Tamjidillah II

Tuan Kebawah Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Sultan Tamjidilah Alwasjik Billah / al-Wâthiq billâh / El WATZIKH BASAH Sulthan Bandjarmasing[1][2]
SULTAN BANJAR XIV Sultan Tamjidilah Alwasjik Billah / al-Wâthiq billâh / El WATZIKH BASAH Sulthan Bandjarmasing[3]
Pangeran Sultan Muda Tamjidillah[4][5]
Sultan Moeda Tamdjid-Illah[6]
Pangeran Tamdjid' illah[7]
Sultan Tamjidilah Alwasjik Billah / al-Wâthiq billâh / El WATZIKH BASAH Sulthan Bandjarmasing
Berkuasa3 November 1857 – 25 Juni 1859[8]
Penobatan3 November 1857
PendahuluAdam dari Banjar Sultan Adam Alwasjik Billah / al-Wâthiq billâh / El WATZIKH BASAH Sulthan Bandjarmasing
PenerusSultan Ratu Anum Hidayatulah Halilllah Sulthan Martapoera dan Sultan Ratu Anum Wirakusuma Alwasjik Billah / al-Wâthiq billâh / El WATZIKH BASAH Sulthan Bandjarmasing
SultanLihat daftar
Sultan Muda Bandjarmasing Tamjidilah al-Wâthiq billâh / El WATZIKH BASAH Sulthan Moeda Bandjarmasing (Sultan Muda Banjar)[2]
Berkuasa10 Juni 1852/1268 Hijriyah - 3 November 1857[8]
Penobatan10 Juni 1852/1268 Hijriyah
Pangeran Mangkubumi Bandjarmasing Tamjidilah al-Wâthiq billâh / El WATZIKH BASAH Bandjarmasing[2]
[9]
Berkuasa7 September 18513 November 1857[8]
Penobatan7 September 1851
Pangeran Ratu Bandjarmasing Tamjidilah al-Wâthiq billâh / El WATZIKH BASAH Bandjarmasing
Berkuasa1 Mei 1841 -10 Juni 1852/1268 Hijriyah
Penobatan1 Mei 1841
Kelahiran1816
Martapura, Kesultanan Banjar
Kematian2 Oktober 1890(1890-10-02) (umur 73–74)
Empang Bogor
Pemakaman
Makam Dalem Sholawat empang Bogor
Pasangan
1. Permaisuri Ratu : ♀ Ratoe Bandjer Maas, keponakan Sultan Adam dari Banjar, menjadi janda Pangeran Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana pada tahun 7 September 1851, dan kemudian menikah dengan Sultan Tamjidillah II


Keturunan1. ♂ Pangeran Ratu Muhammad Amin (Aminoelah) Lahir Banjarmasin 1852 Pangeran Ke-1 Gagal Naik Tahta Sultan Muda


2. ♂ Pangeran Ratu Anom Muhammad Amir,Lahir Banjarmasin 1853 Pangeran Ke-2 Gagal Naik Tahta Pangeran Mangkubumi


3. ♂ Pangeran Mahmud,Lahir Banjarmasin 1856 Pangeran Ke-3


4. ♂ Pangeran Abdul Karim,Lahir Banjarmasin 1858 Pangeran Ke-4


5. ♀ Ratu Ainun Jariah, Lahir Empang Bogor 1861 Ratu ke-1


6. ♀ Ratu Saha, Lahir Empang Bogor 1863 Ratu ke-2

-Sultan Tamjidullah al-Wâthiq Billâ memiliki 3 saudara Kandung dan 10 saudara Tiri

-Sultan Tamjidullah al-Wâthiq Billâh memiliki 10 anak tiri dari pernikahan Ratoe Bandjer Maas

-Sultan Tamjidullah al-Wâthiq Billâh memiliki 6 anak Kandung dari pernikahan Ratoe Bandjer Maas
WangsaWangsa Banjar
WangsaDinasti Banjarmasin
AyahSultan Muda Abdur Rahman
IbuNyai Besar Aminah (anak dari Putri Dayak Tionghoa)
AgamaIslam Sunni
Makam Sultan banjar Tamjidilah II empang bogor jawa barat
Makam Sultan banjar Tamjidilah II empang bogor jawa barat

Paduka Tuan Sultan Muda Tamdjid Illah (Sultan Moeda Tamdjid-Illah)[10] bergelar Sultan Tamjidullah al-Watsiq Billah (سلطان الواثق بالله) atau Sultan Tamjid Allah II bin Pangeran Ratu Sultan Muda Abdurrahman, terlahir dengan nama Gusti Wayuri, adalah Sultan Banjar terakhir (ke-21) versi Belanda.[11][12] Ia memerintah antara tahun 1857-25 Juni 1859 Diarsipkan 2018-01-11 di Wayback Machine..[13]

Sultan Tamjidillah al-Watsiq Billah bin Pangeran Sultan Muda Abdur Rahman dilantik oleh pemerintahan Hindia Belanda untuk menggantikan almarhum Sultan Adam.[14][15][16][17]

Mangkubumi Setelah kematian mangkubumi Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana maka untuk sementara ia dilantik menjadi pemangku mangkubumi berdasarkan besluit per tanggal 13 November 1851 No. 2[18]

Tidak lama setelah itu, Sultan Muda kerajaan Banjar, Pangeran Abdurrahman mangkat pada 5 Maret 1852. Pelantikan Tamjidillah II sebagai mangkubumi oleh pemerintah Hindia Belanda tidak disetujui oleh Sultan Adam karena melangkahi anak ke-4 Sultan Adam yaitu Sultan Muda Prabu Citra Pangeran Praboe Anom, adik almarhum Sultan Muda kerajaan Pangeran Abdurrahman), bahkan Sultan Adam dari Banjar meminta Belanda untuk memecat Pangeran Tamjidillah II sebagai Mangkubumi, langkah selanjutnya Sultan Adam melantik Sultan Muda Prabu Citra Pangeran Praboe Anom sebagai Sultan Muda kerajaan Banjar.[19]

Sultan Muda Pangeran Tamjidullah al-Watsiq Billah bin Pangeran Sultan Muda Abdur Rahman merupakan putera ke-2 Pangeran ke-2 dari Putra mahkota Pangeran Ratu Sultan Muda Abdul Rachman dengan Nyai Besar Dawang bergelar Nyai Besar Aminah Putri Dayak Tionghoa dengan nama lahir Gusti Wayuri.

Dari perkawinan terdahulu Sultan Muda Abdul Rachman dengan isteri utama Permaisuri Ratu Sultan Abdul Rahman alias Ratu Salmah (adik Pangeran Antasari) menghasilkan seorang putera calon pewaris Kesultanan Banjar Putra Mahkota bernama Pangeran Ratu Rakhmatillah (Rachmadillah) pangeran ke-1 , namun putera tersebut meninggal usia 3 tahun.

Pemerintah Hindia Belanda sebelumnya sudah mengangkat Pangeran Tamjid sebagai mangkubumi semasa ayahnya (Sultan Muda Abdurrahman) masih hidup, kemudian setelah ayahnya mangkat, ia dilantik menjadi Sultan Muda sejak 10 Juni 1852 merangkap jabatan mangkubumi yang telah dijabatnya sebelumnya. Sebagai mangkubumi (rijksbestuurder) dan Putera Mahkota, Pangeran Ratu Sultan Muda Tamjidillah memperoleh gaji f 12.000 dan hasil peramasan (tambang emas) senilai 40 tahil @75 - 3.000 setahun.[20] [21] [22]


Pangeran Praboe Anom Putra Sulthan Adam adalah Sultan Muda Kesultanan Banjar yang dilantik oleh Sulthan Adam Al-Watsiq Billah (سلطان آدم الواثق بالله ) bin Sultan Sulaiman pada tahun 10 Juni 1855.Pangeran Praboe / Pangeran Praboe Anom / Pangeran Citra / Pangeran Praboe Abdullahjuga dikenal sebagai diplomat yang cerdas.Di dalam naskah Tutur Candi,namanya adalah Pangeran Prabu Citra. [23]: Ia salah satu kandidat Putra Mahkota pengganti Sultan Adam,namun Saat itu yang terpilih sebagai Mangkubumi adalah Pangeran Mangkubumi Tamjidullah bin Sultan Muda Abdul Rahman,Hingga Sultan adam 10 Juni 1855 menobatkan nya sebagai Sultan muda Putra Mahkota seorang pangeran yang berperan signifikan dalam sejarah politik dan sosial Kerajaan Banjar. Pangeran Praboe Anom pada tahun 1851 Mencalonkan sebagai Pangeran Mangkubumi di Martapura Setelah kematian Abang kandungnya 7 September 1851 Pangeran Mangkubumi Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana Pihak Kerajaan Menunjuk Mangkubumi sejak 7 September 1851 Pangeran Mangkubumi Praboe / Pangeran Praboe Anom / Pangeran Praboe Citra / Pangeran Praboe Abdullah yang pendapatannya diambil dari provinsi Kelua, Amuntai, Sei Banar, Alabio, Negara. namun pihak Kolonial Hindia Belanda Menobatkan Pangeran Tamjidillah al-Watsiq Billah dilantik menjadi Pangeran Mangkubumi Banjarmasin bergelar Pangeran Mangkubumi Tamjidillah al-Watsiq Billah berdasarkan besluit per tanggal 13 November 1851 No. 2.Sebagai mangkubumi (rijksbestuurder) dan Putera Mahkota, Pangeran Ratu Sultan Muda Tamjidillah al-Watsiq Billah memperoleh gaji f 12.000 dan hasil peramasan (tambang emas) senilai 40 tahil @75 - 3.000 setahun


Pada Tanggal 5 Maret 1852.Sultan Muda Abdurrahman mangkat,Pemerintah Kolonial Hindia Belanda Menobatkan Pangeran Mangkubumi Tamjidillah al-Watsiq Billah putra Sultan Muda Abdurrahman sebagai Sultan Muda Banjarmasin Pada Tanggal 10 Juni 1852 oleh dengan gelar Pangeran Mangkubumi Sultan Muda Tamjidillah al-Watsiq Billah.Sultan Muda Pangeran Tamjidullah al-Watsiq Billah bin Pangeran Sultan Muda Abdur Rahman merupakan putera ke-2 Pangeran ke-2 dari Putra mahkota Pangeran Ratu Sultan Muda Abdul Rachman dengan Nyai Besar Dawang bergelar Nyai Besar Aminah Putri Dayak Tionghoa dengan nama lahir Gusti Wayuri.tidak disetujui oleh Sultan Adam al-Watsiq Billah karena melangkahi Pangeran Mangkubumi Prabu Citra Pangeran Praboe Anom,adik Kandung almarhum Sultan Muda Abdurrahman, bahkan Sultan Adam al-Watsiq Billah meminta Belanda untuk memecat Pangeran Mangkubumi Sultan Muda Tamjidillah al-Watsiq Billah sejak 1852-1855 selama tiga tahun tidak mendapatkan hasil.Pangeran Mangkubumi Martapura Prabu Citra Pangeran Praboe Anom terlibat dalam berbagai peristiwa penting yang mempengaruhi dinamika kekuasaan di Kalimantan Selatan.dikenal karena keterlibatannya dalam politik kerajaan, langkah selanjutnya Sultan Adam al-Watsiq Billah melantik Pangeran Mangkubumi Martapura Prabu Citra Pangeran Praboe Anom sebagai Sultan Muda Martapura Pada Tanggal 10 Juni 1855 dengan gelar Pangeran Mangkubumi Sultan Muda Prabu Citra Pangeran Praboe Anom Menggantikan Abang Kandung Nya yang meninggal dunia yaitu Sultan Muda Abdurrahman wafat Pada Tanggal 5 Maret 1852. Jabatan Sultan Muda Martapura Prabu Citra Pangeran Praboe Anom ini merupakan tandingan jabatan Sultan Muda Banjarmasin yang dijabat oleh Pangeran Mangkubumi Sultan Muda Tamjidillah al-Watsiq Billah yang dilantik pemerintah kolonial Hindia Belanda. pemerintah Hindia Belanda mengangkat Gusti Andarun sebagai mangkubumi yang mengatur pemerintahan dari Martapura dengan gelar Pangeran Hidayatullah pada tanggal 9 Oktober 1856.[24] Pengangkatan Hidayatullah sebagai mangkubumi tertuang dalam Akte Van Beeediging Van Den Rijksbestierder Van Bandjarmasin, Pangeran Hidajat Oellah op 9 October 1856. (Besluit 4 Januari 1857 No. 41) Borneo, tertulis dalam bahasa Melayu di bawah:[25]

Besluit 4 Januari 1857 No. 41

Hadjrat Annabi Salallahu alaihi wassallam seribu dua ratus tudjuh puluh tiga pada kesembilan hari bulan Sjafar kepada hari Chamis djam pukul sepuluh pagi2.

Mendjadi hadjrat Almasih kesembilan hari bulan Oktober hari Chamis tahun seribu delapan ratus lima puluh enam, maka dewasa itulah sahaja Pangiran Hidajat Allah jang dengan permintaan Sri Paduka Tuan Sultan Adam Alwasikh Billah jang mempunjai tahta keradjaan Bandjarmasin beserta mupakatan dengan Sri Paduka Tuan van de Graaff residen Bandjarmasin jang memegang kuasa atas segala tanah sebelah Selatan dan Timur pulau Kalimantan sudah terima oleh Sri Paduka Jang Dipertuan Besar Gurnadur Djenderal dari tanah Hindia Nederland jang bersemajam di Betawi.

Mendjadi mangkubumi dikeradjaan Bandjarmasin bepersembahan suatu surat persumpahan ini kechadirat geburmin Hindia Nederland pada menjatakan ha mim Allah wal Rasul.

Pertama : bahwa dengan sesungguhnja sahaja berdjandji hendak maangkat pekerdjaan mangkubumi itu dengan hati jang tulus dan ichlas serta senantiasa hendak bepertolongan didalam maksud dan kehendak geburmin Hindia Nederland.

Kedua : bahwa sahaja berdjandji akan mengikuti dan mendengar sekalian titah dan perintah Sri Paduka Tuan Residen dari tanah Selatan dan timur pulau Kalimantan jang mendjadi wakil mutlaq geburnemin dipulau ini dan perintah Sri Paduka Tuan Sultan Bandjarmasin.

Ketiga : bahwa sahaja berdjandji hendak memelihara kari tulus dan ichlas antara geburnemin Hindia Nederland dengan Sri Paduka Tuan Sultan Bandjarmasin senantiasa djuga adanja.

Keempat : bahwa sahaja berdjandji hendak mendjalankan hukum jang adil dan berbuat sekalian jang mendjadikan selamat dan sentosanja Sri Paduka Tuan Sultan Bandjarmasin.

Kelima : bahwa sahaja berdjandji hendak mendjalankan sekalian aturan dan perintahan menurut seperti jang tersebut didalam kontrak jang telah diperbuat antara geburnemin Hindia Nederland dengan Sri Paduka Tuan Sultan Bandjarmasin serta mendjaga orang melanggar itu.

Kaenam : bahwa sahaja berdjandji dengan sebolih-bolihnja djua hendak mengerdjakan atas segala hal jang mendjadikan kebaikan dan sentosa keradjaan Bandjarmasin.

Ketudjuh : bahwa sahaja berdjandji tiada hendak berbuat keberatan dan kesusahan pada orang2 negeri hanja akan membuat aturan jang baik supaja segala orang didalam daerah Sri Paduka Tuan Sultan dihukumkan dengan hukum jang adil.

Kedelapan : maka sahaja mengaku lagi jang sahaja tiada sudah memberi sesuatu apa2 pembarian dan tiada sudah akan memberi apa2 kepada orang2 baik siapa2 jang oleh karena itu sahaja akan mendapat pekerdjaan mangkubumi ini. Maka demikian tersurat tiga kali sama bunjinja pada hadjemat jang tersebut diatas ini serta dibubuh tjap dengan tapak tangan sahaja sendiri dihadapan Sri Paduka Tuan Residen jang tersebut diatas ini dan dihadapan Sri Paduka Tuan Sultan Adam Alwasikh Billah dan Paduka Tuan Sultan Muda Tamdjid Illah serta sekalian radja2 dan menteri2 ditempat Sri Paduka Tuan Residen Bandjarmasin adanja.

Tjap : Sultan muda Tamdjid Illah.
Warna hidjau dalam lingkaran huruf Latin ditengah dengan huruf Arab.

Zegel : Sultan Adam.

Zegel : Zuid an Oost kust van Borneo
Ie main tiendrai.
ttd. van de Graaff.

Zegel ditulis dengan huruf Arab. Pangeran Hidajat Allah. Zegel warna merah.

Pemerintahan Kesultanan Banjar Martapoera & Pemerintahan Kesultanan Banjar Bandjarmasing 3 Juni 1825 - 3 maret 1862

Monarch Sultan Adam al-Wâthiq billâh Adam dari Banjar lahir 1782 Memerintah Bandjarmasing 3 Juni 1825- 1 November 1857
MonarchPangeran Ratu Sultan Muda Abdur Rahman dari Banjar Sultan Muda
lahir 1799 Memerintah Bandjarmasing 3 Juni 1825- 5 Maret 1852
Monarch Pangeran Ratu Sultan Muda Pangeran Praboe Anom
lahir 1807 Memerintah Martapoera 10 juni 185523 Februari 1858
Monarch Sultan
Tamjidillah II al-Wâthiq billâh lahir 1816 Memerintah Bandjarmasing (3 November 1857 - 25 juni 1859)
Monarch Pangeran Mangkubumi
Pangeran Ratu Anom Wirakusuma al-Wâthiq billâh
lahir 1822 Memerintah Bandjarmasing 3 November 1857 - 25 juni 1859
Monarch Pangeran Mangkubumi
Pangeran Ratu Anom Hidayatullah Halillillah lahir 1822 Memerintah Martapoera 9 Oktober 1856 - 5 Februari 1860

Sultan Banjar Ketika Sultan Adam al-Watsiq Billah meninggal pada tanggal 1 November 1857 karena sakit,pemerintah Hindia Belanda menobatkan Tamjidullah II sebagai sultan Banjar yang baru di Banjarmasin Pada tahun 1274 Hijriyah, yang bertepatan dengan tanggal 3 November 1857, dipilih sebagai pusat pemerintahannya,dimana penobatan ini ditentang oleh rakyat Banjar Sehari setelah penobatannya, Setelah Pemerintah kolonial Hindia Belanda melantik Pangeran Mangkubumi Sultan Muda Tamjidillah menjadi Sultan Banjar tanggal 3 November 1857,Sultan Tamjidillah II dilantik oleh pemerintahan kolonial Hindia Belanda sebagai Sultan Banjar lahir 1816 berusia 41 tahun sewaktu dilantik Sultan Banjar pada tanggal 3 November 1857. didampingi Pangeran Mangkoe Boemi Wira Kasoema (wirakusuma) Kepala Pemerintah Negri Kesultanan Banjar 1857-1859 Mangkubumi Banjamasin memperoleh gaji bulanan f 1.000 gulden (f 12.000 gulden setahun) Penghasilan sebagai Mangkubumi kerajaan Banjar yang pendapatannya diambil dari hasil pungutan dari Tambang Paramasan 40 tahil intan Berlian, (tambang intan Berlian) senilai 40 tahil @75 - 3.000 setahun lobang intan di Titian Taras, dan Penghasilan kompensasi (f 200 gulden perbulan dari hasil pungutan dari sungai Gatal, Banjarmasin. lahir 1822 berusia 35 tahun sewaktu diumumkan pada 3 November 1857. Sultan Tamjidillah al-Watsiq Billah adalah cucu Sultan Adam al-Watsiq Billah. Tamjidillah II Anak dari Nyai Besar Aminah seorang Putri Dayak Tionghoa ,phan tong fang (petompang),setelah kematian Sultan Adam al-Watsiq Billah meninggal pada tanggal 1 November 1857, Sultan Muda Prabu Citra Pangeran Praboe Anom di Martapura dengan pendampingnya Pangeran Mangkubumi Hidayatulah di Martapura Sebagai Vazal Tandingan di Banjarmasin Sultan Tamjidillah al-Watsiq Billah di Banjarmasin Dan Pangeran Mangkubumi Wira kasoema di Banjarmasin.Setelah Pemerintah kolonial Hindia Belanda melantik Pangeran Mangkubumi Sultan Muda Tamjidillah menjadi Sultan Banjar tanggal 3 November 1857, maka pada tanggal 4 November 1857 Residen mengizinkan dengan bantuan serdadu yang ada di Martapura untuk menangkap Sultan Muda Prabu Citra Pangeran Praboe Anom di Martapura pergi ke Martapura lari dari tahanannya di Banjarmasin (sekarang Kelurahan Melayu) karena mengurusi pemakaman ayahnya Sultan Adam al Watsiq Billah. Alasannya dan tuduhan yang dikenakan pada Sultan Muda Prabu Citra Pangeran Praboe Anom ialah bahwa di Martapura membahayakan tahta, tetapi penangkapan itu tidak berhasil. Rakyat menjadi saksi atas tindakan Sultan Tamjidillah al-Watsiq Billah di Banjarmasin Dan Pangeran Mangkubumi Wira kasoema di Banjarmasin dalam usahanya menangkap Sultan Muda Prabu Citra Pangeran Praboe Anom. Lima hari setelah pemakaman Sultan Adam Al Wasik Billah yang sangat dicintai rakyat, keraton Martapura ditembaki serdadu Belanda untuk menangkap Sultan Muda Prabu Citra Pangeran Praboe Anom.


Sultan Muda Pangeran Praboe / Pangeran Praboe Anom / Pangeran Praboe Citra / Pangeran Praboe Abdullah turut terlibat dalam perjuangan melawan kekuatan kolonial yang mencoba menguasai wilayah Banjar. Ia berusaha mempertahankan kedaulatan kerajaan dari ancaman eksternal.Konflik Internal Seperti banyak kerajaan lainnya, Kerajaan Banjar juga menghadapi konflik internal, namanya dikaitkan dengan Mangkubumi Hidayatulah di Martapura Sebagai Vazal Tandingan di Banjarmasin Sultan Tamjidilah Dan Mangkubumi Wira Kasoema baik dalam bentuk persaingan kekuasaan antar anggota keluarga kerajaan maupun pemberontakan dari kelompok-kelompok yang tidak puas. pada tanggal 21 november 1857 Sultan Muda Pangeran Praboe / Pangeran Praboe Anom / Pangeran Praboe Citra / Pangeran Praboe Abdullah akhirnya Prabu Anom berhasil ditangkap oleh Pangeran Mangkubumi Hidayatulah menyerahkan kepada Sultan Tamjidillah al-Watsiq Billah di Banjarmasin Dan Pangeran Mangkubumi Wira kasoema di Banjarmasin.De bandjermasinsche krijg van 1859-1863, Volume 1 Oleh Willem Adriaan Rees halaman 17 https://books.google.co.id/books/content?id=JRQ5AQAAIAAJ&hl=id&pg=PA17&img=1&zoom=3&sig=ACfU3U2CzK4QPVfltT9DpE3uVT3KPAQ3Ng&w=1025 kemudian Sultan Muda Pangeran Praboe / Pangeran Praboe Anom / Pangeran Praboe Citra / Pangeran Praboe Abdullah dijebloskan ke penjara benteng Tatas selama 90 hari sejak 21 november 1857 - 23 Februari 1858.Sultan Tamjidullah al-Watsiq Billah menandatangani surat pengasingan pada tanggal 23 Februari 1858 dan Pangeran Mangkubumi Banjarmasin Wira kasoema menandatangani surat yang menyetujui pengasingan Belanda atas pamannya Prabu Anom ke Jawa.menandatangani surat pengasingan pada tanggal 23 Februari 1858.Sultan Muda Prabu Citra Pangeran Praboe Anom dengan Nyai Ratu Kamala Sari, yang kemudian diasingkan ke Kota Bandung di awal tahun 1858 pada tanggal 23 Februari 1858. dan akhirnya ia diasingkan karena dianggap membahayakan jika berada di Banjarmasin dan kemudian dibuang ke Pulau Jawa Barat Peristiwa pengasingan ini membuat geram bangsawan lainnya.serta mengakibatkan keadaan keraton Bumi Kencana Martapura tegang dan tidak kondusif. Muncul gerakan perlawanan terhadap kepemimpinan Pemerintahan Banjarmasin yang dimulai oleh tokoh karismatik bernama Panglima Aling Datu Aling Panembahan Muda Aling Sultan Muda Aling atau Panembahan Muning dari Tapin, dimana pengikut gerakan ini semakin bertambah banyak karena banyak rakyat yang tidak puas terhadap kepemimpinan Pemerintahan Banjarmasin.


Pada tanggal 24 Juni 1859, diadakan pertemuan di ibu kota di mana Sultan Tamjidullah al-Watsiq Billah secara sukarela melepaskan martabatnya dan meminta untuk pergi ke Batavia. Permintaan ini dikabulkan, dan pada tanggal 25 Juni 1859, Hindia Belanda memakzulkan Tamjidillah II sebagai Sultan Banjar dan mengasingkannya ke Batavia Sunda Kelapa. Ia dikirim dengan kapal uap Ardjoeno bersama 23 wanita, 6 kerabat, dan 17 pembantu. Ia tiba di Batavia Sunda Kelapa pada tanggal 22 Juli 1859, kemudian diasingkan ke Buitenzorg (sekarang Empang Bogor, Jawa Barat).lahir 1816 berusia 43 tahun sewaktu di asingkan ke empang bogor pada tanggal 25 Juni 1859


Setelah turun tahta Sultan Tamjidullah al-Watsiq Billah 25 Juni 1859, komisaris Kolonial Hindia Belanda diumumkan pada 28 Juni 1859 mempercayakan Kesultanan Banjar administrasi Pemerintahan Negri Kesultanan Banjar kepada :


1. Pangeran Soeria Mataram anak Nyai Besar Endah dengan Sultan Adam al-Watsikh Billah Adam dari Banjar,Pangeran Soeria Mataram adalah adik Tiri Sultan Muda Abdur_Rahman_dari_Banjar.komisaris Kolonial Hindia Belanda menunjuk Pangeran Soeria Mataram sebagai Panembahan Wali Sultan sementara sampai Ditetapkan Sultan Yang Baru, Panembahan Sorie Mataram yang pendapatannya diambil dari provinsi Tabalong Pitap, Benoa-bamban, Batang Kulur, Benoa Rambau dan Padang, di pedalaman. Pangeran Soeria Mataram menikah dengan Ratoe Asia binti Pangeran Husin Pangeran Mangkubumi Nata Kasuma bin Sultan Sulaiman dari Banjar.lahir 1801 berusia 58 tahun sewaktu diumumkan pada 28 Juni 1859.[20]


2. Pangeran Mangkoe Boemi Wira Kasoema (wirakusuma) Kepala Pemerintah Negri Kesultanan Banjar 1857-1859 Mangkubumi Banjamasin memperoleh gaji bulanan f 1.000 gulden (f 12.000 gulden setahun) Penghasilan sebagai Mangkubumi kerajaan Banjar yang pendapatannya diambil dari hasil pungutan dari Tambang Paramasan 40 tahil intan Berlian, (tambang intan Berlian) senilai 40 tahil @75 - 3.000 setahun lobang intan di Titian Taras, dan Penghasilan kompensasi (f 200 gulden perbulan dari hasil pungutan dari sungai Gatal, Banjarmasin. lahir 1822 berusia 37 tahun sewaktu diumumkan pada 28 Juni 1859.[20]


3. Pangeran Mohamat Tambak Anjar bin Pangeran Noch Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana, Pangeran Mohamat Tambak Anjar.lahir 1820 berusia 39 tahun sewaktu diumumkan pada 28 Juni 1859.[20]


-Sultan Tamjidullah al-Wâthiq Billâ memiliki 3 saudara Kandung dan 10 saudara Tiri

-Sultan Tamjidullah al-Wâthiq Billâh memiliki 10 anak tiri dari pernikahan Ratoe Bandjer Maas

-Sultan Tamjidullah al-Wâthiq Billâh memiliki 6 anak Kandung dari pernikahan Ratoe Bandjer Maas


Sultan Tamjidillah II memiliki 3 saudara Kandung dan 10 saudara Tiri :

1. ♂ Pangeran Ratu Rakhmatillah lahir Banjarmasin 1816 M (Anak Permasuri Ratu Salmiyah) Tidak Ada Keturunan . Pangeran Ke-1 DIGANTIKAN Pangeran Ke-2, Putra Mahkota Berdarah Bugis- Banjar Paser Pangeran Ratu Rakhmatillah Wafat 1819 pada Usia 3 Tahun. Permasuri Ratu Salmiyah binti Pangeran Mas'ud bin Raja Kusan II bin Raja Kusan I Raja Kusan II Amir Keponakan Gusti Kasim Arung Turawee Bugis Paser. Raja Kusan I Pangeran Muhammadilah I Menikahi Adik kandung Gusti Kasim Arung Turawee Bugis Paser.[26]Ratu Salmiyah Dzuriat SULTAN (KAYU TANGI) BANJAR VIIISultan Tahmidullah 1 Sultan Suria Alam dari Banjar Panembahan Kuning Sultan Kuning Tutus Tuha[27][28]


2. ♂ Goesti Aria Koesoema (Pangeran Arya Kusuma) lahir Banjarmasin 1820 M (anak Njahi Besar Aminah / Njahi Besar Biyar / Njahi Besar Dawang) Pangeran Ke-3. Wakil Putra Mahkota Berdarah Dayak- Banjar Cina Menjadi Raja Kecil begelar Adipati Banua Lima wilayah Gunung Bondang, sebelah udik sungai Lawung, Puruk Cahu . Pangeran Adipati Aria Koesoema menikahi Syarifah Alawiyah[26]


3. ♀ Goesti Salma (Ratu Ibrahim Berahim) lahir Banjarmasin 1821 (anak Njahi Besar Aminah / Njahi Besar Biyar / Njahi Besar Dawang) Ratu Ke-1. Ratoe Salma diperisteri Pangeran BERAHIM (Ibrahim) bin Pangeran Singasari bin Sultan Sulaiman ( yang gugur Syahid dalam pertempuran melawan Belanda di Paringin kini Kabupaten Balangan, Kalsel.Paringin semasa Perang Banjar 1860- 1862)[26]

4. ♂ Pangeran Wira Kesoema lahir Banjarmasin 1822 (anak Njahi Ratoe Halimah Binti Pangeran Muhammad Said menikahi Datu Siti Fatimah Abdul wahab II binti Pangeran Abdul Wahab I Menikahi Puan Syarifah Putri Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari. Njahi Ratoe Halimah cucu Pangeran Abdul Wahab I turunan Raja Sidrap Sidenreng Rappang) Pangeran Ke-4 mempunyai 6 Anak dan 22 cucu. Wakil Putra Mahkota Berdarah Bugis- Banjar.(3 November 1857- 25 Juni 1859 Pangeran Wira Kesoema umur 35 tahun telah dilantik oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda menjadi Pangeran Mangkubumi Bergelar Pangeran Mangkubumi Wirakusuma al-Wâthiq billâh dan telah dilantik oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda menjadi Sultan Banjar tahun 3 November 1859 usia 37 Bergelar Sultan Ratu Anom Wirakusuma al-Wâthiq billâh ,tahun 3 maret 1862 usia 40 oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda diasingkan ke Batavia Jakarta dipindahkan 25 Juni 1862 Ke bogor jawa barat.1 Juli 1862 dipindahkan ke Cianjur Jawa Barat hingga gugur 6 juni 1901 di cianjur Jawa barat.[26]

5. ♂ Gusti Andarun (Pangeran Hijdajat) Anak Dari Goestie Siti Mariama (Ratu Siti) Binti Nyai Intan Binti Alooh Oengka Binti Kiai Adipati Singasari lahir Martapura 1822 Pangeran Ke-5. mempunyai 11 Anak dan 32 cucu. Wakil Putra Mahkota Berdarah Banjar Murni.(9 oktober 1856 - 5 februari 1860 Gusti Andarun umur 34 tahun telah dilantik oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda menjadi Pangeran Mangkubumi Banjar Bergelar Pangeran Mangkubumi Hidayatulah Halilllah. sejak 3 September 1859 Pangeran Mangkubumi Hidayatulah Halilllah Memproklamasikan Diri nya Sebagai Raja[26]

6. ♀ Ratoe Zinoen-Aria( Ratoe Ishak) lahir Banjarmasin 1822 (anak Njahi Besar Aminah / Njahi Besar Biyar / Njahi Besar Dawang) Ratu Ke-2 diperisteri Pangeran Ishak.[26]

7. ♀ Goesti Rampit (Ratoe Djaya Kesoema) -lahir Banjarmasin 1823 (Anak dari Goestie Siti Mariama binti Nyai Intan binti Alooh Oengka) Ratu Ke-3 Menikahi Goesti Toejoeng of Raden Djaija Kasoema[26]

8. ♀ Ratoe Salama ( Ratu Krama Djaija Kasoema Karang Intan) lahir Banjarmasin 1824 (anak Ratoe Halimah) Ratu Ke-4 diperisteri Pangeran Krama Djaija Kasoema Karang Intan[26]

9. ♀ Goesti Biduri (Ratoe Sjarief Umar) lahir 1825 Banjarmasin (Anak dari Goestie Siti Mariama binti Nyai Intan binti Alooh Oengka) Ratu Ke-5 diperisteri Pangeran Syarief Umar. Goesti Biduri melahirkan Pangeran Syarif Abubakar kelak menikahi Putri Ratu Pangeran Mangkubumi Wirakusuma al-Wâthiq billâh menikah pada Tahun 1857 hasil perkawinan nya Melahirkan 1858 Syarifah Ratu Intan. Pangeran Syarif Abubakar bin Pangeran Syarief Umar bin Sayyid Zen (Pangeran Said Zein). Pangeran Said Zein Sayyid Zen Suami Goesti Biduri yang gugur Syahid dalam pertempuran melawan Belanda di Paringin kini Kabupaten Balangan, Kalsel.Paringin semasa Perang Banjar 1860- 1862[26]

10. ♂ PANGERAN JIWA ( PANGERAN RANTAU) lahir Banjarmasin 1827 (anak Ratoe Halimah) Pangeran Ke-6. PANGERAN Paringin JIWA RANTAU yang gugur Syahid dalam pertempuran melawan Belanda di Paringin kini Kabupaten Balangan, Kalsel.Paringin semasa Perang Banjar 1860- 1862)[26]

11. ♀ RATU SILAMAH (RATU SERAWAK) lahir Banjarmasin 1829 (anak Ratoe Halimah) Ratu Ke-6[26]

12. ♂ Pangeran Abdullah (Pangeran Mas Martapura) lahir Banjarmasin 1832 (anak Ratoe Halimah) Pangeran Ke-7[26]

13. ♂ Pangeran Achmat Kandangan lahir Banjarmasin 1836 (anak Ratoe Halimah) Pangeran Ke-8 Wafat di KANDANGAN mempunyai 2 Anak dan 8 cucu[26]


Sultan Tamjidullah al-Wâthiq Billâh memiliki enam anak dengan Ratoe Bandjer Maas, yang sebelumnya menikah dengan Pangeran Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana sampai wafatnya pada 7 September 1851. Setelah kematian suami pertamanya, Ratoe Bandjer Maas menikah dengan Sultan Tamjidullah al-Wâthiq Billâh. Berikut adalah anak-anak mereka:

1.♂ Pangeran Ratu Pangeran Muhammad Amin (Aminoelah) Lahir Banjarmasin 1852 Pangeran Ke-1 Gagal Naik Tahta adalah putra ♀ Ratoe Bandjer Maas, janda Pangeran Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana pada tahun 7 September 1851, dan kemudian menikah dengan Sultan Tamjidillah II) ,Pangeran Muhammad Amin. menikahi Putri Bulan anak dari Goestie Siti Ayer Maas +dengan Hidayatullah II dari Banjar.Putri Bulan melahikan RATU SALAMAH cucu Sultan Tamjidullah al-Wâthiq billâh,♀ Ratoe Bandjer Maas, janda Pangeran Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana mengikuti suami ke 2 nya Sultan Tamjidullah al-Wâthiq billâh ke empang bogor jawa barat pada tahun 25 juni 1859 hingga jasad nya di makam kan di bogor.Juga dikenal sebagai Pangeran Aminoelah (Putra Mahkota Kesultanan Banjar Yang Gagal Naik Tahta di karenakan diasingkan Belanda Ke Bogor dan  Belum Dewasa masih kecil  sebagai Wali Sultan  kolonial Hindia Belanda menujuk Adik nya  Pangeran Mangkubumi Sultan Ratu Anom Wirakusuma al-Wâthiq Billâh


2.♂ Pangeran Ratu Anom Muhammad Amir,Lahir Banjarmasin 1853 Pangeran Ke-2, (Raden Dipati / Pangeran Dipati / Pangeran Dipati Anom / Pangeran Dipati Mangkubumi / Dipati Mangkubumi / Pangeran Mangkubumi) Gagal Naik Tahta.Pangeran Muhammad Amir adalah putra ♀ Ratoe Bandjer Maas, janda Pangeran Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana pada tahun 7 September 1851, dan kemudian menikah dengan Sultan Tamjidillah II) ,Pangeran Muhammad Amir Pangeran Ke-2 Gagal Naik Tahta Pangeran Mangkubumi . mempunyai putra Pangeran Arsyad adalah cucu Sultan Tamjidullah al-Wâthiq billâh,♀ Ratoe Bandjer Maas, janda Pangeran Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana mengikuti suami ke 2 nya Sultan Tamjidullah al-Wâthiq billâh ke empang bogor jawa barat pada tahun 25 juni 1859 hingga jasad nya di makam kan di bogor.Juga dikenal sebagai Pangeran Dipati atau Pangeran Mangkubumi.( Wakil Putra Mahkota Kesultanan Banjar Yang Gagal Naik Tahta di karenakan diasingkan Belanda Ke Bogor dan  Belum Dewasa masih kecil  sebagai Wali Sultan  kolonial Hindia Belanda menujuk Adik nya  Pangeran Mangkubumi Sultan Ratu Anom Wirakusuma al-Wâthiq Billâh


3.♂ Pangeran Mahmud,Lahir Banjarmasin 1856 Pangeran Ke-3 adalah putra ♀ Ratoe Bandjer Maas, janda Pangeran Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana pada tahun 7 September 1851, dan kemudian menikah dengan Sultan Tamjidillah II) ,Pangeran mahmud mempunyai anak 5 yaitu: 1.Pangeran Abdurrahman 2.Pangeran Abdulah 3.Ratu Halimah 4 Ratu Noch { Ratu Noh/ Ratu Nor} diberi nama sama dengan nama mantan suami ibunya yang wafat Pangeran Noch /Noh/ Nor. 5 Ratu Mastora adalah cucu Sultan Tamjidullah al-Wâthiq billâh,♀ Ratoe Bandjer Maas, janda Pangeran Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana mengikuti suami ke 2 nya Sultan Tamjidullah al-Wâthiq billâh ke empang bogor jawa barat pada tahun 25 juni 1859 hingga jasad nya di makam kan di bogor


4.♂ Pangeran Abdul Karim,Lahir Banjarmasin 1858 Pangeran Ke-4 adalah putra ♀ Ratoe Bandjer Maas, janda Pangeran Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana pada tahun 7 September 1851, dan kemudian menikah dengan Sultan Tamjidillah II) ,Pangeran Abdul karim menikahi Ratu Bintang Putri Pangeran Hidayatullah II dari Banjar mempunyai anak 7 yaitu: •1.PANGERAN SULAIMAN•2.RATU KUMALA•3.RATU JARIYAH•4.RATU KHODIJAH•5.RATU RODIYAH•6.RATU SELAMAH •7.RATU AISYAH adalah cucu Sultan Tamjidullah al-Wâthiq billâh,♀ Ratoe Bandjer Maas, janda Pangeran Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana mengikuti suami ke 2 nya Sultan Tamjidullah al-Wâthiq billâh ke empang bogor jawa barat pada tahun 25 juni 1859 hingga jasad nya di makam kan di bogor


5.♀ Ratu Ainun Jariah, Lahir Empang Bogor 1861 Ratu ke-1adalah putri ♀ Ratoe Bandjer Maas, janda Pangeran Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana pada tahun 7 September 1851, dan kemudian menikah dengan Sultan Tamjidillah II) , Ratu Ainun Jariah mempunyai anak 5 yaitu: •1.GUSTI NANANG•2.GUSTI ADAM•3.GUSTI KESUMA SARI 4.GUSTI INTAN •5.GUSTI AMBAR adalah cucu Sultan Tamjidullah al-Wâthiq billâh,♀ Ratoe Bandjer Maas, janda Pangeran Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana mengikuti suami ke 2 nya Sultan Tamjidullah al-Wâthiq billâh ke empang bogor jawa barat pada tahun 25 juni 1859 hingga jasad nya di makam kan di bogor


6.♀ Ratu Saha, Lahir Empang Bogor 1863 Ratu ke-2 adalah putri ♀ Ratoe Bandjer Maas, janda Pangeran Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana pada tahun 7 September 1851, dan kemudian menikah dengan Sultan Tamjidillah II) ,Ratu Saha keturunanan nya tidak tercatat,♀ Ratoe Bandjer Maas, janda Pangeran Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana mengikuti suami ke 2 nya Sultan Tamjidullah al-Wâthiq billâh ke empang bogor jawa barat pada tahun 25 juni 1859 hingga jasad nya di makam kan di bogor


Setelah menikah dengan Sultan Tamjidullah al-Wâthiq Billâh, Ratoe Bandjer Maas mengikuti suaminya ke Empang Bogor di Jawa Barat pada 25 Juni 1859, di mana ia akhirnya dimakamkan.Selain itu, Sultan Tamjidullah al-Wâthiq Billâh memiliki sepuluh anak tiri dari pernikahan Ratoe Bandjer Maas sebelumnya dengan Pangeran Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana:

1.Pangeran Ali anak tiri dari pernikahan Ratoe Bandjer Maas sebelumnya

2.Pangeran Mohamat anak tiri dari pernikahan Ratoe Bandjer Maas sebelumnya

3.Pangeran Achmat anak tiri dari pernikahan Ratoe Bandjer Maas sebelumnya

4.Pangeran Abdullah anak tiri dari pernikahan Ratoe Bandjer Maas sebelumnya

5.Pangeran Mohamat Seman anak tiri dari pernikahan Ratoe Bandjer Maas sebelumnya

6.Gusti Aminah (Ratoe Aminah) anak tiri dari pernikahan Ratoe Bandjer Maas sebelumnya

7.Gusti Hadidjah (Ratoe Hadidjah) anak tiri dari pernikahan Ratoe Bandjer Maas sebelumnya

8.Gusti Salamah (Ratoe Salamah) anak tiri dari pernikahan Ratoe Bandjer Maas sebelumnya

9.Gusti Koema Radjeman (Ratoe Koema Radjeman) anak tiri dari pernikahan Ratoe Bandjer Maas sebelumnya

10.Gusti Djambroet (Ratoe Djambroet) anak tiri dari pernikahan Ratoe Bandjer Maas sebelumnya


Pangeran Ratu Sultan Muda Abdur Rahman dari Banjar memiliki 4 istri: Menurut Naskah Cerita Turunan Raja Banjar Dan Kotawaringin (Hikayat Banjar Resensi I) Keturunan Kiai Singasari,termasuk golongan anak cucu orang sepuluh (Nanang-nanangan Raja) yang berhak memakai gelar bangsawan rendah yaitu gelar Nanang atau Anang untuk keturunan lelaki dan Alooh (Galuh) untuk keturunan perempuan.Sebelum menjadi permaisuri, gelarnya adalah Nyai saja Dari Nyai Bukan Menjadi Ratu.setelah menjadi permaisuri gelar Ratu ditambahkan di belakang gelar Nyai menjadi Nyai Ratu. Hal tersebut menunjukkan bahwa ia bukan berasal dari golongan keturunan raja bangsawan rendah, lain halnya jika isteri utama Sultan berasal dari golongan keturunan Raja, maka namanya secara langsung otomatis disebut Ratu saja, tanpa kata Nyai di depannya.Menurut Naskah Cerita Turunan Raja Banjar Dan Kotawaringin (Hikayat Banjar Resensi I) Biasanya gelar dari isteri utama Pangeran Mahkota yang bukan berasal dari keturunan raja adalah Nyai Besar, kemudian setelah menjadi permaisuri Sultan disebut Nyai Ratu.

1. ♀ Permaisuri Ratu Salmah/Salmiyah ( Ratu Salmah/Salmiyah) binti Pangeran Masoöd.[29]
[29] setelah melahirkan Putra Mahkota yang diberi nama Rachmadillah/Rahmatillah 1816 Gelarnya ♀ Permaisuri Ratu Salmah/Salmiyah
. Perkawinan mereka diharapkan akan merukunkan keluarga besar Sultan Kuning/Sultan Hamidullah (Tutus Tuha) dan keluarga besar mangkubumi Tamjidullah I (Tutus Anum) yang pada masa sebelumnya memperebutkan tahta.Perkawinan mereka diharapkan akan merukunkan keluarga besar Sultan Kuning/Sultan Hamidullah (Tutus Tuha) dan keluarga besar mangkubumi Tamjidullah I (Tutus Anum) yang pada masa sebelumnya memperebutkan tahta.[30][31]

  - Gelar: Ibu Suri Tua / Ibu Suri Agung Permaisuri Ratu[29] 
- Lahir: 1799[29]
- Wafat: 1816 usia (16-17 tahun) Permaisuri Ratu Salmah atau Salmiyah wafat pada tahun 1816 saat melahirkan Putranya Rachmad Illah selamat dalam proses kelahiran tersebut. Rachmad Illah lahir pada tahun 1816 dan kemudian wafat pada tahun 1819[29]
- Menikah: 1815[29]
- Anak: - ♂ Rachmad Illah (lahir 1816, wafat 1819) Putra Mahkota yang diberi nama Rachmadillah/Rahmatillah kelak menjadi Sultan Banjar Putra Mahkota namun meninggal wafat nya Putra Mahkota Pengganti adalah Sultan Tamjidillah II / Sultan Tamjidullah al-Wâthiq billâh ) dan Pangeran Mangkubumi Ratu Anom Wirakusuma II.[29]
Perkawinan mereka diharapkan akan merukunkan (Tutus Tuha Sultan Kuning)/Sultan Hamidullah dari Banjar dengan keluarga besar (Panembahan Badarul Alam Tutus Anum) Pangeran Mangkubumi Tamjidullah I / yang pada masa sebelumnya memperebutkan tahta.[30][31]
  - Catatan:
    - ♀ Ratu Salmiyah adalah cucu Raja Kusan II, Pangeran Amir.[29] 
- Jika isteri utama Sultan berasal dari golongan keturunan Raja, namanya langsung disebut Ratu tanpa kata Nyai di depannya.[29]
- Silsilah: - Ayah: ♂ Pangeran Masoöd, menikahi Gusti Khadijah binti Sultan Sulaiman Rahmatullah Sulaiman dari Banjar[32][33][34][35][36][37][38][39][40][41] bin Sunan Nata Alam bin Panembahan Sepuh dari Banjar Tamjidillah I [29]
- Kakek: ♂ Panggeran Amir Putra Seri Sultan Muhammad Illah / Muhammad Aliuddin Aminullah (Muhammad dari Banjar)[42][43][44][45][46][47][48][49][50][51] tertangkap pada 14 Mei 1787, kemudian diasingkan ke Srilangka[52][53][54][55][56][57][58][59][60][61].[29][29]
- Buyut / Uyut: ♂ Seri Sultan Muhammad Illah / Muhammad Aliuddin Aminullah (Muhammad dari Banjar) Putra Seri Sulthan Chamiedoela / Chamidullah / Hamidullah dari Banjar (Sultan Kuning- Panembahan Kuning)[29]
- Moyang: ♂ Seri Sulthan Chamiedoela / Chamidullah / Hamidullah dari Banjar (Sultan Kuning- Panembahan Kuning)[29]

2. ♀ Njahi Ratoe Aminah (Njahi Besar (Agung) Aminah / Njahi Besar (Agung) Biyar / Njahi Besar (Agung) Dawang) setelah melahirkan Gusti Wayuri 1816 Gelarnya ♀ Njahi Ratoe Aminah[29]

  - Gelar:Ibu Suri Muda[29] 
- Lahir: - Wafat: - Menikah: 1815[29]
- Anak: - ♂ Goesti Wayuri (Sultan Tamjidullah II) (lahir 1816)[29]
- ♂ Goesti Aria Koesoema ( Adipati Banua Lima (lahir 1820)[29]
- ♀ Goesti Salma (lahir 1821) Isti Pangeran Ibrahim[29]
[62] - ♀ Gusti Zinoen (lahir 1822)[29]
- Catatan: - ♀ Njahi Ratoe Aminah berasal dari keturunan Dayak Tionghoa. - Sultan Banjarmasin Tamjidullah II diangkat oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda menjadi Sultan Banjar pada 3 November 1857 (1274 Hijriyah) di dampingi Pangeran Mangkubumi Ratu Anom Wirakusuma II(Tijdschrift voor Nederlandsch Indië, Volume 23;Volume 52-53. [63][29]


3. ♀ Ratoe Siti Mariama (Goestie Siti Mariama)[29]
setelah melahirkan Gusi Andarun 1822 Gelarnya ♀ Ratoe Siti Mariama
[64]

  - Gelar: Ibu Suri Muda[29] 
- Lahir: 1806 (menikah usia 15 tahun pada tahun 1821 ,melahirkan usia 16 tahun pada tahun 1822[29]
- Wafat: - Menikah:1821[29]
- Anak: - Gusti Andarun (Pangeran Hijdajat) (lahir 1822)[29]
- Goesti Rampit (lahir 1823)[29]
- ♀ Goesti Biduri (lahir 1825)[29]
- Catatan: - ♀ Ratoe Siti Mariama (Goestie Siti Mariama binti Pangeran Mangkoe Boemi Nata (sebelumnya bernama Pangeran Husin menikahi Nyai Intan (Alooh Intan) Binti Alooh Oengka Binti Kiai Adipati Singasari Adipati Banua Lima.[29]
setelah melahirkan Gusti Andarun (Pangeran Hijdajat) (lahir 1822) Gelarnya ♀ Ratoe Siti Mariama
[64] adalah putri Nyai Intan (Alooh Intan) dengan Gusti Kusin Putra Nyai intansari Binti Kiai Singasari[65][64] [66] melahirkan ♀ Njahi Ratoe Siti (Mariama) Menurut Naskah Cerita Turunan Raja Banjar Dan Kotawaringin (Hikayat Banjar Resensi I) Keturunan Kiai Singasari[67] - ♀ Nyai Intan (Alooh Intan) adalah putri Pambakal Karim, Kepala Kampung / Kepala Desa di Kalimantan Selatan.[29]
- Pambakal Karim, Pambakal (ejaan Banjar) atau Pamakal (ejaan Dayak) atau Pembekal (ejaan Melayu) adalah sebutan Kepala Kampung di Kalimantan Selatan, istilah ini kembali digunakan untuk menggantikan istilah Kepala Desa. menikah dengan Alooh Ongka binti Kiai Siangasari dengan Alooh Arijah[29]
[65][64] [68][29]
- Sebelum menjadi Istri Sultan Muda Abdurrahman ,Goestie Siti Mariama setelah melahirkan Gusi Andarun 1822 Gelarnya ♀ Ratoe Siti Mariama[64] [29]
- menikah usia 15 tahun pada tahun 1821 ,melahirkan usia 16 tahun pada tahun 1822 dan diceraikan pada 1852. Sultan Muda Abdur-Rahman meninggal tidak lama setelah perceraian pada 5 Maret 1852.[29]


4. Njahi Ratoe Halimah (Njahi Besar (Agung) Halimah / Datu Syekah Al 'Alimatul Fadhilah Halimah) setelah melahirkan Pangerang Wira Koesoema 1822 Gelarnya ♀ Njahi Ratoe Halimah[29]

  - Gelar: Ibu Suri Muda[29] 
- Lahir: 1799[29]
- Wafat: 1867 (usia 67-68 Tahun)[29]
- Menikah:2 november 1821[29]
- Anak: - Pangeran Wira Kesoema (lahir 19 agustus 1822)[29]
- Ratoe Salama: (lahir 1824)[29]
- Pangeran Jiwa (lahir 1827)[29]
- Ratu Silamah (lahir 1829)[29]
- Pangeran Abdullah (lahir 1832)[29]
- Pangeran Achmat (lahir 1836)[29]

Catatan:

    - Njahi Ratoe Halimah adalah putri Pangeran Syaikh Muhammad Said Al'Bugisi menikah 1798 Dengan Datu Syekah Al 'Alimatul Fadhilah Siti Fatimah Abdul Wahhab II lahir 1775 -wafat 1828. Datu Syekah Al 'Alimatul Fadhilah Siti Fatimah Abdul Wahhab II menikah 1798 dengan Pangeran Syekh Muhamad said Bugis albanjari[29] 
- Datu Syekah Al 'Alimatul Fadhilah Siti Fatimah Abdul Wahhab II 1775 -1828 adalah putri Pangeran Syaikh Abdul Wahhab I yang menikahi Puan Syarifah Binti Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari Datu Kalampayan Lahir 17 Maret 1710- kematian 13 Oktober 1812 silsilah hubungan darah bersambung hingga ke Rasulullah SAW.[29]
[26]
- Pangeran Wira Kesoema menikahi 1852 Ratu Kerajaan Kusan Pulau Laut Batulicin Bangkalan Ratu Ratna/ Gusti Ratna/ Nyai ratna putri Pangeran Muhammad Nafis[29]
adalah putra Pangeran Haji Musa yang wafat dalam tahanan Belanda
(wafat dalam tahanan Belanda)[23] , .melahirkan Pangeran Muhammadillah,Goesti Hasiah Goesti Hapsah -- Pangeran Wira Kesoema menikahi 1839 Putri Pangeran Antasari Ratu Hasiah melahirkan Ratu Syarif Abu Bakar berputri Syarifah Ratu Intan.[29]
Ratu Hasiah adalah kakak kandung ♂ Panembahan Muda Muhammad Said
wafat 1875[69] -- Pangeran Wira Kesoema menikahi Putri Pangeran noh Goesti Hadidjah/ Chadidjah/Khadidjah melahirkan Goesti Ainoen DJariah dan Goesti Hatidjah[29] {{br}
  1. ^ "Institut français d'archéologie orientale du Caire". Ḥawlīyāt Islāmīyah (dalam bahasa Prancis). 4. Institut français d'archéologie orientale. 2007. hlm. 49. 
  2. ^ a b c Gallop, Annabel Teh (2002). "Malay Seal Inscriptions: A Study in Islamic Epigraphy from Southeast Asia" (dalam bahasa Inggris). 3. University of London: 448. 
  3. ^ Daftar Sultan Banjar dalam Indonesian Traditional States II
  4. ^ Mohamad Idwar Saleh, Banjarmasih: sejarah singkat mengenai bangkit dan berkembangnya kota Banjarmasin serta wilayah sekitarnya sampai dengan tahun 1950 (Jilid 4 dari Seri penerbitan Museum Negeri Lambung Mangkurat), Penerbit Museum Negeri Lambung Mangkurat Provinsi Kalimantan Selatan, Direktorat Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1982
  5. ^ Urang Banjar dan kebudayaannya, Penerbit Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, 2007 ISBN 979-98892-1-9, 9789799889218
  6. ^ J. M. C. E. Le Rutte (1863). Episode uit den Banjermasingschen oorlog. A.W. Sythoff. hlm. 12. 
  7. ^ Nederlanderh, Host Indie. Brill Archive. hlm. 140. 
  8. ^ a b c Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Regnal
  9. ^ Saleh, Mohamad Idwar (1993). Pangeran Antasari. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional. hlm. 16. 
  10. ^ Le Rutte, J. M. C. E. (1863). Episode uit den Banjermasingschen oorlog. A.W. Sythoff. hlm. 12. 
  11. ^ "Landsdrukkerij". Almanak en Naamregister van Nederlandsch-Indië voor 1860 (dalam bahasa Belanda). 33. Batavia: Ter Lands-Drukkerij. 1860. hlm. 141. 
  12. ^ Sudrajat, A. Suryana (2006). Tapak-tapak pejuang: dari reformis ke revisionis (Seri khazanah kearifan). Erlangga. hlm. 17. ISBN 9797816109.  ISBN 978-979-781-610-0
  13. ^ Hoëvel, Wolter Robert (1861). "Wolter Robert van Hoëvell, H.A. Lesturgeon". Tijdschrift voor Nederlandsch Indië (dalam bahasa Belanda). Ter Lands-drukkerij. hlm. 200. 
  14. ^ Ricklefs, Merle Calvin (2008). Sejarah Indonesia Modern 1200–2008. Penerbit Serambi. hlm. 306. ISBN 978-979-024-115-2. 
  15. ^ Poesponegoro, Marwati Djoened; Notosusanto, Nugroho (2008). Sejarah nasional Indonesia: Kemunculan penjajahan di Indonesia, ±1700-1900. PT Balai Pustaka. hlm. 276. ISBN 978-979-407-410-7. 
  16. ^ van Rees, Willem Adriaan (1865). De bandjermasinsche krijg van 1859-1863 (dalam bahasa Belanda). 1. D. A. Thieme. hlm. 7. 
  17. ^ Julius Mühlfeld, Julius Mühlfeld (1875). Wereldgeschiedenis van de jaren 1848-1870 (dalam bahasa Belanda). 3. Van Hoogstraten en Gorter. 
  18. ^ Meyer, Arnold (1866). De onpartijdigheid van den schrijver van "De bandjermasinsche krijg" (dalam bahasa Belanda). De Veij Mestdagh. hlm. 10. 
  19. ^ Republik Indonesia: Propinsi Sulawesi. 1963. hlm. 370. 
  20. ^ a b c d Tijdschrift voor Nederlandsch Indië. 23. Ter Lands-drukkerij. 1861. hlm. 70. 
  21. ^ Landsdrukkerij (Batavia), Landsdrukkerij (Batavia) (1854). Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar. 27. Lands Drukkery. hlm. 92. 
  22. ^ Landsdrukkerij (Batavia), Landsdrukkerij (Batavia) (1854). Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar. 28. Lands Drukkery. hlm. 94. 
  23. ^ a b (Indonesia) Mohamad Idwar Saleh; Tutur Candi, sebuah karya sastra sejarah Banjarmasin, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, 1986 Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "tutur candi" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  24. ^ "Landsdrukkerij". Almanak en Naamregister van Nederlandsch-Indië, voor 1858 (dalam bahasa Belanda). 31. Batavia: Ter Lands-Drukkerij. 1858. hlm. 119. 
  25. ^ Hindia-Belanda (1965). Bandjermasin (Sultanate), Surat-surat perdjandjian antara Kesultanan Bandjarmasin dengan pemerintahan2 V.O.C.: Bataafse Republik, Inggeris dan Hindia-Belanda 1635-1860 (PDF). Arsip Nasional Republik Indonesia, Kompartimen Perhubungan dengan Rakjat. hlm. 158. 
  26. ^ a b c d e f g h i j k l m n Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Tijdschrift 9
  27. ^ Annabel Teh Gallop (2002). "Malay Seal Inscriptions: A Study in Islamic Epigraphy from Southeast Asia" (dalam bahasa Inggris). 3. University of London: 447. 
  28. ^ Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (1864). "Notulen van de Algemeene en Directie-vergaderingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappenn" (dalam bahasa Belanda). 1. Lange & Company: 315. 
  29. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am an ao ap aq ar as at au av aw ax ay (Indonesia) Helius Sjamsuddin; Pegustian dan Temenggung: akar sosial, politik, etnis, dan dinasti perlawanan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, 1859-1906; Balai Pustaka, 2001
  30. ^ a b C. E. van Kesteren, R. A. van Sandick, J. E. de Meyier (1890). De Indische gids (dalam bahasa Belanda). 12. J. H. de Bussy. hlm. 2397. 
  31. ^ a b Kielstra, Egbert Broer (1892). De ondergang van het Bandjermasinsche rijk (dalam bahasa Belanda). E.J. Brill. hlm. 9. 
  32. ^ https://www.liputan6.com/news/read/4679986/11-oktober-1862-perjuangan-pangeran-antasari-terhenti-karena-wabah-cacar?page=2
  33. ^ https://bakabar.com/post/pangeran-antasari-sosok-pahlawan-nasional-asal-kalimantan-selatan-yang-diabadikan-dalam-uang-rp-2000-l7bc3f4r?source=redirect
  34. ^ https://www.kalimantan-news.com/mengenang-pangeran-antasari-pahlawan-dari-pulau-borneo/
  35. ^ https://www.inews.id/news/nasional/biografi-pangeran-antasari-pahlawan-nasional-pemimpin-perang-banjar
  36. ^ https://kumparan.com/sejarah-dan-sosial/hasil-perlawanan-pangeran-antasari-terhadap-belanda-yang-menarik-diketahui-22AtLGScGl5
  37. ^ http://sayyidfajar.blogspot.com/2013/10/habib-sangeng-al-haddad.html
  38. ^ https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/03/30/mengenal-pangeran-antasari
  39. ^ https://www.orami.co.id/magazine/pangeran-antasari
  40. ^ https://www.orami.co.id/magazine/pangeran-antasari
  41. ^ https://katadata.co.id/berita/nasional/62343f7412ec4/biografi-pangeran-antasari-pemimpin-kesultanan-banjar
  42. ^ https://www.liputan6.com/news/read/4679986/11-oktober-1862-perjuangan-pangeran-antasari-terhenti-karena-wabah-cacar?page=2
  43. ^ https://bakabar.com/post/pangeran-antasari-sosok-pahlawan-nasional-asal-kalimantan-selatan-yang-diabadikan-dalam-uang-rp-2000-l7bc3f4r?source=redirect
  44. ^ https://www.kalimantan-news.com/mengenang-pangeran-antasari-pahlawan-dari-pulau-borneo/
  45. ^ https://www.inews.id/news/nasional/biografi-pangeran-antasari-pahlawan-nasional-pemimpin-perang-banjar
  46. ^ https://kumparan.com/sejarah-dan-sosial/hasil-perlawanan-pangeran-antasari-terhadap-belanda-yang-menarik-diketahui-22AtLGScGl5
  47. ^ http://sayyidfajar.blogspot.com/2013/10/habib-sangeng-al-haddad.html
  48. ^ https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/03/30/mengenal-pangeran-antasari
  49. ^ https://www.orami.co.id/magazine/pangeran-antasari
  50. ^ https://www.orami.co.id/magazine/pangeran-antasari
  51. ^ https://katadata.co.id/berita/nasional/62343f7412ec4/biografi-pangeran-antasari-pemimpin-kesultanan-banjar
  52. ^ https://www.liputan6.com/news/read/4679986/11-oktober-1862-perjuangan-pangeran-antasari-terhenti-karena-wabah-cacar?page=2
  53. ^ https://bakabar.com/post/pangeran-antasari-sosok-pahlawan-nasional-asal-kalimantan-selatan-yang-diabadikan-dalam-uang-rp-2000-l7bc3f4r?source=redirect
  54. ^ https://www.kalimantan-news.com/mengenang-pangeran-antasari-pahlawan-dari-pulau-borneo/
  55. ^ https://www.inews.id/news/nasional/biografi-pangeran-antasari-pahlawan-nasional-pemimpin-perang-banjar
  56. ^ https://kumparan.com/sejarah-dan-sosial/hasil-perlawanan-pangeran-antasari-terhadap-belanda-yang-menarik-diketahui-22AtLGScGl5
  57. ^ http://sayyidfajar.blogspot.com/2013/10/habib-sangeng-al-haddad.html
  58. ^ https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/03/30/mengenal-pangeran-antasari
  59. ^ https://www.orami.co.id/magazine/pangeran-antasari
  60. ^ https://www.orami.co.id/magazine/pangeran-antasari
  61. ^ https://katadata.co.id/berita/nasional/62343f7412ec4/biografi-pangeran-antasari-pemimpin-kesultanan-banjar
  62. ^ Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Batavia), Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Batavia) (1860). Tijdschrift van het Bataviaasch Genootschap (dalam bahasa Belanda). 9. Lange. hlm. 122. 
  63. ^ Tijdschrift voor Nederlandsch Indië, Volume 23;Volume 52-53
  64. ^ a b c d e Willem Adriaan Rees, De bandjermasinsche krijg van 1859-1863: met portretten, platen en een terreinkaart, Bagian 1, D. A. Thieme, 1865
  65. ^ a b http://silsilahkayutangi.blogspot.com/p/silsilah-kiai-adipati-singasari-raja.html
  66. ^
    Tijdschrift voor Nederlandsch Indië, Volume 23;Volume 52-53
  67. ^ Lembaga Kebudajaan Indonesia, Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (1860). Tijdschrift van het Bataviaasch Genootschap (dalam bahasa Belanda). 9. Batavia: Lange & Company. hlm. 126. 
  68. ^
    Tijdschrift voor Nederlandsch Indië, Volume 23;Volume 52-53
  69. ^ Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Batavia), Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Batavia) (1860). Tijdschrift van het Bataviaasch Genootschap (dalam bahasa Belanda). 9. Lange. hlm. 122. 

From Wikipedia, the free encyclopedia · View on Wikipedia

Developed by razib.in