Giovanni Pico della Mirandola adalah salah seorang filsuf dari Italia yang berpengaruh pada zaman Renaissans.[1][2] Ia lahir pada tahun 1463 dan meninggal tahun 1494.[2] Pico adalah seorang sarjana dalam bidang Hukum Gereja, serta menguasai banyak bahasa, seperti bahasa Latin, bahasa Yunani, bahasa Spanyol, bahasa Prancis, dan bahasa Arab.[1] Selain itu, ia mempelajari filsafat Klasik dan filsafat Skolastik.[1] Pada tahun 1486, Pico menulis 900 tesis yang diharapkan dapat didiskusikan secara terbuka di Roma mengenai penggabungan antara teologi dan filsafat.[1][2] Paus kemudian memutuskan untuk melarang 900 tesis Pico sehingga Pico melarikan diri ke Prancis, tetapi kemudian tertangkap dan dipenjarakan pada tahun 1488.[2] Setelah dibebaskan, Pico kembali ke kota Florenz dan tinggal di sana hingga wafatnya.[1]
Pemikiran Pico sangat menekankan posisi manusia yang mengatasi semua hal lainnya.[1] Ia memulai filsafatnya dengan membandingkan pemikiran Abad Pertengahan dengan pandangan Renaissans tentang manusia.[1] Abad Pertengahan melihat manusia dengan kodrat yang tidak dapat berubah, serta melihat manusia terlepas dengan keterkaitan manusia dengan dunia dan manusia lain.[1] Sedangkan pandangan Renaissans menampilkan manusia sebagai makhluk yang berkembang, berubah-ubah, dan tidak statis.[1] Karena itu, manusia harus merancang dan mengubah kodratnya sendiri melalui tindakan moral-spiritual.[1] Hal itu dipandang Pico sebagai hak istimewa yang diberikan Tuhan kepada manusia.[1]