Orientasi seksual |
---|
Berbagai orientasi seksual |
Kategori non-biner |
Penelitian |
|
Studi mengenai lingkungan dan orientasi seksual adalah penelitian yang mencari kemungkinan pengaruh lingkungan dalam pembentukan orientasi seksual. Beberapa peneliti membedakan antara pengaruh lingkungan dengan pengaruh hormonal,[1] sementara yang lain memasukkan pengaruh biologis seperti hormon prenatal sebagai bagian dari pengaruh lingkungan.[2] Hormonal dipengarui melalui ketentuan genetik. Perkembangan penelitian mengenai hubungan genetik-kromosom atau genom dan orientasi seksual dalam skala yang lebih meyakinkan menghasilkan temuan genetik dan kromosom sangat tidak mungkin menentukan orientasi seksual (khususnya pendasar sebab non-heteroseksual).[3]
Dahulu ilmuwan tidak tahu pasti apa yang menyebabkan orientasi seksual, tetapi mereka berteori bahwa ini adalah hasil dari pengaruh kompleks antara genetik, hormonal, dan pengaruh lingkungan,[4][5][6] versi lain memasukan psikologis dibandingkan lingkungan,[7] namun peninjauan ulang genetik dilakukan pada tahun 2019, memperbarui dan membantah pengaruh genetik-kromosom atau genom, hereditas hingga faktor penurunan hormon pada genetik terkait.[3] Diagnosis eksplisit psikologis dihilangkan dari umum karena keganasan egalitarianisme dan kesepakatan daripada bukti ilmiah mengenai patologi dan kajian dampak biologis mendatang lainnya,[8] dan bukti ilmiah seadanya saat itu pada tahun 1970.
Hipotesis bahwa lingkungan sosial pascalahir berdampak pada orientasi seksual adalah lemah, terutama bagi laki-laki.[9] Meskipun tidak ada bukti kuat yang berpendapat bahwa pengasuhan orang tua atau pengalaman kanak-kanak awal berperan dalam orientasi seksual,[10][11] beberapa studi telah menghubungkan pengasuhan orang tua dengan identitas non-heteroseksual,[2][12] serta non-konformitas gender masa kanak-kanak dan homoseksualitas.[13][14][15] Kondisi seperti ini dan lingkungan atau nurture kondisi tertentu, atau/dan apabila hingga terjadi trauma, sangat berhubung dengan dampak psikologis, eksplisitnya gejala gangguan psikosis, gangguan kontrol impuls, OCD (hingga cabang HOCD, SO-OCD, POCD, Obsesi murni menjadi delusi atau sebaliknya) atau gangguan kesehatan mental lain yang disebabkan khususnya faktor trauma, hingga kombinasi diantara gangguan atau penyakit tersebut. Psikotik identik dengan disorientasi. Pada kondisi tertentu, diantara gangguan atau penyakit tersebut juga memungkinkan dari hereditas.
The reason some individuals develop a gay sexual identity has not been definitively established – nor do we yet understand the development of heterosexuality. The American Psychological Association (APA) takes the position that a variety of factors impact a person's sexuality. The most recent literature from the APA says that sexual orientation is not a choice that can be changed at will, and that sexual orientation is most likely the result of a complex interaction of environmental, cognitive and biological factors...is shaped at an early age...[and evidence suggests] biological, including genetic or inborn hormonal factors, play a significant role in a person's sexuality (American Psychology Association 2010).
No conclusive evidence supports any one specific cause of homosexuality; however, most researchers agree that biological and social factors influence the development of sexual orientation.
...in its stead, the report finds that human DNA cannot predict who is gay or heterosexual. Sexuality cannot be pinned down by biology, psychology or life experiences, this study and others show, because human sexual attraction is decided by all these factors.