Kehabisan alamat IPv4 adalah berkurangnya alamat IPv4 yang tersedia. Karena arsitektur Internet aslinya hanya punya kurang dari 4,3 miliar alamat, kehabisan alamat IP telah diantisipasi sejak akhir 1980-an, ketika penggunaan Internet mulai mengalami peningkatan. Berkurangnya alamat IPv4 merupakan salah satu alasan pengembangan dan penyebaran protokol penerusnya, IPv6. IPv4 dan IPv6 sama-sama dapat ditemukan di Internet.
Ruang alamat IP dikelola secara global oleh Internet Assigned Numbers Authority (IANA), dan oleh lima registri Internet wilayah (regional Internet registry, RIR) yang bertanggung jawab di wilayahnya masing-masing dalam urusan pemberian alamat kepada pengguna akhir dan registri Internet lokal, seperti penyedia jasa Internet (Internet service provider, ISP). Faktor utama yang mempercepat berkurangnya alamat IPv4 adalah naiknya banyak pengguna Internet, gawai yang selalu menyala, dan peranti bergerak.
Keinginan mengantisipasi kehabisan alamat telah menjadi faktor pendorong dibuat dan digunakannya berbagai teknologi baru, di antaranya penafsiran alamat jaringan (network address translation, NAT), Classless Inter-Domain Routing (CIDR) pada tahun 1993, dan IPv6 pada tahun 1998.[1]
Kehabisan alamat tingkat teratas terjadi pada 31 Januari 2011.[2][3][4][5] Semua RIR telah menghabiskan alamat IP mereka, kecuali alamat yang disimpan untuk transisi IPv6; ini terjadi pada 15 April 2011 untuk Asia-Pasifik (APNIC),[6][7][8] pada 10 Juni 2014 untuk Amerika Latin dan Karibia (LACNIC),[9] pada 24 September 2015 untuk Amerika Utara (ARIN),[10] pada 21 April 2017 untuk Afrika (AfriNIC),[11] dan pada 25 November 2019 untuk Eropa, Timur Tengah dan Asia Tengah (RIPE NCC).[12] RIR masih mengalokasikan alamat yang dipulihkan atau alamat yang disimpan untuk tujuan khusus. ISP masih punya alamat IP yang belum dialokasikan, dan bisa mendaur ulang alamat yang tidak diperlukan lagi oleh pemesan.