Formula Satu musim 1958

Formula Satu musim 1958
Juara Dunia Pembalap: Mike Hawthorn
Pemenang Piala Internasional: Vanwall
Sebelum: 1957 Sesudah: 1959
Mike Hawthorn berhasil memenangkan gelar Kejuaraan Dunia Pembalap musim 1958, dengan mengendarai mobil Ferrari 246 F1.
Stirling Moss, dengan membalap untuk tim Vanwall, menjadi runner up, dengan selisih hanya satu poin saja di belakang Hawthorn.
Tim Vanwall berhasil memenangkan gelar Piala Internasional untuk Produsen Formula Satu.
Tim Ferrari berada di posisi kedua dengan mobil Ferrari 246 F1.

Formula Satu musim 1958 merupakan musim Kejuaraan Dunia FIA Formula Satu yang ke-9, yang dimulai pada tanggal 19 Januari 1958, dan berakhir pada tanggal 19 Oktober setelah sebelas lomba.[1] Di musim ini juga digelar beberapa balapan non-kejuaraan yang melengkapi lomba-lomba resmi. Tampil sebagai juara dunia adalah Mike Hawthorn (Scuderia Ferrari). Sementara gelar juara dunia konstruktor berhasil diraih oleh tim Vanwall.

Musim 1958 ini menjadi musim yang pertama di mana Kejuaraan Dunia untuk kategori konstruktor digelar.[2]

Musim ini adalah salah satu musim paling penting dan tragis dalam sejarah ajang Formula Satu. Empat pembalap tewas dalam empat balapan berbeda selama musim ini. Pembalap asal Italia, yaitu Luigi Musso, dalam Ferrari karyanya selama Grand Prix Prancis di Reims; rekan setim Musso, yaitu pembalap asal Inggris, Peter Collins, selama Grand Prix Jerman di Nürburgring, pembalap asal Inggris, yaitu Stuart Lewis-Evans, di Vanwall-nya di Grand Prix Maroko di Casablanca, dan dalam balapan non-Formula Satu, Pat O'Connor dari Amerika Serikat di Indianapolis 500. Hawthorn pensiun dari ajang balap mobil setelah kesuksesannya, tetapi tewas dalam kecelakaan di jalan raya hanya beberapa bulan kemudian. Musim ini juga secara efektif merupakan tahun terakhir balap Grand Prix di mana lapangan didominasi oleh mobil bermesin depan; ini telah terjadi sejak awal dasawarsa 1900-an, ketika balap mobil terjadi dalam acara informal di seluruh benua Eropa dan negara Amerika Serikat. Musim 1959 dan 1960 akan menjadi tahun transisi, di mana grid di acara Grand Prix akan menampilkan lebih banyak mobil bermesin tengah dan lebih sedikit mobil bermesin depan. Mobil bermesin tengah, dengan daya tahan jalan yang lebih baik, peningkatan kenyamanan berkendara, bobot yang lebih ringan, dan kemudahan pada ban dan komponen mekanis (terutama rem) jelas merupakan jalan yang harus ditempuh. Bahkan seorang tradisionalis kuno seperti Enzo Ferrari harus mengakui bahwa mobil bermesin tengah adalah apa yang dibutuhkan oleh timnya agar bisa kompetitif, dan Ferrari tidak memiliki mobil bermesin tengah yang siap untuk balapan sampai dengan tahun 1961.

  1. ^ FIA Yearbook, 1974, Grey section, page 118
  2. ^ FIA Yearbook, 1974, Grey section, page 120

From Wikipedia, the free encyclopedia · View on Wikipedia

Developed by Tubidy