Artikel ini memberikan informasi dasar tentang topik kesehatan. |
Epilepsi | |
---|---|
Penyamarataan lonjakan dan gelombang 3 Hz pada elektroencefalogram | |
Informasi umum | |
Spesialisasi | Neurologi, epileptology |
Ayan , saman atau Epilepsi (berasal dari kata kerja Yunani Kuno ἐπιλαμβάνειν yang berarti "menguasai, memiliki, atau menimpa")[1] adalah sekelompok gangguan neurologis jangka panjang yang cirinya ditandai dengan serangan-serangan epileptik.[2] Serangan epileptik ini episodenya bisa bermacam-macam mulai dari serangan singkat dan hampir tak terdeteksi hingga guncangan kuat untuk periode yang lama.[3] Dalam epilepsi, serangan cenderung berulang, dan tidak ada penyebab yang mendasari secara langsung [2] sementara serangan yang disebabkan oleh penyebab khusus tidak dianggap mewakili epilepsi.[4] Dalam bahasa Indonesia digunakan istilah "penyakit ayan" untuk berbagai kasus epilepsi.
Dalam kebanyakan kasus, penyebabnya tidak diketahui, walaupun beberapa orang menderita epilepsi sebagai akibat dari cedera otak, stroke, kanker otak, dan penyalahgunaan obat dan alkohol, di antaranya. Kejang epileptik adalah akibat dari aktivitas sel saraf kortikal yang berlebihan dan tidak normal di dalam otak.[4] Diagnosisnya biasanya termasuk menyingkirkan kondisi-kondisi lain yang mungkin menyebabkan gejala-gejala serupa (seperti sinkop) serta mencari tahu apakah ada penyebab-penyebab langsung. Epilepsi sering bisa dikonfirmasikan dengan elektroensefalografi (EEG).
Epilepsi tidak bisa disembuhkan, tetapi serangan-serangan bisa dikontrol dengan pengobatan pada sekitar 70% kasus.[5] Bagi mereka yang serangannya tidak berespon terhadap pengobatan, bedah, stimulasi saraf atau perubahan asupan makanan bisa dipertimbangkan. Tidak semua gejala epilepsi berlangsung seumur hidup, dan sejumlah besar orang mengalami perbaikan bahkan hingga pengobatan tidak diperlukan lagi. Epilepsi seperti halnya tuberkulosis pengobatannya harus tuntas, walaupun tampaknya sudah sehat. Pada epilepsi pengobatan dihentikan satu tahun setelah serangan terakhir.
Sekitar 1% penduduk dunia (65 juta) menderita epilepsi,[6] dan hampir 80% kasus muncul di negara-negara berkembang.[3] Epilepsi menjadi lebih sering ditemui seiring dengan berjalannya usia.[7][8] Di negara-negara maju, gejala awal dari kasus-kasus baru muncul paling sering di kalangan anak-anak dan manula;[9] di negara-negara berkembang paling sering muncul di kalangan anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa muda,[10] karena perbedaan dalam kekerapan penyebab-penyebab yang mendasarinya. Sekitar 5–10% dari semua orang akan mengalami kejang tanpa sebab sebelum mencapai usia 80,[11] dan kemungkinan mengalami serangan kedua berkisar antara 40 dan 50%.[12] Di banyak wilayah dunia, mereka yang menderita epilepsi dibatasi dalam mengemudi atau tidak diperbolehkan sama sekali,[13] tetapi kebanyakan bisa kembali mengemudi setelah periode tertentu bebas serangan.
<ref>
tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama magiorkinis_2010
<ref>
tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama Thur2011
<ref>
tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama Poor2012
<ref>
tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama AFP2012
<ref>
tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama Drive2012