Hipatia

Hipatia
Lukisan yang menggambarkan Hipatia karya Alfred Seifert dari tahun 1901. Sebagai catatan, tidak ada gambar Hipatia dari zaman kuno, dan lukisan ini merupakan hasil imajinasi senimannya.
LahirAntara tahun 350–370 M
Aleksandria, Mesir Romawi, Kekaisaran Romawi Timur
MeninggalMaret 415 M (umur 44–65)
Aleksandria, Provinsi Mesir, Kekaisaran Romawi Timur
EraFilsafat kuno
KawasanFilsafat Barat
AliranNeoplatonisme
Minat utama

Hipatia[a] (lahir antara 350 dan 370; meninggal tahun 415) adalah seorang filsuf, astronom, dan matematikawan Helenistik yang tinggal di kota Aleksandria, Mesir, yang pada masa itu merupakan bagian dari Kekaisaran Romawi Timur. Ia merupakan filsuf aliran neoplatonisme di Aleksandria, tempat ia mengajar ilmu filsafat dan astronomi. Ia adalah matematikawan wanita pertama dengan keterangan sejarah yang cukup mudah untuk ditemui. Hipatia dikenal pada masanya sebagai seorang guru besar dan penasihat yang bijaksana. Ia pernah menulis sebuah ulasan untuk Aritmetika karya Diofantos yang terdiri atas tiga belas jilid, dan ulasan ini telah disisipkan ke dalam naskah aslinya. Ia juga pernah membuat ulasan untuk risalah Apolonios dari Perga mengenai irisan kerucut, tetapi ulasan ini sudah hilang ditelan zaman. Banyak ahli modern yang meyakini bahwa Hipatia mungkin pernah menyunting naskah Almagest karya Ptolemaios berdasarkan judul ulasan buatan ayahnya, Theon, untuk Buku III Almagest.

Hipatia dikenal karena pernah membuat astrolab dan hidrometer, tetapi ia bukanlah penemu kedua alat ini, dan alat-alat ini sendiri sudah digunakan jauh sebelum ia lahir. Walaupun Hipatia adalah seorang pagan, ia toleran terhadap orang-orang Kristen dan memiliki banyak murid Kristen, termasuk Sinesios yang kelak akan menjadi Uskup Ptolemais. Sumber-sumber kuno mencatat bahwa Hipatia disukai oleh orang pagan maupun Kristen, dan ia sangat berpengaruh di kalangan elit politik Aleksandria. Menjelang akhir hayatnya, Hipatia menasihati Orestes, prefek Romawi di Aleksandria yang saat itu tengah bersaing secara politik dengan Uskup Aleksandria Kirilos. Muncul desas desus bahwa Hipatia adalah orang yang membuat Orestes tidak bisa rukun dengan Kirilos, dan pada Maret 415, Hipatia dibunuh oleh gerombolan Kristen yang dipimpin oleh seorang lektor yang bernama Petros.

Pembunuhan Hipatia mengguncang kekaisaran dan menjadikannya seorang "martir filsafat", sehingga tokoh-tokoh neoplatonis sesudahnya (seperti Damaskios) menjadi semakin ganas dalam mengkritik agama Kristen. Pada Abad Pertengahan, Hipatia dijadikan simbol kebajikan Kristen, dan para ahli meyakini bahwa legenda Santa Katarina dari Aleksandria dilandaskan pada kisah Hipatia. Pada Abad Pencerahan, Hipatia menjadi simbol perlawanan terhadap agama Katolik. Pada abad ke-19, karya-karya sastra Eropa (khususnya novel Hypatia karya Charles Kingsley dari tahun 1853) meromantisasi Hipatia sebagai "orang Helen terakhir". Pada abad ke-20, Hipatia juga menjadi simbol dalam pergerakan hak wanita. Semenjak akhir abad ke-20, mulai muncul penggambaran yang mengait-ngaitkan kematian Hipatia dengan kehancuran Perpustakaan Aleksandria, meskipun faktanya perpustakaan itu sudah tidak lagi ada pada masa kehidupan filsuf wanita tersebut.
Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "lower-alpha", tapi tidak ditemukan tag <references group="lower-alpha"/> yang berkaitan


From Wikipedia, the free encyclopedia · View on Wikipedia

Developed by Tubidy