Sinema Tiongkok | |
---|---|
Jumlah layar | 23,600 (2014)[1] |
• Per kapita | 1.81 per 100,000 (2014) |
Film fitur yang diproduksi (2014)[1] | |
Fiksi | 618 |
Jumlah admisi (2014)[1] | |
Total | 830,000,000 |
Keuntungan Box Office (2014)[2] | |
Total | ¥29.6 miliar (US$4.82 miliar)[2] |
Film nasional | ¥16.2 miliar (US$2.64 miliar) (55%)[2] |
Sinema Tiongkok adalah salah satu dari tiga sinema berbahasa Tionghoa bersama dengan Sinema Hong Kong dan Sinema Taiwan.
Sinema diperkenalkan di China pada 1896 dan film Tionghoa pertama, The Battle of Dingjunshan, dibuat pada 1905, oleh sebuah industri film yang berpusat di Shanghai pada dekade pertama. Film bersuara pertama, Sing-Song Girl Red Peony, yang menggunakan teknologi cakram bersuara, dibuat pada 1931. Tahun 1930an, yang dianggap sebagai "zaman keemasan" pertama dari sinema Tionghoa, dikatakan merupakan masa kebangkitan dari gerakan sinematik sayap kiri dan pertikaian antara Nationalis dan Komunis dituangkan dalam film-film yang dibuat. Setelah invasi Jepang ke China dan pendudukan Shanghai, industri film di kota tersebut mengalami kemerosotan, dan para pembuat film berpindah ke Hong Kong, Chongqing dan tempat lainnya
China adalah tempat dari studio film terbesar di dunia, Hengdian World Studios, dan pada 2010, studio tersebut menjadi industri film terbesar ketiga menurut jumlah film fitur yang dibuat setiap tahunnya. Pada 2012, negara tersebut menjadi pasaran terbesar kedua di dunia menurut penerimaan box office. Pada 2014, keuntungan box office di China adalah ¥29.6 miliar (US$4.82 miliar), dengan 55% diantaranya merupakan keuntungan pada film-film domestik. Negara tersebut diperkirakan menjadi pasar terbesar di dunia pada 2018.[3] China juga menjadi pusat bisnis utama untuk studio-studio Hollywood.[4][5]
As China's box office continues to boom – it expanded 30 percent in the first quarter of 2014 and is expected to reach $4.64 billion by year's end – Beijing is replacing London and Tokyo as the most important promotional destination for Hollywood talent.
The booming mainland Chinese movie market has focused Hollywood's attention on the Chinese audience and now makes Beijing more important on promo tours than Tokyo and Hong Kong