Sungai Maros ᨔᨘᨂᨕᨗ ᨆᨑᨚ Versi Indonesia ᨔᨒᨚ ᨆᨑᨘ Versi Bugis ᨅᨗᨊᨂ ᨆᨑᨘ Versi Makassar Salo Maru', Sungai Maru', Salo Maros, Maros River, Binanga Maros, Binanga Maru' | |
---|---|
Peta OpenStreetMap
| |
Etimologi | dari Bahasa Bugis Salo berarti Sungai dan Maru' berarti Maros dari Bahasa Makassar Binanga berarti Sungai dan Maru' berarti Maros |
Lokasi | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Sulawesi Selatan |
Kabupaten | Maros |
Kecamatan | Simbang, Bantimurung, Tompobulu, Tanralili, Turikale, Maros Baru, Mandai, Marusu |
Ciri-ciri fisik | |
Hulu sungai | Sungai Bantimurung |
- lokasi | Lingkungan Tapieng, Kelurahan Boribellaya, Kecamatan Turikale, Kabupaten Maros |
- elevasi | 350 m (1.150 ft) dpl |
Hulu ke-2 | Gunung Baturape-Gunung Cindakko, Kawasan Pegunungan Tompobulu |
- lokasi | Dusun Cindakko, Desa Bonto Somba, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros |
- elevasi | 800 m (2.600 ft) dpl |
Muara sungai | Selat Makassar |
- lokasi | Desa Borimasunggu, Kecamatan Maros Baru, Kabupaten Maros |
Panjang | 69,90 km[1] |
Lebar | |
- rata-rata | 7.600 m (24.900 ft) (permukaan)[1] |
Kedalaman | |
- rata-rata | 217 m (712 ft)[1] |
Debit air | |
- minimum | 0.40 m³/s[1] |
- maksimum | 104 m³/s[1] |
Luas DAS | DAS: 645 km²[2] |
Informasi lokal | |
Zona waktu | WITA (UTC+8) |
GeoNames | 1636027 |
Sungai Maros[3] (Lontara: ᨔᨘᨂᨕᨗ ᨆᨑᨚ ; Bahasa Inggris: Maros River) adalah sebuah sungai yang terletak di wilayah Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia.[4] Sungai Maros merupakan sungai terpanjang di Kabupaten Maros dan salah satu sungai terpanjang di Sulawesi Selatan dengan panjang mencapai 69,90 km[1] hampir sama dengan panjang Sungai Jeneberang. Sungai Maros juga memiliki daerah tangkapan air terbesar kedua (645 km²) setelah Sungai Jeneberang. Sungai ini mengalir dari timur ke barat yang berhulu di Sungai Bantimurung yang airnya mengalir dari pegunungan bagian utara di Kawasan Pegunungan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (hulu I) dan Gunung Baturape-Cindakko di Kawasan Pegunungan Tompobulu (hulu II) menuju ke Selat Makassar. Daerah Aliran Sungai Maros melintasi 8 kecamatan yang kesemuanya tersebar di Kabupaten Maros, yakni Simbang, Bantimurung, Tompobulu, Tanralili, Mandai, Marusu, Turikale, dan Maros Baru.
Sungai ini mengalir melalui Kota Turikale setelah pertemuan dengan beberapa anak sungai utamanya, yakni Sungai Bantimurung dan Sungai Arparang, dan akhirnya bermuara di Selat Makassar. Arus utama sungai ini sangat berliku-liku menuju hilir sepanjang Kota Turikale. Kemiringan memanjang sungai di dekat hilir (dari muara hingga kira-kira 10 km ke hulu) diperkirakan sebesar 1/9.000 hingga 1/4.500. Bagian hulu Sungai Maros tertutupi oleh batu besar yang terbentuk oleh Gunung Berapi Baturape-Gunung Berapi Cindakko yang hampir tidak terkikis dan karenanya menghasilkan sedikit aliran permukaan sedimen. Meskipun adanya kondisi geologi yang baik seperti itu, tetap saja banyak aliran permukaan sedimen yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor kompleks, yakni: longsoran disepanjang daerah hulu sungai dan Penebangan pepohonan sepanjang aliran sungai oleh pemukim ilegal. Untuk mengatasi aliran permukaan sedimen, maka Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (BRLKT) telah membangun dam sabo.[2]
Kawasan muara Sungai Maros di Desa Borimasunggu, Kecamatan Maros Baru ditumbuhi mangrove sepanjang tepi pantai dan daerah aliran sungai yang masih dipengaruhi oleh pasang surut air laut yang menjadi habitat yang cocok untuk mangrove. Daerah pesisir pantai, yang dekat dengan muara sungai menjadi kawasan pertambakan yang merupakan mata pencaharian warga, sehingga kawasan mangrove di sekitar pertambakan dapat terdegradasi atau dapat terjadi penutupan lahan. Hal ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi pemerintah sekitar untuk melindungi kawasan mangrove di daerah pesisir, muara, dan Sungai Maros.
Di wilayah bagian barat Provinsi Sulawesi Selatan yang sering terjadi banjir, yaitu Kabupaten Maros. Daerah Aliran Sungai Maros termasuk DAS besar yang melewati ibu kota Kabupaten Maros dan sekaligus jalur lintas provinsi Sulawesi Selatan. Jika terjadi banjir bukan hanya masyarakat yang bermukim di sekitaran sungai yang mengalami masalah, tetapi juga akan mempengaruhi masyarakat lain yang akan melewati wilayah itu menuju Kota Makassar. Banjir dan meluapnya Sungai Maros ini pada awal tahun 2013 dan 2019 telah menyebabkan aktivitas lumpuh sepanjang Jalan Raya Trans Sulawesi di Kabupaten Maros.
Nama sungai Maros diambil dari nama daerah Maros sehingga nama sungai yang mengalir dari Maros hingga muaranya disebut sungai Maros. Sungai Maros memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai penyuplai air baku dan air bersih untuk kebutuhan warga Kabupaten Maros. Namun demikian, potensi bencana banjir juga besar karena sebagian besar daerah yang datar dan landai rawan banjir di wilayah DAS Maros. Faktor Penyebab banjir, yaitu faktor alam: curah hujan cukup tinggi, topografi datar dan landai, jenis tanah alluvial, dan litosol, penggunaan lahan dominan tambak dan sawah. Dan faktor manusia kurang menyadari dalam hal pengelolaan sampah, karena sampah dibuang di kanal dan sungai supaya ikut aliran sungai sehingga drainase kurang lancar. Oleh karena itu pemerintah dan masyarakat perlu bekerjasama meminimalisir dampak yang ditimbulkan oleh bencana banjir. Pemerintah perlu memperbaiki sarana drainase dan miningkatkan kesadaran masyarakat memahami faktor penyebab banjir di DAS Maros utamanya pengelolaan sampah.
<ref>
tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama :130