Kamala Sari

Nyai Ratu Kamala Sari[1]
Njahi Ratoe Koemala Sarie
Litografi kompleks keraton Banjar di Martapura pada tahun 1843
Berkuasa3 juni 1825-1 November 1857
KelahiranKoemala Sarie
1765
Amuntai Kesultanan Banjar
Kematian1 November 1857[2][3]
Martapura, Banjar
Pemakaman
Pasangan
1. Sultan Sulaiman

2. Sultan Adam

Keturunan1. ♂ Pangeran Ratu Sultan Muda Abdoe Rachman Abdur Rahman dari Banjar (lahir 1799 -wafat 5 Maret 1852), anak dengan Sultan Adam[4][5][6]


2. ♂ Pangeran Ismael (wafat 1833), anak dengan Sultan Adam, Pangeran Ismail tewas terbunuh karena berkelahi dengan Pangeran Noch, disebabkan memperebutkan jabatan calon mangkubumi. [7][5]


3. ♂ Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana Pangeran Noch/Nor lahir 1803 wafat 7 September 1851)[5]
anak dengan Sultan Adam[5]


4. ♀ Ratoe Aminah/Ratoe Sjarief Hoesin Darma Kasoema, anak dengan Sultan Adam[7][8]


5. ♀ Ratoe Salama/Ratoe Sjarief Kasoema Negara, anak dengan Sultan Adam[7]


6. ♀ Ratoe Didjah (Hadidjah)/Ratoe Kramat/Ratoe Sjarief Abdoellah Nata Kasoema, anak dengan Sultan Adam[7]


7. ♂ Sultan Muda Praboe Anom Prabu Citra lahir 1807 Pangeran Praboe Anom anak dengan Sultan Adam[5][7][9]
WangsaDinasti Banua Lima
AyahKiai Adipati Singasari
IbuAluh Arijah
AgamaIslam Sunni

Njahi Ratoe Kamala Sarie atau Njahi Ratoe Koemala Sarie[10] adalah permaisuri raja Banjar Sultan Adam al-Watsiq Billah.[11]Ia Kamala Sari terkenal sebagai sosok wanita yang berpengaruh pada masa kehidupannya Kesultanan Banjar. Nyai Kamala Sari semula merupakan pelayan (dayang) dan Selir janda Sultan Sulaiman (ayahanda Sultan Adam).

Sepeninggal Sultan Sulaiman Saidullah II tersebut, anak tirinya Sultan Adam menikahi Nyai Kamala Sari menjadikannya sebagai isteri kesayangannya. Setelah dirinya melahirkan seorang calon Putera Mahkota Pangeran Abdur Rahman sebagai pewaris Sultan Adam maka ia dilantik menjadi permaisuri kerajaan. Sebelum menjadi permaisuri, gelarnya adalah Nyai saja. Setelah menjadi permaisuri gelar Ratu ditambahkan di belakang gelar Nyai menjadi Nyai Ratu. Hal tersebut menunjukkan bahwa ia bukan berasal dari golongan keturunan raja, lain halnya jika isteri utama Sultan berasal dari golongan keturunan Raja, maka namanya secara langsung otomatis disebut Ratu saja, tanpa kata Nyai di depannya. Biasanya gelar dari isteri utama Pangeran Mahkota yang bukan berasal dari keturunan raja adalah Nyai Besar, kemudian setelah menjadi permaisuri Sultan disebut Nyai Ratu.

Njahi Ratoe Koemala Sarie[10]Lahir 1765 Usianya lebih tua dari Sultan Adam al-Watsiq Billah Kelahiran 1782 Tambak Anyar Martapura Timur, Kesultanan Banjar 1782 pewaris atau Putra Mahkota Banjar sejak tahun 1782.[12]Sultan Adam al-Watsiq Billah mangkat tahun 1 November1857 (umur 74-75 tahun)[13][14][15].usia Nyai Ratu Kamala Sari Lahir 1765 Dalam tahun 1855,sudah mencapai 90 tahun. pada saat Sultan Adam al-Watsiq Billah Mangkat 1 November 1857 usia Nyai Ratu Kamala Sari Lahir 1765 sudah mencapai 92 tahun Dalam tahun 1857, Sehubungan dengan wafatnya Pangeran Mahkota Sultan Muda Abdurrahman mendahului Sultan Adam al-Watsiq Billah, maka sepeninggal Sultan Adam al-Watsiq Billah, maka jabatan Sultan Banjar digantikan putera dari almarhum Pangeran Mahkota Sultan Muda Abdurrahman atau oleh cucunya. Dengan demikian ia menjadi Nenek suri bagi Sultan Banjar yang menjabat tersebut dan disebut Nyai Ratu Sepuh (Nyai Ratu yang tua). Ia pernah memimpin usaha penyeludupan garam, padahal mengusahakan memasok garam pada masa itu hanya boleh dilakukan oleh pihak Belanda.[10][16][17][4]. Kiai Ngabehi Jaya Negara (Pambakal Karim).adalah ipar dari Njahi Ratoe Koemala Sarie Kamala Sari).[18] Kamala Sari) mempunyai adik bernama ♂ Nyai Ambak,Nyai Ambak adalah (adik Njahi Ratoe Koemala Sarie Kamala Sari ) menikahi RAJA PULAU LAUT Pangeran Djaija Samitra hasil perkawinannya melahirkan Pangeran Kasoema Giri (Goesti Abdoellah berputra Gusti Mulia berputra patih Gusti Ahmad Menikah dengan Putri Hj. Zubaedah binti Pangeran Arga Kasuma


Pengangkatan Putra Mahkota di Kesultanan Banjar: Gelar Pangeran Ratu

-Pengangkatan Pangeran Sulaiman Saidullah II

Pada tahun 1767, Sultan Tahmidilah II - Sunan Nata Alam mengangkat putranya yang berusia 6 tahun lahir pada tahun 1761 yang merupakan tahun mangkatnya Sultan Muhammad Aminullah 16 Januari 1761.Pangeran Sulaiman Saidullah II dengan gelar Pangeran Ratu Putra Mahkota Sulaiman Saidullah II sebagai penggantinya kelak.Pangeran Ratu Sulaiman yang dianggap sebagai pewaris Ratu Lawiyah Putri Sultan Muhammad dari Banjar Aliuddin Aminullah bin Sulthan Chamiedoela / Chamidullah / Hamidullah dari Banjar (Sultan Kuning). Jadi Sunan Nata Alam atau Tahmidillah II merupakan Anak Mantu Sultan Muhammad dari Banjar Aliuddin Aminullah bin Sulthan Chamiedoela / Chamidullah / Hamidullah dari Banjar (Sultan Kuning). Pengangkatan ini dilakukan untuk memastikan bahwa penerus tahta Kesultanan Banjar tetap berada dalam garis keturunan langsungnya.Sultan Tahmidilah II - Sunan Nata Alam kemudian memberi gelar kepada putera sulungnya Pangeran Ratu Sultan Soleman menjadi Sulthan Sleeman Schahidullach / Sultan Sulaiman Saidullah II dan ia sendiri selanjutnya bergelar sunan yang dianggapnya sebagai gelar yang lebih tinggi sehingga menjadi Sunan Sulaiman Saidullah I [19][5]


-Pengangkatan Pangeran Adam al-Watsiq Billah

Lima belas tahun kemudian, pada tahun 1782, Sultan Tahmidilah II - Sunan Nata Alam kembali mengangkat cucunya yang baru lahir 1782 dengan gelar Pangeran Ratu Adam al-Watsiq Billah. Gelar ini diberikan kepada Pangeran Adam sebagai pewaris atau Putra Mahkota Banjar sejak tahun 1782.[12]

Proses pengangkatan Pangeran Ratu ini menunjukkan pentingnya menjaga keberlanjutan dan kestabilan dinasti dalam Kesultanan Banjar, dengan memastikan bahwa penerus tahta telah dipersiapkan sejak dini.


10 anak sultan adam Al-Watsiq Billah:

1. ♂ Pangeran Ratu Abdur Rahman dari Banjar Sultan Muda Abdoe Rachman lahir 1796(anak Njahi Ratoe Kamala Sari) [5]

2.. ♂ Pangeran Soeria Mataram Lahir 1801(anak Nyai Besar Endah) [5][7]


3.♂ Pangeran Noch/Nor lahir 1803(anak Njahi Ratoe Kamala Sari) Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana wafat 7 September 1851)[5]

4. ♂ Sultan Muda Praboe Anom Prabu Citra lahir 1807 Pangeran Praboe Anom (anak Njahi Ratoe Kamala Sari) Pangeran Ratoe Anom Mangkoe Boemi Praboe Anom Prabu Citra 1851-1855 , Sultan Muda Praboe Anom Prabu Citra berkuasa 1855-1858 [7]


5. ♀ Ratoe Aminah(anak Njahi Ratoe Kamala Sari) menikah dengan Pangeran Sjarif Hussin bin Muhammad Baharun Darma Kasoema[7][20]

6. ♀ Ratoe Salamah(anak Njahi Ratoe Kamala Sari) menikah Pangeran Sjarief Ali bin Abdurrahman Alaydrus Kasoema Negara, [7]

7. ♀ Ratoe Kramat/Ratoe Didjah (Khadijah)(anak Njahi Ratoe Kamala Sari) diperistri Pangeran Sjarief Abdoellah Nata Kasoema bin Abdurrahman bin Abdullah bin Husein bin Thoha bin Ahmad bin Abu Bakar bin Abdurrahman bin Umar bin Abdurrahman bin Abdurrahman Assegaf, anak Njahi Ratoe Kamala Sari t[7]


8. ♀ Ratoe Djantra Kasoema(anak Njahi Peah) [7]

9. ♂ Pangeran Nasaroedin (Serudin)(anak Njahi Peles) [13][7]

10. ♀ Ratoe Idjah(anak Njahi Salamah) di peristri Pangeran antasari Melahirkan putri Hasiah Ratu Wirakusuma II diperistri Pangeran Wirakusuma II pada tahun 1839 perkawinan nya melahirkan 1840 Ratu Syarif Abubakar bersuamikan Pangeran syarif abubakar pada tahun 1857 mempunyai satu putri pada tahun 1858 bernama Syarifah Ratu Intan adalah cucu Pangeran Mangkubumi Wirakusuma II pada tahun 3 maret 1862 satu keluarga Pangeran Mangkubumi Sultan Ratu Anom Wirakusuma II diasingkan oleh hindia belanda hingga Gugur di cianjur jawa barat
[21]

  1. ^ Wolter Robert Hoëvell (1861). Tijdschrift voor Nederlandsch Indië (dalam bahasa Belanda). 52. Ter Lands-drukkerij. hlm. 69. 
  2. ^ (Belanda) (1866)Templat:Cite =book
  3. ^ (Indonesia) Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (1992). Sejarah nasional Indonesia: Jaman pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. PT Balai Pustaka. ISBN 979-407-409-8. [pranala nonaktif permanen]ISBN 978-979-407-409-1
  4. ^ a b Tijdschrift voor Nederlandsch Indië. 9. Lange & Company. 1860. hlm. 102. 
  5. ^ a b c d e f g h i (Belanda) van Rees, Willem Adriaan (1865). De bandjermasinsche krijg van 1859-1863: met portretten, platen en een terreinkaart. 1. D. A. Thieme. hlm. 70.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "Tijdschrift 23" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  6. ^ http://sejarahastrologimetafisika.blogspot.co.id/2011/06/silsilah-kerajaan-banjar.html
  7. ^ a b c d e f g h i j k l (Belanda) Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Batavia), Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Batavia) (1860). Tijdschrift van het Bataviaasch Genootschap. 9. Lange. hlm. 120. 
  8. ^ Ratu Serip (Ratu Syarif) gelar putri Sultan Banjar yang menikah dengan bangsawan Arab (Syarif/Habib)
  9. ^ (Indonesia) Rachman, M. Fadjroel (2007). Bulan jingga dalam kepala: novel. Gramedia Pustaka Utama. hlm. 41. ISBN 9792228764. ISBN 978-979-22-2876-2
  10. ^ a b c Willem Adriaan Rees (1867). De bandjermasinsche krijg van 1859-1863: nader toegelicht (dalam bahasa Belanda). Dutch East Indies: D.A. Thieme. hlm. 22. 
  11. ^ http://www.de-paula-lopes.nl/downloads/bandjermasingen40.htm
  12. ^ a b Gazali Usman, Ahmad (1994). Kerajaan Banjar:Sejarah Perkembangan Politik, Ekonomi, Perdagangan dan Agama Islam. Banjarmasin: Lambung Mangkurat Press. 
  13. ^ a b (Indonesia)Saleh, Mohamad Idwar (1986). Tutur Candi, sebuah karya sastra sejarah Banjarmasin. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah. hlm. 157. 
  14. ^ (Belanda) (1866)De gids. 30. G. J. A. Beijerinck. hlm. 47. 
  15. ^ (Indonesia) Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (1992). Sejarah nasional Indonesia: Jaman pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. PT Balai Pustaka. ISBN 979-407-409-8. [pranala nonaktif permanen]ISBN 978-979-407-409-1
  16. ^ A. MEIJER (Jonkheer.) (1866). De Onpartijdigheid van den Schrijver van De Bandjermasinsche Krijg (van 1859 tot 1863 ... W. A. van Rees). (dalam bahasa Belanda). De Veij Mestdagh. hlm. 21. 
  17. ^ (Belanda) Tijdschrift voor Nederlandsch Indië. Becht. 1861. hlm. 5. 
  18. ^ http://silsilahkayutangi.blogspot.com/p/sejarah-kerajaan-banua-lima.html
  19. ^ (Belanda) Tijdschrift voor Nederlandsch Indië (1861). "Tijdschrift voor Nederlandsch Indië (Geschiedkundige aanteekcningen omtrent zuidelijk Borneo)". 23. Ter Lands-drukkerij: 199. 
  20. ^ Ratu Serip (Ratu Syarif) gelar putri Sultan Banjar yang menikah dengan bangsawan Arab (Syarif/Habib)
  21. ^ http://sejarahastrologimetafisika.blogspot.co.id/2011/06/silsilah-kerajaan-banjar.html

From Wikipedia, the free encyclopedia · View on Wikipedia

Developed by Tubidy