J. Edgar Hoover | |
---|---|
Direktur Federal Bureau of Investigation | |
Masa jabatan 22 Maret 1935 – 2 Mei 1972 | |
Presiden | Franklin D. Roosevelt Harry S. Truman Dwight D. Eisenhower John F. Kennedy Lyndon B. Johnson Richard Nixon |
Wakil | Clyde Tolson |
Pendahulu Dibentuk (direktur BOI) | |
Direktur Bureau of Investigation ke-6 | |
Masa jabatan 20 Mei 1924 – 22 Maret 1935 | |
Presiden | Calvin Coolidge Herbert Hoover Franklin D. Roosevelt |
Pengganti Diri sendiri (sebagai Direktur FBI) | |
Informasi pribadi | |
Lahir | John Edgar Hoover 1 Januari 1895 Washington, D.C. Amerika Serikat |
Meninggal | 2 Mei 1972 Washington, D.C. Amerika Serikat | (umur 77)
Almamater | Georgetown University |
Tanda tangan | |
Penghargaan | |
Sunting kotak info • L • B |
John Edgar Hoover (1 Januari 1895 – 2 Mei 1972) adalah Direktur Federal Bureau of Investigation (FBI) Amerika Serikat pertama. Ketika masih menjadi direktur Bureau of Investigation—pendahulu FBI—tahun 1924, ia memainkan peran penting dalam pendirian FBI tahun 1935. Ia menjadi direktur FBI sampai meninggal dunia tahun 1972 pada usia 77 tahun. Hoover adalah orang yang membesarkan FBI menjadi badan pemberantasan kejahatan dan menerapkan serangkaian modernisasi terhadap teknologi polisi, seperti sistem pemusatan berkas sidik jari dan laboratorium forensik.
Menjelang akhir hayatnya dan seterusnya, Hoover menjadi tokoh yang kontroversial seiring terungkapnya tindakan-tindakannya yang rahasia. Para pengkritiknya menyebut aksi Hoover sudah melanggar yurisdiksi FBI.[1] Ia memanfaatkan FBI untuk membungkam para aktivis politik, memperoleh berkas rahasia seputar para pejabat tinggi,[2] dan mengumpulkan bukti menggunakan cara-cara ilegal.[3] Karena itu Hoover memegang kekuasaan yang besar dan mampu mengintimidasi dan mengancam Presiden.[4]
Menurut Presiden Harry S. Truman, Hoover mengubah FBI menjadi pasukan polisi rahasianya sendiri. Truman menyatakan bahwa "kami tidak mau Gestapo atau polisi rahasia. FBI sudah mengarah ke situ. Mereka berkutat dalam skandal kehidupan seks dan pemerasan mentah-mentah. J. Edgar Hoover akan bersiap-siap mengawasi dan seluruh anggota kongres dan senator takut dengannya".[5] Akan tetapi, penulis biografi Kenneth D. Ackerman menganggap pernyataan tersebut berlebihan.[6]