Istilah filsafat sejarah merujuk pada aspek teoretis sejarah dalam dua pengertian. Sudah menjadi kebiasaan untuk membedakan filsafat kritis sejarah dengan filsafat spekulatif sejarah. Filsafat kritis sejarah adalah aspek "teori" dari disiplin ilmu sejarah akademis, dan berkaitan dengan permasalahan seperti asal-usul bukti sejarah, sejauh mana objektivitas dapat dilakukan, dan sebagainya. Filsafat spekulatif sejarah adalah bidang filsafat tentang signifikansi hasil, jika ada, dari sejarah manusia.[1] Lebih lanjut, teori ini berspekulasi mengenai kemungkinan akhir teologis terhadap perkembangannya-yaitu, mempertanyakan apakah ada prinsip-prinsip desain, tujuan, atau petunjuk; atau finalitas dalam proses sejarah manusia. Bagian dari Marxisme, misalnya, merupakan filsafat spekulatif sejarah. Contoh lainnya adalah "historiosofi", istilah yang dikenalkan pada 1838 oleh August Cieszkowski untuk menjelaskan pemahamannya atas sejarah.[2] Meski terdapat beberapa tumpang tindih, keduanya biasanya dapat dibedakan; sejarawan profesional modern cenderung skeptis mengenai filsafat spekulatif sejarah.
Terkadang filsafat kritis sejarah termasuk dalam historiografi. Filsafat sejarah jangan sampai tertukar dengan sejarah filsafat, yang merupakan kajian mengenai perkembangan gagasan filsafat dalam konteks sejarahnya.[3]
This suggests that kabbalistic circles were using metaphysics to reify historical reality, which led Scholem to coin the term "historiosophy" to describe his understanding of history and metaphysics.