Seni Yunani Kuno memiliki ciri yang khas jika dibandingkan dengan seni budaya peradaban lainnya, yakni perkembangan penggambaran tubuh manusia yang natural tetapi ideal, dengan sebagian besar berupa laki-laki telanjang. Perkembangan gaya penggambaran antara sekitar 750 dan 300 SM dapat dibilang luar biasa dengan standar zaman kuno, dan karya yang masih bertahan dapat dilihat dari patung yang dibuat. Terdapat inovasi penting dalam seni lukis, yang sayangnya harus direkonstruksi terlebih dahulu karena karya yang bertahan hingga saat ini sebagian besar mengalami kerusakan, kecuali lukisan yang dilukis pada tembikar. Arsitektur Yunani secara teknis sangat sederhana, dengan gaya yang harmonis dan adanya berbagai detail-detail yang sebagian besar mengikuti arsitektur Romawi, dan hingga saat ini masih digunakan pada beberapa bangunan modern. Arsitektur Yunani Kuno menggunakan ornamen yang juga digunakan pada tembikar, logam, serta media lainnya, dan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap seni Eurasia, terutama setelah Buddhisme membawanya keluar hingga meluas sampai dunia Yunani yang diciptakan oleh Aleksander Agung. Konteks sosial dari seni Yunani termasuk perkembangan politik yang radikal dan peningkatan kesejahteraan; prestasi peradaban Yunani yang mengesankan lainnya seperti dalam bidang filsafat, sastra, dan lainnya juga terkenal di seluruh dunia.
Kesenian oleh orang-orang Yunani pada zaman prasejarah umumnya tidak termasuk kesenian Yunani Kuno dan lebih dikenal sebagai Seni Aegea yang juga termasuk didalamnya seni Kyklades dan seni peradaban Minoa dan Mykenai dari Zaman Perunggu Yunani.[1] Seni Yunani kuno biasanya dibagi berdasarkan gayanya menjadi empat periode: Geometris, Kuno, Klasik, dan Helenistik. Periode Geometris bermula sejak sekitar 1000 SM, walau pada kenyataannya sulit mengetahui hal-hal tentang Yunani selama 200 tahun sebelumnya, yang secara tradisional dikenal sebagai Zaman Kegelapan Yunani. Pada abad ke-7 SM, terdapat perkembangan yang lambat dari gaya Kuno seperti gaya lukisan vas yang bergambar hitam. Sekitar 500 SM, sesaat sebelum terjadinya Perang Persia (480 SM=448 SM), umumnya menjadi pembatas antara periode Kuno dan Klasik, dan masa pemerintahan Aleksander Agung (336 SM=323 SM) menjadi pembatas antara periode Klasik dan Helenistik. Dari abad ke-1 SM hingga seterusnya istilah "Greko-Romawi" digunakan.[2]
Pada kenyataannya, tidak ada masa transisi yang jelas dari satu periode ke periode yang lain. Setiap kesenian berkembang dengan kecepatan yang berbeda pada wilayah yang berbeda dari dunia Yunani, dan di setiap periode terdapat beberapa seniman yang memiliki gaya yang lebih inovatif dari yang lain. Tradisi lokal yang kuat dan adanya kultus memungkinkan sejarawan untuk menemukan asal-usul bahkan dari karya-karya seni yang ditemukan jauh dari tempat asal mereka. Berbagai bentuk kesenian Yunani banyak dibawa keluar dari Yunani.
Kemungkinan suatu karya dari kesenian Yunani dapat bertahan hingga saat ini tergantung dari media seninya. Saat ini, terdapat banyak kesenian Yunani Kuno berupa tembikar, koin, patung batu, dan beberapa patung perunggu. Sedangkan lukisan, perpipaan dari logam, dan yang menggunakan bahan yang tidak bertahan lama seperti kayu telah hilang. Beberapa kepingan batu dari sejumlah kuil dan teater berhasil diselamatkan, tetapi tidak bagi dekorasi bangunan.[3]