Orang interseks dahulu disebut menggunakan istilah hermafrodit atau kasim kongenital.[8][9] Istilah lainnya yang juga pernah digunakan di antaranya adalah hermafroditisme sejati dan pseudohermafroditisme perempuan/laki-laki yang dahulu digunakan pada upaya-upaya awal dalam klasifikasi kondisi interseks.[10] Istilah-istilah ini tidak digunakan lagi untuk menyebut kondisi interseks, terutama untuk "hermafrodit", karena dianggap tidak tepat serta membuat stigma.[11] Hermafrodit merupakan istilah untuk hewan dan tumbuhan yang individunya memiliki organ reproduksi jantan dan betina sekaligus. Pada tahun 1917, Richard Goldschmidt, genetikawan Amerika Serikat, menggunakan istilah "interseksualitas" (intersexuality) untuk mendeskripsikan beberapa kerancuan jenis kelamin. Psikolog dan seksolog Kenneth J. Zucker menggunakan istilah tersebut dalam karya-karyanya dan "interseksualitas" pun menjadi istilah yang cenderung digunakan untuk menyebut berbagai sindrom diferensiasi jenis kelamin.[10] Sementara itu, istilah "interseks" diperdebatkan karena istilah tersebut tidak membedakan diagnosis berdasarkan gender. Pada tahun 2006, istilah "ganguan perkembangan seks" (disorders of sex development, DSD) diajukan sebagai pengganti "interseks" untuk mendeskripsikan kerancuan jenis kelamin fisik.[12] DSD ditentukan oleh kondisi kongenital (bawaan lahir) pada perkembangan kromosom, kelenjar kelamin, atau anatomi jenis kelamin yang tidak umum. Akan tetapi, deskripsi kondisi-kondisi interseks sebagai gangguan perkembangan seks telah dinilai kontroversial[12][13][14] sejak penggunaannya dimulai pada tahun 2006.[15]
Orang interseks rentan memperoleh stigma dan diskriminasi baik sejak lahir ataupun mulai saat kondisi interseksnya ditemukan (misalnya pada saat pubertas). Anak interseks dapat menjadi korban dari infantisida (pembunuhan bayi) atau ditelantarakan oleh orang tuanya. Keluarga dari orang interseks juga dapat menerima stigma.[16][17][18] Beberapa anak interseks juga dioperasi atau diberikan hormon agar memiliki karakteristik seksual yang umum. Akan tetapi, praktik ini dinilai kontroversial dan tidak dilandasi oleh bukti yang tegas mengenai manfaatnya.[19] Praktik tersebut dapat mencakup sterilisasi (pemandulan). Orang interseks dewasa juga dapat menjadi subjek dari praktik-praktik tersebut, termasuk di antaranya atlet.[20][21] Situasi ini dinilai merupakan sebuah pelanggaran hak asasi manusia. Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia[22][23] dan beberapa lembaga dan badan yang menangani hak asasi manusia telah menyatakan sikapnya soal hal tersebut.[24][25] Organisasi interseks juga telah mengeluarkan pernyataan mengenai pelanggaran hak asasi manusia sepeti Deklarasi Malta yang dikeluarkan oleh Forum Interseks Internasional.[26]
Christiane Völling, warga negara Jerman, menjadi orang interseks pertama yang diketahui berhasil memenangkan tuntutannya di pengadilan atas campur tangan medis nonkonsensual terkait dengan kondisi interseks yang dilakukan terhadap dirinya. Völling dibesarkan sebagai laki-laki dan tidak diberi tahu bahwa ia memiliki kondisi interseks. Pada tahun 1977, Völling menjalani operasi pengangkatan organ kelaminnya termasuk ovarium, rahim, dan tuba falopi tanpa pengetahuan tersebut serta walaupun saat itu Völling masih di bawah umur.[27] Pada bulan April 2015, Malta menjadi negara pertama di dunia yang melarang campur tangan medis nonkonsensual untuk mengubah anatomi jenis kelamin termasuk pada orang interseks.[28][29]
^Money, J.; Ehrhardt, A. A. (1972). Man & Woman Boy & Girl. Differentiation and dimorphism of gender identity from conception to maturity. The Johns Hopkins University Press. ISBN978-0-8018-1405-1.
^Furtado, P. S.; et al. (2012). "Gender dysphoria associated with disorders of sex development". Nat. Rev. Urol. 9 (11): 620–627. doi:10.1038/nrurol.2012.182. PMID23045263.
^Marañón, G. (1929). Los estados intersexuales en la especie humana. Morata.
^Mason, H. J. (1978). "Favorinus' Disorder: Reifenstein's Syndrome in Antiquity?". Janus. 66: 1–13. PMID11610651.
^Nguyễn Khắc Thuần (1998). Việt sử giai thoại. 8. Vietnam Education Publishing House. hlm. 55.
^Houk, C. P.; Hughes, I. A.; Ahmed, S. F.; Lee, P. A.; Writing Committee for the International Intersex Consensus Conference Participants (2006). "Summary of Consensus Statement on Intersex Disorders and Their Management". Pediatrics. 118 (2): 753–757. doi:10.1542/peds.2006-0737. PMID16882833.