Yang Terhormat Paolo Gentiloni | |
---|---|
Perdana Menteri Italia ke-57 | |
Masa jabatan 12 Desember 2016 – 1 Juni 2018 | |
Presiden | Sergio Mattarella |
Menteri Luar Negeri | |
Masa jabatan 31 Oktober 2014 – 12 Desember 2016 | |
Perdana Menteri | Matteo Renzi |
Menteri Komunikasi | |
Masa jabatan 17 Mei 2006 – 8 Mei 2008 | |
Perdana Menteri | Romano Prodi |
Presiden Partai Demokrat | |
Mulai menjabat 17 Maret 2019 | |
Pengganti Petahana | |
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Italia | |
Mulai menjabat 30 Mei 2001 | |
Daerah pemilihan | Piedmont 2 (2001–2006) Lazio 1 (2006–2018) Roma (2018–sekarang) |
Informasi pribadi | |
Lahir | Paolo Gentiloni Silveri 22 November 1954 Roma, Italia |
Partai politik | La Margherita (2002–2007) Partai Demokrat (2007–sekarang) |
Suami/istri | Emanuela Mauro (m. 1989) |
Almamater | Universitas Sapienza |
Tanda tangan | |
Sunting kotak info • L • B |
Paolo Gentiloni Silveri (pelafalan dalam bahasa Italia: [ˈpaːolo dʒentiˈloːni]; lahir 22 November 1954) adalah seorang politikus Italia yang menjabat sebagai Perdana Menteri Italia ke-57 dari 12 Desember 2016 hingga 1 Juni 2018.[2][3] Ia adalah salah satu pendiri Partai Demokrat yang kemudian menjadi presiden partai pada Maret 2019. Gentiloni pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri dari 31 Oktober 2014 hingga Desember 2016, ketika Presiden Sergio Mattarella memintanya untuk membentuk pemerintahan baru.[4] Sebelumnya, ia adalah Menteri Komunikasi dari tahun 2006 hingga 2008, selama masa pemerintahan Romano Prodi.[5]
Meskipun dianggap sebagai Perdana Menteri sementara pada awal masa jabatannya,[6] tetapi selama satu setengah tahun masa jabatannya, Gentiloni mempromosikan implementasi dan menyetujui beberapa reformasi seperti arahan layanan kesehatan tingkat lanjut dan undang-undang pemilihan yang baru.[7] Pemerintahannya juga memperkenalkan peraturan yang lebih keras dan lebih ketat mengenai imigrasi ke Italia dan jaminan sosial, untuk menangkal krisis migran Eropa.[8]
Kebijakan luar negeri Gentiloni ditandai oleh sikap Pan-Eropa yang kuat; ia juga membangun serangkaian hubungan dekat dengan negara-negara Arab di Teluk Persia, memulai kebijakan investasi ke Afrika dan menormalkan hubungan Italia dengan India setelah bertahun-tahun mengalami ketegangan.[9][10]