Elizabeth II | |||||
---|---|---|---|---|---|
Kepala Persemakmuran | |||||
Ratu Britania Raya dan Alam Persemakmuran lainnya | |||||
Berkuasa | 6 Februari 1952 – 8 September 2022 (70 tahun, 214 hari) | ||||
Penobatan | 2 Juni 1953 | ||||
Pendahulu | George VI | ||||
Penerus | Charles III | ||||
Perdana Menteri | |||||
Kelahiran | Putri Elizabeth dari York 21 April 1926 Mayfair, London, Inggris | ||||
Kematian | 8 September 2022 Istana Balmoral, Aberdeenshire, Skotlandia | (umur 96)||||
Pemakaman | 19 September 2022 Kapel Memorial Raja George VI, Kapel Santo Georgius, Kastel Windsor | ||||
Pasangan | |||||
Keturunan | |||||
| |||||
Wangsa | Windsor | ||||
Ayah | George VI | ||||
Ibu | Elizabeth Bowes-Lyon | ||||
Agama | Protestan | ||||
Tanda tangan | |||||
Elizabeth II (Elizabeth Alexandra Mary, 21 April 1926 – 8 September 2022[catatan 1]) [1] adalah ratu monarki konstitusional dari 16 negara berdaulat (dikenal sebagai Alam Persemakmuran) dan teritori beserta dependensinya, serta ketua dari 54 anggota Negara-Negara Persemakmuran, sejak penobatannya pada tahun 1952 sampai kematiannya pada tahun 2022. Semasa hidupnya, Ratu Elizabeth II juga merupakan Gubernur Agung Gereja Inggris.
Setelah naik takhta pada tanggal 6 Februari 1952, Ratu Elizabeth menjadi Ketua Persemakmuran sekaligus ratu dari tujuh Alam Persemakmuran (Commonwealth Realms) merdeka, yaitu: Britania Raya, Kanada, Australia, Selandia Baru, Afrika Selatan, Pakistan dan Sri Lanka. Dari tahun 1956 sampai 1992, jumlah Alam Persemakmurannya bervariasi dan beberapa wilayah merdeka bertransformasi menjadi negara republik. Selain empat negara pertama yang disebut di atas, Elizabeth juga merupakan Ratu dari Jamaika, Bahama, Grenada, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Tuvalu, Saint Lucia, Saint Vincent dan Grenadines, Belize, Antigua dan Barbuda, serta Saint Kitts dan Nevis.
Masa pemerintahannya selama 72 tahun merupakan masa pemerintahan terlama dalam sejarah Monarki Britania Raya serta pemimpin monarki kedua di dunia dengan masa kekuasaan terlama, melampaui masa pemerintahan nenek buyutnya, Ratu Victoria, yang memerintah selama 63 tahun. Dia merupakan pemimpin monarki Britania Raya paling berpengaruh dalam 150 tahun terakhir.
Elizabeth lahir di London dan menempuh pendidikan secara privat. Ayahnya naik takhta menjadi George VI pada tahun 1936 setelah pamannya, Edward VIII, melepaskan takhtanya, dan secara tidak terduga Elizabeth menjadi penerus takhta berikutnya. Elizabeth mulai menjalankan tugas sosialnya selama terjadinya Perang Dunia II dengan bertugas di palang merah. Pada tahun 1947, ia menikah dengan Pangeran Philip, Adipati Edinburgh, dan kemudian dikaruniai empat orang anak, yaitu Charles, Anne, Andrew, dan Edward. Upacara penobatannya dilaksanakan pada tahun 1953 dan merupakan upacara penobatan pertama yang disiarkan melalui televisi.
Ratu Elizabeth sudah melakukan berbagai pertemuan dan kunjungan kenegaraan bersejarah, termasuk kunjungan kenegaraan ke Republik Irlandia dan kunjungan timbal balik dari dan ke Paus Katolik Roma. Ratu Elizabeth juga telah menjadi saksi hidup atas berbagai perubahan besar yang terjadi dalam konstitusi Alam Persemakmurannya, seperti devolusi di Britania Raya, dan pemisahan konstitusi Kanada. Sedangkan secara personal, Ratu juga telah menyaksikan berbagai peristiwa penting yang terjadi dalam monarkinya, termasuk kelahiran dan pernikahan anak serta cucunya, upacara penobatan Pangeran Wales, dan perayaan Yubileum perak, emas, dan berliannya pada tahun 1977, 2002, dan 2012.
Berbagai peristiwa bersejarah juga terjadi selama masa pemerintahan Ratu Elizabeth, baik di Britania Raya maupun Alam Persemakmurannya, di antaranya peristiwa Perang Dingin, the Troubles di Irlandia Utara, Perang Falkland, dan Perang Afganistan. Ada juga saat-saat duka yang dilaluinya, termasuk kematian ayahandanya pada usia 56 tahun, pembunuhan paman Pangeran Philip, kehancuran rumah tangga putra-putrinya pada tahun 1992, kematian menantunya, Diana, Putri Wales pada tahun 1997, serta kematian ibu dan adiknya pada tahun 2002. Ratu Elizabeth dan keluarga kerajaannya sering kali menerima berbagai kritikan dan kecaman dari media massa dan tokoh-tokoh prorepublik, namun popularitas pribadi dan dukungan yang mengalir untuk kerajaan tetap tinggi.