Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Nama | |
---|---|
Nama IUPAC
7,8-dimetil- 10-((2R,3R,4S)- 2,3,4,5- tetrahidroksipentil) benzo [g] pteridina- 2,4 (3H,10H)- diona
| |
Nama lain
Vitamin B2
| |
Penanda | |
Model 3D (JSmol)
|
|
3DMet | {{{3DMet}}} |
Nomor EC | |
MeSH | Riboflavin |
PubChem CID
|
|
Nomor RTECS | {{{value}}} |
CompTox Dashboard (EPA)
|
|
| |
Sifat | |
C17H20N4O6 | |
Massa molar | 376,36 g/mol |
Titik lebur | 290 °C (dec.) |
Kecuali dinyatakan lain, data di atas berlaku pada suhu dan tekanan standar (25 °C [77 °F], 100 kPa). | |
verifikasi (apa ini ?) | |
Referensi | |
Riboflavin, dikenal juga sebagai vitamin B2, adalah mikronutrisi yang mudah dicerna, bersifat larut dalam air, dan memiliki peranan kunci dalam menjaga kesehatan pada manusia dan hewan.[1] Vitamin B2 diperlukan untuk berbagai ragam proses seluler. Seperti vitamin B lainnya, riboflavin memainkan peranan penting dalam metabolisme energi, dan diperlukan dalam metabolisme lemak, zat keton, karbohidrat dan protein. Vitamin ini juga banyak berperan dalam pembetukkan sel darah merah, antibodi dalam tubuh, dan dalam metabolisme pelepasan energi dari karbohidrat.[1]
Susu, keju, sayur hijau, hati, ginjal, kacang-kacangan seperti kacang kedelai,[2] ragi, jamur dan badam[3] merupakan sumber utama vitamin B2, namun paparan terhadap cahaya akan menghancurkan riboflavin.
Nama riboflavin berasal dari kata ribosa dan flavin.
|oclc=
(bantuan).