Biografi | |
---|---|
Kelahiran | 8 Desember 1886 Kramatwatu |
Kematian | 12 November 1960 (73 tahun) Jakarta |
Kegiatan | |
Pekerjaan | sejarawan |
Keluarga | |
Keluarga | Keluarga Djajadiningrat |
Pasangan nikah | Partini (en) (1921–) |
Saudara | Achmad Djajadiningrat dan Hilman Djajadiningrat |
Kerabat | Erna Djajadiningrat (keponakan perempuan) Idrus Nasir Djajadiningrat (keponakan laki-laki) Maria Ulfah Santoso (maternal cousin (en) ) |
Prof. Dr. Pangeran Ario Hussein Jayadiningrat (ejaan lama: Hoessein Djajadiningrat, aksara Sunda: ᮠᮥᮞᮦᮔ᮪ ᮏᮚᮓᮤᮔᮤᮀᮛᮒ᮪, 8 Desember 1886 – 12 November 1960) adalah sejarawan, sastrawan, dan ilmuwan Sunda, ia merupakan salah seorang sarjana pribumi pertama di Hindia Belanda dan sekaligus pribumi pertama yang menerima gelar akademik tertinggi (doktor).
Husein merupakan salah satu pelopor tradisi keilmuan di Indonesia. Ketika masih remaja, ia dikenal sebagai pemuda yang pintar dan berbakat, baik dalam ilmu agama, maupun ilmu barat. Melihat bakat dan potensi yang dimiliki Husein, Snouck Hurgronje menyekolahkan Husein ke Universitas Kerajaan Leiden hingga meraih gelar doktor dengan disertasinya yang berjudul Critische Beschouwing van de Sadjarah Banten dan mendapat predikat "terpuji" (cum laude) dari promotornya, Snouck Hurgronje.[1]
Disertasi Husein telah membuka jalan bagi penelitian tentang historiografi Indonesia sehingga ia pun dikenal pula sebagai “bapak metodologi penelitian sejarah Indonesia”. Dialah pribumi Indonesia pertama yang menjadi guru besar, dan dikenal sebagai ahli keislaman yang terkenal pada masa hidupnya.