan sayap vestigial, kaki panjang, dan leher panjang, dengan beberapa ratites, meski tidak berkerabat.[3][4]
|pmid=
(bantuan).