Informasi biara | |
---|---|
Ordo | Trapis (OCSO) |
Didirikan | 1 April 1953 |
Biara induk | Biara Koningshoeven, Tilburg, Belanda |
Didedikasikan kepada | Santa Maria |
Keuskupan | Keuskupan Agung Semarang |
Tokoh | |
Pendiri | Dom Bavo van der Ham, OCSO |
Abbas | Dom Aloysius Gonzaga Rudiyat, OCSO |
Tokoh penting yang terkait | Dom Frans Harjawiyata, OCSO |
Situs | |
Lokasi | Desa Ngemplak, Kandangan, Temanggung, Jawa Tengah |
Negara | Indonesia |
Koordinat | 7°13′1″S 110°12′36″E / 7.21694°S 110.21000°E[1] |
Akses publik | Ya, selain area klausura |
Biara Pertapaan Santa Maria Rawaseneng adalah suatu kompleks biara para rahib Katolik dari Ordo Trapis (O.C.S.O.) yang terletak di Desa Ngemplak, Kandangan, di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Pertapaan ini didirikan secara resmi pada tanggal 1 April 1953 sebagai biara cabang dari Biara Koningshoeven di Tilburg, Belanda. Selain biara sebagai tempat tinggal para rahib, di dalam kompleks pertapaan juga terdapat gereja, taman doa, wisma retret, perkebunan kopi dan peternakan sapi perah beserta industri-industri pengolahannya. Ronald Bell, seorang peziarah asal Amerika Serikat, menyampaikan kesannya mengenai tempat ini, "Anda akan mendapatkan keseluruhan tahapannya, berdoa, meditasi, merenungkan bacaan suci, dan bekerja. Semua itu merupakan bagian tidak terpisahkan dari pengalaman ini."[2] Tidak jauh dari kompleks pertapaan, terletak Gereja Santa Maria dan Yoseph Rawaseneng sebagai pusat Paroki Rawaseneng,[3] dan TK-SD Fatima Rawaseneng yang dikelola oleh para suster Dominikan.[4]
Sebagaimana para rahib dalam biara Trapis lainnya, rahib-rahib yang menghuni Pertapaan Rawaseneng menjalani hidup dengan misi doa dan kerja tangan. Hasil pekerjaan tangan di perkebunan kopi, peternakan sapi perah, dan industri roti/kue menjadi sumber nafkah utama para rahib di Pertapaan Rawaseneng,[5] sehingga mereka tidak hidup dengan mengandalkan sumbangan umat.[2] Dalam sambutannya saat perayaan syukur 60 tahun Pertapaan Santa Maria Rawaseneng tanggal 25 Agustus 2013, Uskup Agung Semarang Mgr. Johannes Pujasumarta mengatakan, "Bersama dengan para rubiah Trappist Gedono, mereka menghadirkan Gereja yang berdoa dan bekerja di Keuskupan Agung Semarang."[6]
Pimpinan Pertapaan Santa Maria Rawaseneng saat ini adalah Romo Abbas Aloysius Gonzaga Rudiyat, OCSO (panggilan resminya yaitu Dom Aloysius Gonzaga Rudiyat, OCSO).
<ref>
tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama Rawaseneng
<ref>
tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama Pujasumarta