Sunan Nata Alam

Sunan Nata Alam Tahmidilah II
Sri Sultan Tahmidilah II Sultan Sepuh
Sri Sultan Tahmidilah II Sultan Sepuh
Berkuasa5 September 1778 – 19 April 1802
Penobatan5 September 1778 Istana Bumi Kencana Martapura
PendahuluSri Sultan Abdoe'llah Amirul Mukminin
PenerusSri Sultan Sulaiman dari Banjar
Panembahan Batuah Sunan Nata Alam
Berkuasa9 Oktober 1762 – 5 September 1778[1]
Penobatan9 Oktober 1762
Panembahan Kaharoeddin Haliloellah Mendampingi Sri Sultan Abdoe'llah Amirul Mukminin
Berkuasa16 januari 1671 – 9 Oktober 1762[1]
Penobatan16 januari 1671
Pangeran Mangkubumi Mendampingi Sri Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah
Berkuasa3 Agustus 1759 – 16 januari 1671[1]
Penobatan3 Agustus 1759
KelahiranPangeran Wira Nata Dilaga[2]
1734
Martapura, Kesultanan Banjar
Kematian19 April 1802(1802-04-19) (umur 67–68)
Pasangan
1. Permaisuri Ratu : Ratoe Lawiyah (ibu Suri Tua / Ibu suri Agung)
memiliki tujuh orang anak

2. Syarifah Ratu Raudah Maimunah dari Prambanan (ibu Suri Muda)
memiliki empat orang anak

3. Ratu Umi Suryani binti Pangeran Arsyad
memiliki enam orang anak

4. Syarifah Ratu Aminah binti Syarif Nuh Mufti di Prambanan
memiliki dua orang anak

Keturunan
1. ♂ Pengeran Ratu Sultan Soleman Sulaiman dari Banjar Sultan Sulaiman Rahmatullah

2. ♂ Pangeran Ismael Ratu Anom Ismail Ratu Anum Mangku Dilaga/ Pangeran Mangkubumi Sukma Dilaga


3. ♀ Ratu Siti Air Mas, diperisteri Pangeran Abdullah bin Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah


4. ♀ Ratu Maimunah diperistri oleh Pangeran Sayyid Zein Bahasyim

5. ♀ Ratu Zaleha diperisteri Pangeran Nata Kasuma (Nata Anta Kasuma / Syarif Awwad Bahasyim) bin Pangeran Purga

6. ♂ Pangeran Nata Kesuma

7. ♀ Ratu Kanifah, diperisteri Pangeran Syekh Syarif Ahmad Dipasanta (Pangeran Ahmad Dipasanta)

8. ♂ Pangeran Muhammad di Margasari

9. ♂ Pangeran Tata Negara

10. ♂ Pangeran Daud (Gusti Daud)

11. ♀ Ratu Ishaq, (diperisteri Pangeran Ishaq bin Pangeran Mas bergelar Ratu Anum Kasuma Yuda Sayyid Abdurrahman Shadiq bin Pangeran Husein Kesuma Negara bin Pangeran Dipati bergelar Syaikh Abu Bakar bin Salim)

12. ♀ Ratu Salamah, diperisteri Sayyid Idrus bin Hasan bin Agil Al-Habsyi

13. ♀ Ratu Mahmud, diperisteri Mufti Pangeran Syaikh Mahmud Al-Madani

14. ♀ Ratu Shafiyah diperisteri Syaikh Pangeran Muhiddin bin Pangeran Mas bergelar Ratu Anum Kasuma Yuda Sayyid Abdurrahman Shadiq bin Pangeran Husein Kesuma Negara bin Pangeran Dipati bergelar Syaikh Abu Bakar bin Salim

15. ♀ Ratu Tapa (Ratu Bulan), diperisteri Adipati Arsyad

16. ♀ Ratu Siti Nur (Ratu Sepuh Panjang), diperisteri Syarif Abu Bakar bin Husein bin Ahmad bin Abdullah Al-Habsyi

17. ♀ Ratu Hanimah (Gusti Kalimat), diperisteri Pangeran Syekh Syarif Ahmad Dipasanta (Pangeran Ahmad Dipasanta)

18. ♀ Ratu Qasim (Ratu Mardiah), diperisteri Syarif Qasim bin Abdurrahman Ba'bud

19. ♀ Ratu Aminah, diperisteri Syarif Andin Segaf bin Abdurrahman Alaydrus.

Nama takhta
Kebawah Duli Yang Maha Mulia Paduka Sri Sultan Tahmidillah II[3]
WangsaDinasti Banjarmasin
AyahSultan Tamjidillah I
IbuRatu Mas
AgamaIslam Sunni
Makam Sultan Tahmidillah di Desa Dalam Pagar, Martapura, Banjar

Pangeran Nata[4] atau Nata Negara / Nata Dilaga[5][6] bergelar Sultan Tamhidillah atau Sulthan Tahmidillah[7] (tepatnya Tahhmid Illah II)[8] atau Wira Nata[9] atau Panembahan Ratoe[10] atau Susunan Sultan Sulaiman Saidullah (ke-1) atau Sunan Nata Alam atau Panembahan Batoe[11][12][13] adalah mangkubumi dan Wali Sultan Banjar tahun 1761-1801.[1][14] atau 1778-1808.[15][16]

Pangeran / raja ini menyebut dirinya Soesoehoenan Natahahalam; tetapi telah mendedikasikan pemerintah untuk putra tertuanya, di bawah pengawasannya, dengan nama Sulthan Sleeman Schahidullach. Istana yang dulunya bertempat tinggal di Caijoe-tangie, telah dibubarkan sejak tahun 1771, menjadi Marthapora: tempat kaum Sulthon membangun kota besar dan menggali sungai yang sangat lebar, terbagi menjadi dua bagian: dan juga nama dari Marthapoera di Boemie Kintjana, diubah.[17][18]


Pangeran Nata, yang juga dikenal dengan berbagai gelar seperti Sultan Tahmidillah II, Sunan Nata Alam, dan Sultan Sulaiman Saidullah I, adalah Mangkubumi dan Wali Sultan Banjar pada periode 1761-1802. Nama lengkapnya menunjukkan pengaruh dan kekuasaan yang besar di Kesultanan Banjar selama akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Istana yang awalnya berlokasi di Caijoe-tangie dipindahkan ke Martapura sejak tahun 1771, yang kemudian berkembang menjadi kota besar.


Berikut adalah beberapa gelar dan nama lain yang dikenal dari Pangeran Nata:

-Pangeran Nata Dilaga
-Pangeran Wira Nata
-Pangeran Nata Negara
-Kaharuddin Halilullah (1761-1802)
-Akamuddin Saidullah (1762)
- Amirul Mu’minin Abdullah
-Susuhunan/Sunan Nata Alam (1772)
-Sunan Soleman Sa'idallah
-Sultan Sulaiman Saidullah (1787)
-Sultan Batu
-Panembahan Anum (1798-1802)
-Panembahan Ratu (1797)


Pangeran Nata Sultan Tahmidilah II memiliki empat istri dan banyak anak:

1. Permaisuri Ratu Lawiyah (Ibu Suri Tua/Ibu Suri Agung)

  - Pangeran Ratu Sultan Soleman Sulaiman dari Banjar
  - Pangeran Ismael Ratu Anom Ismail Ratu Anum Mangku Dilaga
  - Ratu Siti Air Mas
  - Ratu Maimunah
  - Ratu Zaleha
  - Pangeran Nata Kesuma
  - Ratu Kanifah

2. Syarifah Ratu Raudah Maimunah dari Prambanan (Ibu Suri Muda)

  - Pangeran Muhammad di Margasari
  - Pangeran Tata Negara
  - Pangeran Daud (Gusti Daud)
  - Ratu Ishaq

3. Ratu Umi Suryani binti Pangeran Arsyad

  - Ratu Salamah
  - Ratu Mahmud
  - Ratu Shafiyah
  - Ratu Tapa (Ratu Bulan)
  - Ratu Siti Nur (Ratu Sepuh Panjang)
  - Ratu Hanimah (Gusti Kalimat)

4. Syarifah Ratu Aminah binti Syarif Nuh Mufti di Prambanan

  - Ratu Qasim (Ratu Mardiah)
  - Ratu Aminah

1. ♂ Pengeran Ratu Sultan Soleman Sulaiman dari Banjar Sultan Sulaiman Rahmatullah (anak Permaisuri Ratu Lawiyah (ibu Suri Tua/Ibu Suri Agung) binti Sultan Mohammad Alieuddin Aminullah Muhammad dari Banjar bin Sulthan Chamiedoela /Chamidullah /Hamidullah Hamidullah dari Banjar)


2. ♂ Pangeran Ismael Ratu Anom Ismail Ratu Anum Mangku Dilaga/ Pangeran Mangkubumi Sukma Dilaga (Pangeran Asmail) (anak Permaisuri Ratu Lawiyah (ibu Suri Tua/Ibu Suri Agung) binti Sultan Mohammad Alieuddin Aminullah Muhammad dari Banjar bin Sulthan Chamiedoela /Chamidullah /Hamidullah Hamidullah dari Banjar)[19]
) ditahan kemudian dibunuh oleh Sultan Sulaiman karena diduga akan melakukan kudeta.Jabatan mangkubumi kemudian dipegang oleh Pangeran Husein dengan gelar Pangeran Mangkubumi Nata putera Sultan Sulaiman sendiri


3. ♀ Ratu Siti Air Mas (anak Permaisuri Ratu Lawiyah (ibu Suri Tua/Ibu Suri Agung) putri Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah Muhammadillah Muhammad dari Banjar bin Paduka Seri Sultan Chamidullah Hamidullah dari Banjar). diperisteri Pangeran Ratu Abdoe'llah/Amieroel Moeminien Abdoellah Putra Mahkota bin Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah [19]


4.♀ Ratu Maimunah (anak Permaisuri Ratu Lawiyah (ibu Suri Tua/Ibu Suri Agung) binti Sultan Mohammad Alieuddin Aminullah Muhammad dari Banjar bin Sulthan Chamiedoela /Chamidullah /Hamidullah Hamidullah dari Banjar) diperistri oleh Pangeran Sayyid Zein Bahasyim Pangeran Said Zein bin Umar Bahasyim[19]

5. ♀ Ratu Zaleha (anak Permaisuri Ratu Lawiyah (ibu Suri Tua/Ibu Suri Agung) ) diperisteri Pangeran Nata Kasuma (Nata Anta Kasuma / Syarif Awwad Bahasyim) bin Pangeran Purga.[19]

6. ♂ Pangeran Nata Kesuma (anak Permaisuri Ratu Lawiyah (ibu Suri Tua/Ibu Suri Agung) binti Sultan Mohammad Alieuddin Aminullah Muhammad dari Banjar bin Sulthan Chamiedoela /Chamidullah /Hamidullah Hamidullah dari Banjar)[19]


7. ♀ Ratu Kanifah (anak Permaisuri Ratu Lawiyah (ibu Suri Tua/Ibu Suri Agung) binti Sultan Mohammad Alieuddin Aminullah Muhammad dari Banjar bin Sulthan Chamiedoela /Chamidullah /Hamidullah Hamidullah dari Banjar), diperisteri Pangeran Syekh Syarif Ahmad Dipasanta (Pangeran Ahmad Dipasanta)[19]


8. ♂ Pangeran Muhammad di Margasari anak Syarifah Ratu Raudah Maimunah dari Prambanan (ibu Suri Muda)


9. ♂ Pangeran Tata Negara anak Syarifah Ratu Raudah Maimunah dari Prambanan (ibu Suri Muda)


10. ♂ Pangeran Daud (Gusti Daud) anak Syarifah Ratu Raudah Maimunah dari Prambanan (ibu Suri Muda)


11. ♀ Ratu Ishaq,anak Syarifah Ratu Raudah Maimunah dari Prambanan (ibu Suri Muda), (diperisteri Pangeran Ishaq bin Pangeran Mas bergelar Ratu Anum Kasuma Yuda Sayyid Abdurrahman Shadiq bin Pangeran Husein Kesuma Negara bin Pangeran Dipati bergelar Syaikh Abu Bakar bin Salim


12. ♀ Ratu Salamah,anak Ratu Umi Suryani binti Pangeran Arsyad, diperisteri Sayyid Idrus bin Hasan bin Agil Al-Habsyi


13. ♀ Ratu Mahmud,anak Ratu Umi Suryani binti Pangeran Arsyad, diperisteri Mufti Pangeran Syaikh Mahmud Al-Madani


14. ♀ Ratu Shafiyah anak Ratu Umi Suryani binti Pangeran Arsyad , diperisteri Pangeran Muhiddin bergelar Syaikh Muhiddin bin Pangeran Mas bergelar Ratu Anum Kasuma Yuda Sayyid Abdurrahman Shadiq bin Pangeran Husein Kesuma Negara bin Pangeran Dipati bergelar Syaikh Abu Bakar bin Salim


15. ♀ Ratu Tapa (Ratu Bulan),anak Ratu Umi Suryani binti Pangeran Arsyad, diperisteri Adipati Arsyad


16. ♀ Ratu Siti Nur (Ratu Sepuh Panjang),anak Ratu Umi Suryani binti Pangeran Arsyad, diperisteri Syarif Abu Bakar bin Husein bin Ahmad bin Abdullah Al-Habsyi

17. ♀ Ratu Hanimah (Gusti Kalimat),anak Ratu Umi Suryani binti Pangeran Arsyad, diperisteri Pangeran Syekh Syarif Ahmad Dipasanta (Pangeran Ahmad Dipasanta)


18. ♀ Ratu Qasim (Ratu Mardiah),anak Syarifah Ratu Aminah binti Syarif Nuh Mufti di Prambanan, diperisteri Syarif Qasim bin Abdurrahman Ba'bud


19. ♀ Ratu Aminah,anak Syarifah Ratu Aminah binti Syarif Nuh Mufti di Prambanan diperisteri Syarif Andin Segaf bin Abdurrahman Alaydrus.


Pengangkatan Putra Mahkota di Kesultanan Banjar: Gelar Pangeran Ratu

-Pengangkatan Pangeran Sulaiman Saidullah II

Pada tahun 1767, Sultan Tahmidilah II - Sunan Nata Alam mengangkat putranya yang berusia 6 tahun lahir pada tahun 1761 yang merupakan tahun mangkatnya Sultan Muhammad Aminullah 16 Januari 1761.Pangeran Sulaiman Saidullah II dengan gelar Pangeran Ratu Putra Mahkota Sulaiman Saidullah II sebagai penggantinya kelak.Pangeran Ratu Sulaiman yang dianggap sebagai pewaris Ratu Lawiyah Putri Sultan Muhammad dari Banjar Aliuddin Aminullah bin Sulthan Chamiedoela / Chamidullah / Hamidullah dari Banjar (Sultan Kuning). Jadi Sunan Nata Alam atau Tahmidillah II merupakan Anak Mantu Sultan Muhammad dari Banjar Aliuddin Aminullah bin Sulthan Chamiedoela / Chamidullah / Hamidullah dari Banjar (Sultan Kuning). Pengangkatan ini dilakukan untuk memastikan bahwa penerus tahta Kesultanan Banjar tetap berada dalam garis keturunan langsungnya.Sultan Tahmidilah II - Sunan Nata Alam kemudian memberi gelar kepada putera sulungnya Pangeran Ratu Sultan Soleman menjadi Sulthan Sleeman Schahidullach / Sultan Sulaiman Saidullah II dan ia sendiri selanjutnya bergelar sunan yang dianggapnya sebagai gelar yang lebih tinggi sehingga menjadi Sunan Sulaiman Saidullah I [20][21]


-Pengangkatan Pangeran Adam al-Watsiq Billah

Lima belas tahun kemudian, pada tahun 1782, Sultan Tahmidilah II - Sunan Nata Alam kembali mengangkat cucunya yang baru lahir 1782 dengan gelar Pangeran Ratu Adam al-Watsiq Billah. Gelar ini diberikan kepada Pangeran Adam sebagai pewaris atau Putra Mahkota Banjar sejak tahun 1782.[22]

Proses pengangkatan Pangeran Ratu ini menunjukkan pentingnya menjaga keberlanjutan dan kestabilan dinasti dalam Kesultanan Banjar, dengan memastikan bahwa penerus tahta telah dipersiapkan sejak dini.

Semula ia menjadi mangkubuminya Sultan Muhammad dari Banjar Aliuddin Aminullah bin Sulthan Chamiedoela / Chamidullah / Hamidullah dari Banjar (Sultan Kuning) 3 Agustus 1759-16 Januari 1761, dengan sebutan Pangeran Nata Mangkubumi. Sejak mangkatnya Sultan Muhammad dari Banjar Aliuddin Aminullah bin Sulthan Chamiedoela / Chamidullah / Hamidullah dari Banjar (Sultan Kuning) pada tahun 1761, ia menjadi Wali anak-anak almarhum Sultan Muhammad dari Banjar Aliuddin Aminullah bin Sulthan Chamiedoela / Chamidullah / Hamidullah dari Banjar (Sultan Kuning) dengan gelar Panembahan Kaharoeddin Haliloellah (EYD: Panembahan Kaharuddin Halilullah).[23][24]


Pada tahun 1762 ia naik tahta dengan gelar Sultan Akamuddin Saidullah (mulai Oktober 1762).[24] Ia menggantikan Sultan Muhammad dari Banjar Aliuddin Aminullah bin Sulthan Chamiedoela / Chamidullah / Hamidullah dari Banjar (Sultan Kuning) yang mangkat karena sakit paru-paru yang dideritanya sejal awal pemerintahnya 1759 dengan meninggalkan putera-puteri yang masih kecil. Atas perintah Dewan Mahkota tahun 1762 Adik Kandung nya Pangeran ke-2 yang bernama Pangeran Ratu Anom Prabujaya Prabajangga dilantik menjadi Pangeran Mangkubumi (kepala pemerintahan).[25]


Ia juga dikenal dengan nama Sultan Tamhidillah atau Tahmidillah II yang merupakan paduan dari kata Tahmid dan Allah, secara harafiah Tahmid berarti keadaan menyampaikan pujian atau rasa syukur berkali-kali (kepada Allah).[26] Sultan Tahmidillah II menikah dengan Puteri Lawiyah, anak Sultan Tahmidubillah/Sultan Muhammadillah. Sebagai legitimasi, maka dalam silsilah raja-raja Banjar menarik garis keturunan pewaris tahta dari Puteri Lawiyah binti Sultan Tahmidubillah/Sultan Muhammad, dan bukan dari garis keturunan Sultan Tamjidillah I. Sultan Tamjidillah I merupakan mangkubumi Sultan Kuning (ayahanda Sultan Muhammad). Sultan Tamjidillah I atau Sultan Tamjidullah I adalah ayahanda Sultan Tamhidillah /Sultan Tahmidillah II


Sultan ini banyak memiliki gelar-gelar seperti Panembahan (= raja kecil), Sultan dan Sunan. Sunan Nata Alam atau Susuhunan Nata Alam adalah gelar yang digunakannya sejak tahun 1772. Ia juga menggunakan gelar Sunan Soleman Sa'idallah (Sunan Sulaiman Saidullah), sedangkan puteranya memakai gelar Sultan Soleman Sa'idallah (Sultan Sulaiman Saidullah), karena persamaan nama tersebut ia disebut Sulaiman Saidullah I, sedangkan puteranya Sulaiman Saidullah II. Perbedaanya terletak pada kata Sunan dan Sultan.

Pada masa pemerintahannya pada Bulan Ramadhan 1186 H bertepatan 1772 M, tibalah ulama Banjar Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari setelah 30 tahun menuntut ilmu di Makkah.

Menurut Arsip Nasional Republik Indonesia, korespondensi antara Raja Banjar Sunan Nata Alam kepada VOC-Belanda terjadi sejak tanggal 16 Juni 1771 sampai 11 Juli 1786.[27]

  1. ^ a b c d "Regnal Chronologies Southeast Asia: the Islands". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-01-11. Diakses tanggal 2010-08-18. 
  2. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-18. Diakses tanggal 2014-05-18. 
  3. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama tutur candi
  4. ^ Poesponegoro, Marwati Djoened; Notosusanto, Nugroho (2008). Sejarah nasional Indonesia: Kemunculan penjajahan di Indonesia, ±1700-1900. PT Balai Pustaka. hlm. 276. ISBN 978-979-407-410-7. 
  5. ^ "Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkunde" (dalam bahasa Belanda). Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. 1860: 98. 
  6. ^ Abdul Rahman Hj. Abdullah (2016). "Sejarah, Tamadun, Islam, Masihi, Nusantara". Biografi Agung Syeikh Arsyad Al-Banjari (dalam bahasa Melayu). Malaysia: Karya Bestari. hlm. 100. ISBN 9678605945.  ISBN 9789678605946
  7. ^ (Melayu) Mohd. Shaghir Abdullah (Hj. W.), Perkembangan ilmu fiqh dan tokoh-tokohnya di Asia Tenggara, Jilid 1, Ramadhani, 1985
  8. ^ De gids: nieuwe vaderlandsche letteroefeningen (dalam bahasa Belanda). G. J. A. Beijerinck. 1866. hlm. 48. 
  9. ^ Kielstra, Egbert Broer (1892). De ondergang van het Bandjermasinsche rijk (dalam bahasa Belanda). E.J. Brill. hlm. 2. 
  10. ^ Rees, Willem Adriaan (1865). De bandjermasinsche krijg van 1859-1863: met portretten, platen en een terreinkaart. D. A. Thieme. hlm. 8. 
  11. ^ Müller, Salomon (1857). Reizen en onderzoekingen in den Indischen archipel, gedaan op last der nederlandsche indische regering, tusschen de jaren 1828 en 1836: Nieuwe uitgave, met verbeteringen (dalam bahasa Belanda). hlm. 141. 
  12. ^ Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkunde (dalam bahasa Belanda). 3. 1855. hlm. 569. 
  13. ^ Hoëvel, Wolter Robert (1861). Tijdschrift voor Nederlandsch Indië (dalam bahasa Belanda). 52. Ter Lands-drukkerij. hlm. 199. 
  14. ^ Pluvier, Jan M. (1967). A Handbook and Chart of South-East Asian History (dalam bahasa Inggris). hlm. 33. 
  15. ^ (Indonesia)Kiai Bondan, Amir Hasan (1953). Suluh Sedjarah Kalimantan. Bandjarmasin: Fadjar. 
  16. ^ Ranah Banjar. Departemen Pendidikan Nasional. 2000. 
  17. ^ Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap der Kunsten en Wetenschappen (dalam bahasa Belanda). 2. Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. 1784. 
  18. ^ Radermacher, Jacob Cornelis Matthieu (1826). Beschryving van het eiland Borneo, voor zoo verre het zelve, tot nu toe, bekend is (dalam bahasa Belanda) (edisi ke-3). Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. hlm. 46. 
  19. ^ a b c d e f Hindia-Belanda (1965). Bandjermasin (Sultanate), Surat-surat perdjandjian antara Kesultanan Bandjarmasin dengan pemerintahan2 V.O.C.: Bataafse Republik, Inggeris dan Hindia-Belanda 1635-1860 (PDF). Arsip Nasional Republik Indonesia, Kompartimen Perhubungan dengan Rakjat. hlm. 12. 
  20. ^ (Belanda) Tijdschrift voor Nederlandsch Indië (1861). "Tijdschrift voor Nederlandsch Indië (Geschiedkundige aanteekcningen omtrent zuidelijk Borneo)". 23. Ter Lands-drukkerij: 199. 
  21. ^ (Inggris) Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië (1861). "Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië". 23 (1-2). Nederlandsch-Indië: 198. 
  22. ^ Gazali Usman, Ahmad (1994). Kerajaan Banjar:Sejarah Perkembangan Politik, Ekonomi, Perdagangan dan Agama Islam. Banjarmasin: Lambung Mangkurat Press. 
  23. ^ (Belanda) Cornelis Noorlander, Johannes (1935). Bandjarmasin en de Compagnie in de tweede helft der 18de eeuw. M. Dubbeldeman. hlm. 43. 
  24. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama pegustian
  25. ^ "Salinan arsip" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2012-01-18. Diakses tanggal 2011-08-04. 
  26. ^ Nama Islami Nan Indah Untuk Anak, Mizan Pustaka, ISBN 979-8394-41-0, 9789798394416
  27. ^ "Mencari Surat-Surat :: Sejarah Nusantara". Arsip Nasional Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-10-14. Diakses tanggal 2020-09-10. 

From Wikipedia, the free encyclopedia · View on Wikipedia

Developed by Tubidy