Kematian Muhammad

Nama Muhammad dalam aksara Tuluth, salah satu jenis kaligrafi Islam

Pada tanggal 8 Juni 632 M atau 12 Rabiul Awwal 11 H, nabi Islam Muhammad meninggal dunia di umurnya yang ke-62 atau 63 tahun di rumah istrinya, Aisyah di Madinah.[1][2][3] Penyebab kematiannya masih diperdebatkan, dengan sumber-sumber klasik yang menyebutkan deman dan racun sebagai penyebab paling potensial.[4][5] Menurut sumber-sumber Islam Sunni, Muhammad diracuni oleh seorang wanita Yahudi di Khaibar, yang bertujuan untuk membalas kematian ayah dan suaminya yang terbunuh selama Pertempuran Khaibar.[6] Meskipun Muslim Syiah setuju bahwa Muhammad kemungkinan besar meninggal dunia karena diracuni, kisah ini ditolak oleh Syiah, yang menyebut bahwa rentang tahun peristiwa tersebut terlalu jauh untuk menjadi penyebab utama kematian Muhammad.[7][8]

Kematian Muhammad membawa keterkejutan besar di kalangan umat Islam, terutama para sahabatnya, yang paling menonjol di antara mereka adalah Umar bin Khattab, yang menolak kematiannya. Umar kemudian ditenangkan oleh Abu Bakar ash-Shiddiq, yang berkhotbah untuk menenangkan umat Islam yang sedang berduka. Muhammad dimakamkan di rumah Aisyah, yang saat ini dikenal sebagai Kubah Hijau.[9]

Pasca kematian Muhammad, terjadi perselisihan mengenai siapa yang akan menjadi penerus Muhammad. Ali bin Abi Thalib, sepupu dan menantu Muhammad, mengeklaim kekhalifahan berdasarkan peristiwa Ghadir Khum. Meskipun begitu, Abu Bakar ash-Shiddiq berhasil mengumpulkan suara mayoritas klan melalui pertemuan Saqifah Bani Sa'idah, yang membuatnya diakui sebagai khalifah. Setelah enam bulan berselisih, Ali kemudian memutuskan untuk melepaskan klaimnya akan kekhalifahan dan setuju untuk berjanji setia kepada Abu Bakar. Keputusan ini berhasil menyelamatkan persatuan umat Islam di tengah-tengah kemunculan para nabi palsu, dan memulai era Kekhalifahan Rasyidin di bawah kepemimpinan Abu Bakar sebagai khalifah.[10][11][12][13][14]

Selain perselisihan politik, kematian Muhammad juga menyebabkan perselisihan religius. Umat Islam terbagi menjadi dua arus besar: Sunni dan Syiah. Muslim Sunni percaya bahwa Abu Bakar dan dua khalifah setelahnya adalah khalifah yang sah dan menggelari keempat khalifah pemimpin Kekhalifahan Rasyidin sebagai Khulafaur Rasyidin, serta menganggap mereka sebagai model kesalehan yang harus diikuti.[15][16] Sementara itu, Muslim Syiah percaya bahwa dalam peristiwa Ghadir Khum, Ali telah menerima mandat dari Muhammad sebagai imam dan penerusnya secara politik dan religius, hal ini membuat Syiah tidak mengakui legitimasi tiga khalifah pertama dan mempertahankan kepercayaan bahwa Ali adalah penerus Muhammad yang sah.[17][18]

  1. ^ "Sahih al-Bukhari 3536 - Virtues and Merits of the Prophet (pbuh) and his Companions - كتاب المناقب - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2021-07-27. 
  2. ^ "Sahih al-Bukhari 3903 - Merits of the Helpers in Madinah (Ansaar) - كتاب مناقب الأنصار - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2021-07-27. 
  3. ^ "Sahih al-Bukhari 5217 - Wedlock, Marriage (Nikaah) - كتاب النكاح - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-20. Diakses tanggal 2021-07-27. 
  4. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama الحمى
  5. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Razwi
  6. ^ Sirah Nabawiyah - Ibnu Hisyam. Diterjemahkan oleh Ikhlas Hikmatiar. Qisthi Press. 2019. hlm. 578. 
  7. ^ Ahmad ibn Muhammad al-Sayyari (2009). Kohlberg, Etan; Amir-Moezzi, Mohammad Ali, ed. "Revelation and Falsification: The Kitab al-qira'at of Ahmad b. Muhammad al-Sayyari: Critical Edition with an Introduction and Notes by Etan Kohlberg and Mohammad Ali Amir-Moezzi". Texts and studies on the Qurʼān. BRILL. 4: 103. ISSN 1567-2808. 
  8. ^ Elizabeth Goldman (1995), p. 63, gives 8 June 632 CE, the dominant Islamic tradition. Many earlier (primarily non-Islamic) traditions refer to him as still alive at the time of the invasion of Palestine. See Stephen J. Shoemaker,The Death of a Prophet: The End of Muhammad's Life and the Beginnings of Islam, page 248, University of Pennsylvania Press, 2011.
  9. ^ Al Tabari. The History of Al-Tabari Volume 9: The Last Years of the Prophet. hlm. 184. ISBN 0-88706-692-5. Archived from the original on 2021-07-20. Diakses tanggal 2021-07-20. 
  10. ^ Momen 1985, hlm. 19, 20.
  11. ^ Hazleton 2009, hlm. 76.
  12. ^ Jafri 1979, hlm. 44.
  13. ^ Madelung, Wilferd. "HOSAYN B. ALI". Iranica. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 September 2012. Diakses tanggal 12 January 2008. 
  14. ^ Gordon, 2005, pp. 144–146.
  15. ^ Sodiq 2010, hlm. 64.
  16. ^ Momen 1985, hlm. 191.
  17. ^ Momen 1985, hlm. 12, 15.
  18. ^ Mavani 2013, hlm. 70.

From Wikipedia, the free encyclopedia · View on Wikipedia

Developed by Tubidy