Rantai makanan

Contoh rantai makanan di danau digambarkan berdasarkan tingkatan trofik suatu organisme di mana mangsa berada di bawah pemangsa. Dari bawah ke atas, udang, ikan Esox lucius, ikan Alburnus alburnus, ikan Perca, dan Elang tiram

Rantai makanan adalah suatu ekosistem makhluk hidup yaitu perpindahan energi makanan dari sumber daya tumbuhan melalui seri organisme atau melalui jenjang makan di mana suatu organisme memakan satu sama lain untuk mendapatkan energi dan nutrisi dari organisme yang dimakan. Rantai makanan merupakan bagian dari jaring-jaring makanan, di mana rantai makanan bergerak secara linear dari produsen ke konsumen teratas.[1]

Panjang rantai makanan ditentukan dari seberapa banyak titik yang menghubungkan antar tingkatan trofik.[2][3] Pada setiap tahap pemindahan energi, 80%–90% energi potensial kimia hilang sebagai panas, karena itu langkah-langkah dalam rantai makanan umumnya terbatas 4-5 langkah saja. Dengan kata lain, semakin pendek rantai makanan semakin besar pula energi yang tersedia pada setiap suksesi level.[4]

Rantai makanan pertama kali diteliti oleh ilmuwan Arab Al-Jahiz pada abad ke-9, yang lalu dipopulerkan kembali oleh Charles Sutherland Elton pada tahun 1927.[5][6][7]

Dalam rantai makanan terdapat tiga macam "rantai" pokok yang menghubungkan antar tingkatan trofik, yaitu

  1. Rantai pemangsa, yaitu rantai makanan yang terjadi ketika hewan pemakan tumbuhan dimakan oleh hewan pemakan daging. contoh: kelinci-ular-elang.
  2. Rantai saprofit, yaitu rantai makanan yang terjadi untuk mengurai organisme yang sudah mati. Rantai ini muncul karena adanya dekomposer. contoh: elang mati-bakteri.
  3. Rantai parasit, yaitu rantai makanan yang terjadi karena terdapat organisme yang dirugikan. contoh: pohon besar-benalu, manusia-kutu.

Ada dua tipe dasar rantai makanan:

  1. Rantai makanan rerumputan (grazing food chain), yaitu rantai makanan yang diawali dari tumbuhan pada trofik awalnya. Contohnya: rumput - belalang - tikus - ular.
  2. Rantai makanan sisa/detritus (detritus food chain), yaitu rantai makanan yang tidak dimulai dari tumbuhan, tetapi dimulai dari detritivor. Contohnya: serpihan daun - cacing tanah - ayam - manusia.

Pada komunitas laut dalam, banyak organisme yang hidup dari runtuhan materi organik ("salju lautan") yang merupakan akumulasi feses dan/atau sisa tubuh hewan yang hidup di dekat permukaan laut. Rantai makanan di tempat tersebut umumnya relatif pendek.

Pada ekosistem yang unik, misal di ventilasi hidrotermal, produsen merupakan bakteri kemosintetik yang mampu mengubah hidrogen sulfida menjadi energi kimia dan bersimbiosis dengan cacing tabung. Cacing lalu dimakan kepiting yang kemudian dimakan oleh gurita.

Secara umum, rantai makanan berperan penting dalam analisis kesehatan ekologi. Akumulasi polutan dan dampaknya pada hewan dapat ditelusuri melalui rantai makanan di dalam ekologi.[8]

Selain dari konsep rantai makanan, ada juga yang dikenal sebagai jaring-jaring makanan. Berikut adalah beberapa perbedaan antara rantai makanan dan jaring-jaring makanan:[9]

  1. Rantai makanan merujuk pada urutan dan arah tertentu dalam proses makan dan dimakan. Sementara itu, jaring-jaring makanan merupakan kumpulan rantai makanan yang saling terhubung satu sama lain.
  2. Dalam rantai makanan, organisme biasanya hanya memakan satu jenis organisme lain. Namun, dalam jaring-jaring makanan, organisme dapat memakan lebih dari satu jenis organisme dan juga dapat dimakan oleh beberapa jenis pemangsa.
  3. Rantai makanan biasanya mengikuti alur yang hampir selalu berurutan. Sebaliknya, jaring-jaring makanan lebih kompleks karena melibatkan seluruh rantai makanan.
  1. ^ Mediatama, Grahanusa (2020-10-27). "Rantai makanan: Pengertian dan contoh-contoh rantai makanan". PT. Kontan Grahanusa Mediatama. Diakses tanggal 2020-11-29. 
  2. ^ Briand, F.; Cohen, J. E. (1987). "Environmental correlates of food chain length" (PDF). Science (4829): 956–960. doi:10.1126/science.3672136. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2012-04-25. Diakses tanggal 2014-02-27. 
  3. ^ Post, D. M.; Pace, M. L.; Haristis, A. M. (2006). "Parasites dominate food web links". Proceedings of the National Academy of Sciences. 103 (30): 11211–11216. doi:10.1073/pnas.0604755103. 
  4. ^ Vander Zanden, M. J.; B. J., Shuter; Lester, N.; Rasmussen, J. B. (1999). "Patterns of food chain length in lakes: A stable isotope study" (PDF). The American Naturalist. 154 (4): 406–416. doi:10.1086/303250. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-03-04. Diakses tanggal 2014-02-27. 
  5. ^ Elton, C. S. (1927). Animal Ecology. London, UK.: Sidgwick and Jackson. ISBN 0-226-20639-4. 
  6. ^ Allesina, S.; Alonso, D.; Pascal, M. "A general model for food web structure" (PDF). Science. 320 (5876): 658–661. doi:10.1126/science.1156269. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2011-09-28. Diakses tanggal 2014-02-27. 
  7. ^ Egerton, F. N. (2007). "Understanding food chains and food webs, 1700-1970". Bulletin of the Ecological Society of America. 88: 50–69. doi:10.1890/0012-9623(2007)88[50:UFCAFW]2.0.CO;2. [pranala nonaktif permanen]
  8. ^ Odum, E. P.; Barrett, G. W. (2005). Fundamentals of ecology. Brooks/Cole. hlm. 598. ISBN 978-0-534-42066-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-13. Diakses tanggal 2015-03-04. 
  9. ^ Wardhani, Siti Pramitha Retno (2019). Intisari Biologi Dasar. Yogyakarta: Diandra Kreatif. hlm. 203–204. ISBN 978-602-336-888-4. 

From Wikipedia, the free encyclopedia · View on Wikipedia

Developed by razib.in