Lockheed Martin F-22 Raptor | |
---|---|
Sebuah F-22 Raptor terbang di atas Pangkalan Udara Kadena, Jepang dalam sebuah misi latihan rutin pada tahun 2009. | |
Jenis | Pesawat tempur superioritas udara siluman |
Negara asal | Amerika Serikat |
Pembuat | Lockheed Martin Aeronautics Boeing Integrated Defense Systems |
Penerbangan perdana | 7 September 1997 |
Diperkenalkan | 15 Desember 2005 |
Status | Beroperasi |
Pengguna utama | Angkatan Udara Amerika Serikat |
Dibuat | 1996–2012 |
Jumlah | 195 (8 pesawat pengembangan dan 187 pesawat operasional)[1] |
Harga satuan | US$120 juta (Rp1,87 Triliun) (2006)[2] |
Dikembangkan dari | Lockheed YF-22 |
Dikembangkan menjadi | Lockheed Martin FB-22 Lockheed Martin X-44 MANTA |
Lockheed Martin F-22 Raptor adalah pesawat tempur taktis siluman segala cuaca kursi tunggal bermesin ganda dari Amerika Serikat yang dikembangkan dan diproduksi untuk Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF). Sebagai hasil dari program Advanced Tactical Fighter (ATF), F-22 didesain untuk mengemban peran utama sebagai pesawat tempur superioritas udara, tetapi juga memiliki kemampuan untuk melakukan pertempuran darat, peperangan elektronik, dan sinyal intelijen.[3] Lockheed Martin sebagai kontraktor utama bertanggung jawab untuk memproduksi sebagian besar badan pesawat berikut sistem persenjataan serta melakukan perakitan akhir, sedangkan Boeing sebagai mitra bertanggung jawab untuk memproduksi sayap, badan bagian belakang, integrasi avionik, dan sistem pelatihan pilot serta perawatan.
F-22 sebelumnya menggunakan nama F-22 dan F/A-22 sebelum resmi beroperasi pada Desember 2005 sebagai F-22A. Meskipun proses pengembangannya berlarut-larut dan menghadapi berbagai kendala operasional, USAF memperhitungkan F-22 sebagai komponen penting dari kekuatan udara taktisnya. Kombinasi dari teknologi siluman, kinerja aerodinamis, dan sistem avionik yang dimiliki oleh F-22 memungkinkan kemampuan tempur udara yang belum pernah ada sebelumnya.[4][5]
USAF pada awalnya berencana untuk membeli sebanyak 750 pesawat dari hasil program ATF. Pada tahun 2009, program pembelian F-22 dipangkas menjadi 187 pesawat operasional karena biaya pengoperasiannya yang tinggi, kurangnya misi tempur udara yang jelas akibat penundaan pada program pesawat tempur Rusia dan Tiongkok, larangan ekspor, dan pengembangan pesawat tempur F-35 yang lebih serbaguna. F-22 produksi terakhir dikirimkan kepada USAF pada tahun 2012. Pesawat dari hasil program Next Generation Air Dominance (NGAD) diharapkan dapat menjadi penerus dari F-22.[6][7]