Panembahan di Darat

Panembahan di Darat
Mangkubumi Kesultanan Banjar
Makam Sultan Inayatullah (saudara tertua Panembahan di Darat)
Pangeran Dipati Anom Pangeran di Darat Masa Sultan Saidullah bin Sultan Inayatullah
Berkuasa1645 1660
Penobatan1645
PendahuluKiai Tumenggung Raksanagara1595-1642 masa Mustain Billah
PenerusPanembahan di Darat
PANGERAN MANGKUBUMI MASA INAYATULAH
Berkuasa1642-1645
Penobatan1642
KelahiranPangeran Dipati Anom Pangeran di Darat
Pasangan
1. Gusti Barap binti Raden Aria Dikara

2. Dayang Biru
3. Dayang Putih
4. Si Hayu

Keturunan1. ♂ Raden Halus Pangeran Dipati Tuha II menikah dengan Gusti Batar (Ratu Tanah Bumbu I) bin Seri Sultan Inayatullah bin Seri Sultan Mustain Billah bin Seri Sultan Hidayatullah dari Banjar bin Seri Sultan Rahmatullah bin Seri Sultan Suriansyah dari Banjar

2. ♂ Pangeran Dipati Wiranata

3. ♂ Raden Kasuma Nagara

4. ♂ Raden Putra-Kasuma
5. ♂ Raden Jiwanata
6. ♂ Raden Nala-Kasuma (anak Dayang Putih, Kotawaringin)
7. ♂ Raden Karta (anak Dayang Biru)
8. ♂ Raden Yuda (anak Si Hayu)
9. ♀ Putri Mandi Angin (anak Gusti Barap 2)
10. ♀ Gusti Hacil (anak Dayang Biru)

11. ♀ Gusti Dewi (anak Si Hayu)
WangsaDinasti Banjarmasin
AyahSultan Mustain Billah bin Sultan Hidayatullah dari Banjar bin Sultan Rahmatullah bin sultan Suriansyah dari Banjar
IbuRatu Agung binti Pangeran Demang

Pangeran Dipati Anom I (Pangoran De Patty Anom[1] atau radja de Patty Anom[2]) bergelar mangkubumi Pangeran di Darat terakhir bergelar Panembahan di Darat (bin Sultan Mustain Billah) adalah mangkubumi (kepala pemerintahan) Kesultanan Banjar sekitar tahun 1642-1652.[1][2][3])Panembahan di Darat adalah keturunan ke-10 dari Lambung Mangkurat dan juga keturunan ke-10 dari pasangan Puteri Junjung Buih dan Maharaja Suryanata. Maharaja Suryanata (nama lahir Raden Putra) dijemput dari Majapahit sebagai jodoh Puteri Junjung Buih (saudara angkat Lambung Mangkurat).[3]

Ia menggantikan Kiai Tumenggung Raksanagara (d/h Kiai Tanu Raksa). Ia menjabat mangkubumi mendampingi Sultan Inayatullah bin Sultan Mustain Billah (abangnya) dan sultan berikutnya yaitu Sultan Saidullah bin Sultan Inayatullah (keponakannya).[3]Dia merupakan Pangeran (anak raja) pertama kali yang menjabat mangkubumi di Kesultanan Banjar, pada masa sebelumnya mangkubumi tidak dijabat oleh keturunan raja, tetapi dijabat oleh seorang yang bergelar Kiai dari kalangan non-bangsawan. Sejak itu berlaku tradisi di kesultanan Banjar bahwa di antara putera-putera dari seorang Sultan yang sedang berkuasa, maka putera sulung dari permaisuri akan dilantik sebagai Pangeran Mahkota (Pangeran Dipati Tuha) dan Pangeran kedua (Pangeran Dipati Anom) putera kedua dari permaisuri akan berpeluang besar untuk dilantik sebagai mangukubumi (Kepala pemerintahan) untuk menggantikan mangkubumi sebelumnya yang meninggal dunia.[3]

  1. ^ a b Cense, Anton Abraham (1928). De kroniek van Bandjarmasin (dalam bahasa Belanda). C.A. Mees. hlm. 95. 
  2. ^ a b Ludovicus Carolus Desiderius van Dijk; George Willem Vreede (1862). Neêrlands vroegste betrekkingen met Borneo, den Solo-Archipel, Cambodja, Siam en Cochin-China: een nagelaten werk (dalam bahasa Belanda). J. H. Scheltema. hlm. 53. 
  3. ^ a b c d Ras, Johannes Jacobus (1990). Hikayat Banjar (dalam bahasa Melayu). Diterjemahkan oleh Siti Hawa Salleh. Lot 1037, Mukim Perindustrian PKNS - Ampang/Hulu Kelang - Selangor Darul Ehsan, Malaysia: Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka. ISBN 9789836212405.  ISBN 983-62-1240-X

From Wikipedia, the free encyclopedia · View on Wikipedia

Developed by razib.in