Biografi | |
---|---|
Kelahiran | (id) Hajjah Raden Ayu Maria Ulfah 18 Agustus 1911 Serang (Hindia Belanda) |
Kematian | 15 April 1988 (76 tahun) Jakarta |
Tempat pemakaman | Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata Galat: Kedua parameter tahun harus terisi! |
Menteri Sosial | |
12 Maret 1946 – 26 Juni 1947 Bagian dari kabinet: Kabinet Sjahrir II | |
Data pribadi | |
Agama | Islam |
Pendidikan | Universitas Leiden |
Kegiatan | |
Pekerjaan | politikus, aktivis hak asasi manusia, aktivis hak wanita |
Partai politik | Socialist Party (en) Partai Sosialis Indonesia |
18 April 1955 | Konferensi Asia–Afrika |
Penghargaan |
Mr. Hj. Raden Ayu Maria Ulfah atau Maria Ulfah Santoso atau Maria Ulfah Soebadio Sastrosatomo (18 Agustus 1911 – 15 April 1988) atau dahulu dikenal sebagai Maria Ulfah Santoso adalah salah satu mantan Menteri Sosial pada Kabinet Sjahrir II. Nama Santoso diambil dari nama suami pertama dan nama Soebadio Sastrosatomo diambil dari nama suami kedua setelah suami pertama meninggal dunia.
Ia adalah perempuan Indonesia pertama yang meraih gelar sarjana hukum, memangku jabatan menteri dan anggota Dewan Pertimbangan Agung.[1] Ia memulai kariernya sebagai tenaga honorer bagian perundang-undangan Kabupaten Cirebon.[1] Ia juga menjadi guru AMS Muhammadiyah Jakarta pada tahun 1943.[1]
Selama pendudukan Jepang ia bekerja di Departemen Kehakiman, kemudian pindah ke Departemen Luar Negeri.[1] Pada tahun 1946, setahus setelah Deklarasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Subadio diangkat menjadi Menteri Sosial dalam Kabinet Sjahrir.[1] Pada tahun 1946-1947, ia menjabat sebagai sekretaris Perdana Menteri/Dewan Menteri di Jakarta.[1] Pada tahun 1950-1961, Subadio menjadi ketua Panitia Sensor Film di Jakarta.
Selain jabatan tetapnya itu, ia aktif dalam mengikuti kongres-kongres yang diselenggarakan baik di dalam negeri maupun di luar negeri.[1] Pada tahun 1968, ia menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA).[1] Untuk jasa-jasanya, Maria Ulfah Subadio dianugerahi penghargaan Satya Lencana Karya Satya Tingkat II pada tahun 1961; Bintang Maha Putera Utama (1973).[1]
Semasa hidupnya Subadio menikah dua kali, yang pertama dengan Mr. Santoso (1848), dan dengan Soebadio Sastrosatomo yang aktif dalam gerakan kemerdekaan Republik Indonesia, anggota KNIP, Parlemen Republik Indonesia Sementara, Dewan Perwakilan Rakyat Sementara, dan DPR hasil Pemilu I (1955).[1]