Gunung Tambora

Gunung Tambora
Kaldera Gunung Tambora
Titik tertinggi
Ketinggian2.850 m (9.350 ft)
Koordinat8°15′0″S 118°0′0″E / 8.25000°S 118.00000°E / -8.25000; 118.00000
Geografi
Tambora di Indonesia
Tambora
Tambora
Lokasi Gunung Tambora di Indonesia
LetakSemenanjung Sanggar, Sumbawa
DaerahKabupaten Dompu dan Bima, Nusa Tenggara Barat, Indonesia
Geologi
Usia batuanPleistosen AkhirHolosen
Jenis gunungGunung berapi kerucut trakibasalt-trakiandesit
Busur vulkanikBusur Sunda / Sabuk alpida
Letusan terakhir1967[1]
Sumbawa di Indonesia Sumbawa
Gunung Tambora
Gunung Tambora
Kaldera Tambora dapat dilihat pada semenanjung Pulau Sumbawa bagian utara.

Gunung Tambora (atau Tomboro) adalah sebuah gunung berapi kerucut aktif yang terletak di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Gunung ini terletak di dua kabupaten yaitu Kabupaten Dompu yang mencakup lereng bagian barat dan selatan dan Kabupaten Bima yang mencakup lereng bagian timur dan utara. Gunung Tambora merupakan salah satu gunung tunggal (terpisah dari pegunungan) terluas di Indonesia, yang bertipikal seperti Gunung Slamet di Jawa Tengah. Gunung ini terbentuk akibat zona subduksi aktif di bawahnya. Pada masa lampau, ketinggian Gunung Tambora mencapai sekitar 4.300 m[2] yang membuat gunung ini menjadi salah satu puncak tertinggi di Indonesia di masa lalu.

Aktivitas vulkanis gunung berapi ini memuncak dengan letusan pada April 1815 yang mencapai skala tujuh VEI.[3] Letusan tersebut menjadi letusan vulkanis terbesar sejak letusan Taupo pada tahun 181.[4] Suara letusan tercatat terdengar hingga pulau Sumatra lebih dari 2.000 km ke barat. Hujan abu vulkanis terjadi di Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan Maluku. Letusan tersebut menelan korban jiwa sedikitnya 71.000 orang dengan 11.000—12.000 di antaranya merupakan korban langsung dari letusan.[4] Beberapa peneliti memperkirakan jumlah korban jiwa mencapai 92.000 orang, tetapi angka ini diragukan karena dinilai terlalu besar.[5] Letusan tersebut juga menyebabkan perubahan iklim dunia saat itu. Tahun berikutnya (1816) sering disebut sebagai tahun tanpa musim panas dengan adanya perubahan cuaca drastis di Amerika Utara dan Eropa akibat debu yang dihasilkan dari letusan. Peristiwa tersebut menyebabkan kegagalan panen dan kematian ternak massal yang pada gilirannya menyebabkan wabah kelaparan terburuk pada abad ke-19.[4]

Pada sebuah ekskavasi tahun 2004 di wilayah Gunung Tambora, sekelompok arkeolog menemukan sisa kebudayaan yang terkubur 3 meter di bawah endapan piroklastik dari letusan tahun 1815. Temuan ini sering disebut sebagai Pompeii dari Timur akibat kemiripannya dengan Kota Pompeii di Italia yang terkubur material letusan vulkanis.[6]

  1. ^ "Tambora". Global Volcanism Program. Smithsonian Institution. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-02-20. Diakses tanggal 2006-10-17. 
  2. ^ Stothers, R. B. (1984). "The Great Tambora Eruption in 1815 and Its Aftermath". Science. 224 (4654): 1191–1198. doi:10.1126/science.224.4654.1191. 
  3. ^ Degens, E. T.; Buch, B. (1989). "Sedimentological events in Saleh Bay, off Mount Tambora". Netherlands Journal of Sea Research. 24 (4): 399–404. doi:10.1016/0077-7579(89)90117-8. 
  4. ^ a b c Oppenheimer, C. (2003). "Climatic, environmental and human consequences of the largest known historic eruption: Tambora volcano (Indonesia) 1815". Progress in Physical Geography. 27 (2): 230–259. doi:10.1191/0309133303pp379ra. 
  5. ^ Tanguy, J.-C.; Scarth, A.; Ribière, C.; Tjetjep, W. S. (1998). "Victims from volcanic eruptions: a revised database". Bulletin of Volcanology. 60 (2): 137–144. doi:10.1007/s004450050222. 
  6. ^ "URI volcanologist discovers lost kingdom of Tambora" (Siaran pers). University of Rhode Island. 2006-02-27. Diakses tanggal 2006-10-06. 

From Wikipedia, the free encyclopedia · View on Wikipedia

Developed by Tubidy