Penyuntingan Artikel oleh pengguna baru atau anonim untuk saat ini tidak diizinkan. Lihat kebijakan pelindungan dan log pelindungan untuk informasi selengkapnya. Jika Anda tidak dapat menyunting Artikel ini dan Anda ingin melakukannya, Anda dapat memohon permintaan penyuntingan, diskusikan perubahan yang ingin dilakukan di halaman pembicaraan, memohon untuk melepaskan pelindungan, masuk, atau buatlah sebuah akun. |
Gatot Nurmantyo | |
---|---|
Panglima Tentara Nasional Indonesia ke-19 | |
Masa jabatan 8 Juli 2015 – 8 Desember 2017 | |
Presiden | Joko Widodo |
Kepala Staf TNI Angkatan Darat ke-30 | |
Masa jabatan 25 Juli 2014 – 15 Juli 2015 | |
Presiden | Susilo Bambang Yudhoyono Joko Widodo |
Wakil | M. Munir (2014-15) |
Panglima TNI | Moeldoko (2014-15) |
Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat ke-35 | |
Masa jabatan 5 Juni 2013 – 5 September 2014 | |
Dankodiklat TNI-AD | |
Masa jabatan 21 Oktober 2011 – 5 Juni 2013 | |
Panglima Komando Daerah Militer V/Brawijaya | |
Masa jabatan 2010 – 21 Oktober 2011 | |
Pendahulu Mayor Jenderal TNI Suwarno | |
Informasi pribadi | |
Lahir | 13 Maret 1960 Slawi, Tegal |
Suami/istri | Hj. Enny Trimurti |
Anak | 3 |
Orang tua |
|
Almamater | Akabri Darat (1982) |
Karier militer | |
Pihak | Indonesia |
Dinas/cabang | TNI Angkatan Darat |
Masa dinas | 1982–2018 |
Pangkat | Jenderal TNI |
NRP | 29442 |
Satuan | Infanteri |
Pertempuran/perang | |
Sunting kotak info • L • B |
Jenderal TNI (Purn.) H. Gatot Nurmantyo, S.I.P. (lahir 13 Maret 1960),[2] adalah mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia (2015-2017).[3][4] Sebelumnya, Gatot merupakan Kepala Staf TNI Angkatan Darat ke-30 yang mulai menjabat sejak tanggal 25 Juli 2014 setelah ditunjuk oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menggantikan Jenderal TNI Budiman.[5][6][7][8] Ia sebelumnya juga pernah menjabat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) menggantikan Letnan Jenderal TNI Muhammad Munir. Pada bulan Juni 2015, ia diajukan oleh Presiden Joko Widodo sebagai calon Panglima TNI, menggantikan Jenderal Moeldoko yang memasuki masa purna baktinya.[9]
Gatot bersama tokoh pemerintahan lainnya beserta para aktivis sosial bergabung dalam aksi untuk mendukung toleransi beragama selama periode unjuk rasa di Jakarta pada bulan November 2016. Bersama dengan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, Kapolri Tito Karnavian dan aktivis Islam seperti Yenny Wahid, mereka menggalang dukungan untuk persatuan antar agama sebagai penyeimbang dari aksi unjuk rasa yang digelar sebelumnya terhadap Gubernur DKI Jakarta beragama Kristen keturunan Tionghoa, Basuki Tjahaja Purnama yang diwarnai elemen intoleransi dan Sinofobia.[10][11]
<ref>
tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama Suara