Perang Kemerdekaan Mozambik | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
FRELIMO | Portugal | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Eduardo Mondlane (1962–69), Joaquim Chissano (1962–75), Filipe Samuel Magaia (1964–66), Samora Machel (1969–75) |
António Augusto dos Santos (1964–69), Kaúlza de Arriaga (1969–74) | ||||||
Kekuatan | |||||||
~10.000–15.000[32][33] | 50.000 pada 17 Mei 1970[34] | ||||||
Korban | |||||||
< 10,000 tewas[35] | 3.500 tewas[35] | ||||||
Warga sipil: ~50.000 tewas[35] |
Perang Kemerdekaan Mozambik adalah konflik bersenjata yang berlansung antara pasukan gerilyawan FRELIMO (Frente de Libertação de Moçambique), melawan Angkatan Darat Portugal. Perang ini secara resmi dimulai pada tanggal 25 September 1964 dan diakhiri oleh gencatan senjata pada 8 September 1974. Mozambik lalu memperoleh kemerdekaannya pada tahun 1975.
Perang melawan gerilyawan-gerilyawan kemerdekaan di wilayah jajahan Portugal di Afrika selama 400 tahun dimulai di Angola pada tahun 1961. Konflik di Mozambik baru dimulai pada tahun 1964 akibat kerusuhan dan rasa kesal penduduk asli Mozambik yang merasa bahwa kekuasaan Portugal merupakan suatu bentuk eksploitasi dan penganiayaan yang hanya menguntungkan kepentingan ekonomi Portugal. Banyak orang Mozambik yang juga membenci kebijakan Portugal terhadap penduduk asli yang mengakibatkan diskriminasi, kesulitan menjalani gaya hidup tradisional, dan akses pendidikan dan pekerjaan yang terbatas.
Gerakan penentuan nasib sendiri telah menyebar di seluruh Afrika setelah berakhirnya Perang Dunia II. Akibatnya, banyak orang Mozambik yang menjadi semakin nasionalis dan merasa kesal karena negaranya masih dikuasai asing. Di sisi lain, terdapat pula orang-orang Afrika yang terintegrasi secara penuh ke dalam organisasi sosial Mozambik Portugis, terutama mereka yang berasal dari wilayah perkotaan. Mereka menanggapi gerakan kemerdekaan ini dengan rasa tidak nyaman atau kecurigaan. Sementara itu, orang-orang Portugis di wilayah ini (termasuk sebagian besar penguasa) menanggapi dengan memperkuat militer dan melancarkan proyek-proyek pembangunan.
Akibat pembuangan besar-besaran kaum intelektual politik Mozambik ke negara-negara tetangga, kelompok pendukung kemerdekaan yang radikal dapat merencanakan aksi-aksinya. Pembentukan organisasi gerilyawan FRELIMO memicu perang yang berlangsung selama satu dasawarsa. Berdasarkan sudut pandang militer, pasukan Portugal unggul dalam konflik melawan gerilyawan. Namun, Mozambik tetap berhasil memperoleh kemerdekaannya pada 25 Juni 1975 setelah gerakan perlawanan sipil yang disebut Revolusi Anyelir mengakhiri kediktatoran militer di Portugal.