1, ♂ Pangeran Muhammad Abi bin Pangeran Kasoema Giri bin Pangeran Djaija Samitra(kepala distrik Martapura)
2. ♂ Pangeran Muhammad Basoe bin Pangeran Kasoema Giri bin Pangeran Djaija Samitraberputra ♂ Goesti Abdoellah berputra ♂ Goesti Moehammad
3. ♀ Ratu Intan binti Pangeran Kasoema Giri bin Pangeran Djaija Samitra + ♂ Pangeran Ali berputra Pangeran Mohammad Noor
4. ♀ Ratu Mulia/Moelik binti Pangeran Kasoema Giri bin Pangeran Djaija Samitra + Pangeran Udan berputra Pangeran Muhammad' berputra ♂ patih Gusti Ahmad M + ♀ Putri Hj. Zubaedah binti Pangeran Arga Kasuma binti ♂ Pangeran Arga Kasuma[14]
Pangeran Haji Musa bin Pangeran Haji Muhammad bin Pangeran Mangku bin Pangeran Kasuma Nagara bin Pangeran Dipati (Pangeran Dipati Desa Bumi) bin Seri Sultan Amarullah Bagus Kasuma/Tahlilullah/Tahirullah/Tahlil-Lillah Tahlilullah
Pangeran Djaija Samitra/Semitra (ejaan 1860)[31] atau Pangeran Djaja Samitra/Soemitra (Ejaan Van Ophuijsen 1901) atau PANGERAN DJAYA SUMITRA (Ejaan Republik 1947) atau Pangeran Jaya Sumitra (EBI 2015)[32] adalah Sekretaris (penulis) pribadi Sultan Adam Raja Banjar, termasuk dalam staff pemerintahan Kesultanan Banjar.[31][32]
Pangeran Jaya Sumitra dan Gusti Umi (Puteri Kecil) merupakan anak Pangeran Haji Musa dengan Nyai Mabuk atau Nyai Ambuk. Saudaranya sepihak (sebapak) adalah Pangeran Muhammad Nafis, Pangeran Abdoel Kadir, Pangeran Panji, Gusti Awang, Gusti Jamaluddin dan Gusti Pengulu. Rupanya hanya 4 orang putera tertua dari Pangeran Haji Musa yang bergelar Pangeran dan masing-masing pernah memiliki kedudukan sebagai pemilik Tanah Badatu / apanase yaitu Pangeran Jaya Sumitra pemilik Tanah Badatu / apanase Pulau Laut, Pangeran Panji pemilik Tanah Badatu / apanase Batulicin, Pangeran Muhammad Nafis sebagai Raja Kusan sekaligus pewaris Batulicin dari almarhum Pangeran Panji yang tidak memiliki anak dan terakhir Pangeran Abdoel Kadir, Raja Kusan, Batulicin dan Pulau Laut.[33]
Silsilah Pangeran Jaya Sumitra ini ternyata masih keturunan dari petinggi dua kesultanan di Borneo dan Raja Kusan.Dalam darah Pangeran Jaya Sumitra mengalir trah Kesultanan Banjar dan Kerajaan Paser[34]RAJA KUSAN V & RAJA BATU LICIN, asal usulnya putra Pangeran Haji Musa bin Pangeran Haji Muhammad juriat Seri Sultan Amarullah Bagus Kasuma Tahlilullah . PANGERAN DJAYA SUMITRA Berkuasa 10 April 1845 – 1850 Penobatan 10 April 1845 dibantu saudaranya Pangeran Abdoel Kadir, sebagai Pangeran Mangkubumi NYA.Pendahulunya adalah Pangeran Muhammad Nafis (berkuasa 1840-Wafat 10 April 1845) Penerusnya ialah Pangeran Abdoel Kadir (berkuasa 1 Januari 1861- Wafat 1873).Dengan diusirnya Pangeran Amir maka pemerintahan kerajaan Kusan kemudian beralih kepada keturunan Panembahan Batu dari dinasti Tamjidullah I yaitu dilanjutkan oleh Ratu Sepuh Ratu Salamah Hadji Musa bin Sultan Sulaiman dari Banjar menjadi Raja Kusan III. Raja-raja Kusan merupakan trah Sultan Sulaiman dari Banjar. Ketika pemerintahan raja ke-V Pangeran Djaija Samitra, pusat kerajaan dipindahkan ke daerah Sigam, Pulau Laut. Pangeran Djaija Samitra kemudian bergelar Raja Pulau Laut I dan Batu Licin II.Wilayah kerajaan Kusan yang ditinggalkan ini digabung ke dalam kerajaan Pagatan sehingga Raja Kusan selanjutnya dipegang oleh Raja Pagatan. Federasi kedua negeri ini kemudian disebut kerajaan Pagatan dan Kusan.[35]
Bagan Silsilah Pangeran Jaya Sumitrajuriat Tuan Yang Maha Mulia Paduka Seri Sultan Amarullah Bagus Kasuma/ Tahlilullah /Tahirullah/Tahlil-Lillah
Leluhur
Makam Pangeran Djaija Samitra (Pangeran Jaya Sumitra) dan Raja-raja Pulau Laut lainnya terletak di desa Sigam, Jalan Barangas, km 3,5, Pulau Laut Utara.
Pangeran Djaija Samitra,[65] atau Pangeran Djaja Samitra[66] atau Pangeran Djaya Simitra[67] adalah sekretaris pribadi Sultan Adam, Raja Banjar. Sebagai Staff Sultan Adam,Pangeran Djaija (Djaja) Samitra memperoleh hasil pungutan tanah apanage sebagai penghasilannya. Dalam tahun 1860, Pangeran Djaija (Djaja) Samitra (Sumitra) berusia 45 tahun dan kerabatnya yang juga menjadi staff Sultan Adam yaitu Pangeran Aminullah berusia 30 tahun.[65][67]
Leluhur Silsilah Nazab Kerajaan KUSAN- PULAU LAUT-BATULICIN dari Trah Sultan Tahlilullah | succession = RAJA PULAU LAUT I
DAFTAR RAJA PERGANTIAN
LAST RAJA OF PULAU LAUT WAS ALLOWED TO RULE ON UNTIL 1-1-1905.MAYBE LATER AS REGENT? DP TICK SECR. PUSAT DOKUMENTASI KERAJAAN2 DI INDONESIA "PUSAKA" [email protected] FACEBOOK: DONALD TICK[68][69].[70]'
HOOFD VAN HET LANDSCHAP POELOE LAUT (KEPALA LANDSCHAP PULAU LAUT)
Raja Kusan I Pangeran Aminullah Muhammad dari Banjar (1734-3 Agustus 1759) BERTAHTA KE BANJAR SEBAGAI SULTAN (3 Agustus 1759-16 Januari 1761)
Raja Kusan II Pangeran Amir bin Sultan Aminullah Muhammad dari Banjar(1759 - 1785) PERANG KESULTANAN LAWAN SUNAN NATA ALAM (1785-1789) DAN LAWAN SULTAN SULAIMAN
Raja Kusan III Pangeran Haji Musa bin Pangeran Haji Muhammad & Raja Bangkalaan VI (1830-1840) = Raja Batulicin 1832-1840: .[71] Pangeran Aji Musa meninggal pada bulan Januari 1840.[72]
La Paliweng Arung Abdul Rahim, Raja negeri Pagatan dan Kusan
Ratu Arung Daeng Makau atau Ratu Senggen
pada tahun 1845, Jaya Sumitra menjadi Raja Kusan V.Pangeran kemudian mengambil keputusan untuk memindahkan pusat kekuasaannya ke Pulau Laut. Tepatnya di Salino, yang saat ini masuk wilayah Kecamatan Pulau Laut Tengah.Meski begitu, sambungnya lagi, wilayah kekuasaannya masih membawahi wilayah Kusan dan Batulicin di Kabupaten Tanah Bumbu.setahun lebih memimpin kerajaan Pulau Laut, Jaya Sumitra kemudian diminta langsung oleh pamannya Sultan Adam untuk menjadi penasihat Kesultanan Banjar.Menerima titah langsung dari Sultan Adam, Jaya Sumitra akhirnya mengiyakan dan membantu pemerintahan di lingkup Kesultanan Banjar."Lalu kala itu, kepemimpinan Raja Pulau Laut II digantikan oleh sang adik Jaya Sumitra, yakni Abdul Kadir.Selanjutnya setelah dirasa cukup mengabdikan diri menjadi penasihat raja, pada tahun 1861, Jaya Sumitra kemudian kembali ke Pulau Laut hingga wafat.Menjabat sebagai penasihat, Pangeran Jaya Sumitra tercatat lebih satu tahun, dan pengabdiannya lebih dominan di lingkup Kesultanan Banjar.Menariknya, saat menjadi sosok penasihat raja pun secara otomatis Jaya Sumitra juga menjadi penghubung langsung dengan di kerajaan Pulau Laut."Nah, saat Kerjaan Banjar mengalami gejolak, Kerajaan Pulau Laut lah yang banyak membantu saat itu,"[75][76][77]
Pangeran Djaija (Djaja) Samitra merupakan anak Pangeran Hadji Moesa (bin Pangeran Hadji Moehamad). Pangeran Hadji Moehamad, pemilik tanah apanage Sela-Selilau, Tanah Kusan, dan Kuranji.[66][78]Pangeran Hadji Moesa ini memiliki anak-anak berikut, seperti: Pangeran Djaja Samitra, Mohamad Napis, Pandji dan Ab'doel Kadir dan Goesti Djamal-oedin.[66][78]Pangeran Djaja Samitra, yang ibunya keturunan masyarakat kecil, masih menjadi penulis rahasia Sulthan di Banjarmasin. Pangeran Mohamad Napis pengganti ayahnya sebagai raja Koessan, telah wafat pada tahun 1845 dan kemudian digantikan oleh saudaranya, Abd'oel Kadir. Pangeran Pandji meninggal di Batavia. Goesti Djamal-oedien menjabat mangkubumi negara Koessan saat ini (tahuh 1860).[66]
^(Indonesia)Saleh, Mohamad Idwar (1986). Tutur Candi, sebuah karya sastra sejarah Banjarmasin. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah. hlm. 157.
^Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Part 1
^Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Part 1
^(Indonesia)Saleh, Mohamad Idwar (1986). Tutur Candi, sebuah karya sastra sejarah Banjarmasin. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah. hlm. 157.
^Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Part 1
^Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Part 1
^(Indonesia)Saleh, Mohamad Idwar (1986). Tutur Candi, sebuah karya sastra sejarah Banjarmasin. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah. hlm. 157.
^(Indonesia)Saleh, Mohamad Idwar (1986). Tutur Candi, sebuah karya sastra sejarah Banjarmasin. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah. hlm. 157.
^Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Part 1
^Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Part 1
^(Indonesia)Saleh, Mohamad Idwar (1986). Tutur Candi, sebuah karya sastra sejarah Banjarmasin. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah. hlm. 157.
^Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Part 1
^Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Part 1
^(Indonesia)Saleh, Mohamad Idwar (1986). Tutur Candi, sebuah karya sastra sejarah Banjarmasin. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah. hlm. 157.
^Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Part 1
^Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Part 1
^(Indonesia)Saleh, Mohamad Idwar (1986). Tutur Candi, sebuah karya sastra sejarah Banjarmasin. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah. hlm. 157.
^Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Part 1
^Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Part 1
^(Indonesia)Saleh, Mohamad Idwar (1986). Tutur Candi, sebuah karya sastra sejarah Banjarmasin. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah. hlm. 157.
^Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Part 1
^Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Part 1
^Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Part 1
^Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Part 1
^Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Part 1
^Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Part 1
^Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Part 1
^Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Part 1
^Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Part 1
^Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Part 1
^Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Part 1
^Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Part 1
^Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Part 1
^(Indonesia)Saleh, Mohamad Idwar (1986). Tutur Candi, sebuah karya sastra sejarah Banjarmasin. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah. hlm. 157.
^Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Part 1
^Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Part 1
^(Indonesia)Saleh, Mohamad Idwar (1986). Tutur Candi, sebuah karya sastra sejarah Banjarmasin. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah. hlm. 157.
^Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Part 1
^Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Part 1
^(Indonesia)Saleh, Mohamad Idwar (1986). Tutur Candi, sebuah karya sastra sejarah Banjarmasin. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah. hlm. 157.
^LAST RAJA OF PULAU LAUT WAS ALLOWED TO RULE ON UNTIL 1-1-1905.MAYBE LATER AS REGENT? DP TICK SECR. PUSAT DOKUMENTASI KERAJAAN2 DI INDONESIA "PUSAKA" [email protected] FACEBOOK: DONALD TICK