The Blitz | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Perang Dunia II, Warga sipil | |||||||
Kota London saat dibom. | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Britania Raya | Jerman Nazi | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Korban | |||||||
~40.000[4] –43.000 warga sipil tewas,[5] ~46.000 terluka Angka untuk jumlah korban luka diperkirakan mencapai 139.000[5] |
3.363 kru udara 2.265 pesawat (Musim panas 1940 – Mei 1941)[6] |
The Blitz (dari bahasa Jerman, Blitz, "halilintar") adalah serangkaian pengeboman strategis berkelanjutan terhadap Inggris, Skotlandia dan Irlandia Utara (Britania Raya secara keseluruhan) yang dilancarkan oleh Jerman selama Perang Dunia II. Peristiwa ini berlangsung sejak tanggal 7 September 1940 hingga Mei 1941. Tanggal 16 Mei 1941 Jerman melancarkan serangan utamanya, ketika lebih dari 100 ton bahan peledak berkekuatan tinggi dijatuhkan pada 16 kota di Britania Raya. London diserang 71 kali, Birmingham, Liverpool dan Plymouth delapan kali, Bristol enam kali, Glasgow lima kali, Southampton empat kali, Portsmouth tiga kali, dan terdapat setidaknya satu serangan besar di delapan kota lainnya.[1]
Ibu kota London dibom oleh Luftwaffe selama 57 malam berturut-turut.[7] Lebih dari satu juta rumah dan bangunan di London hancur atau rusak, dan lebih dari 40.000 jiwa warga sipil tewas, hampir setengah dari penduduk yang menetap di pusat kota London pada saat itu.[4]
Pelabuhan dan pusat-pusat industri di luar London juga diserang; Liverpool, yang merupakan pelabuhan laut utama Atlantik adalah kota terparah yang dibom di luar London, dengan total korban jiwa hampir 4.000 jiwa.[8][9] Kota-kota pelabuhan lain seperti Bristol, Cardiff, Hull, Plymouth, Southampton dan Swansea juga menjadi sasaran Jerman. Kota-kota industri seperti Birmingham, Belfast, Coventry, Glasgow, dan Manchester juga tak luput dari serangan. Birmingham dan Coventry adalah dua kota yang sangat ditargetkan karena menjadi lokasi dari pabrik pesawat tempur Supermarine Spitfire, tank dan amunisi. Pusat kota Coventry nyaris hancur seluruhnya setelah diserang.[10]
Pengeboman itu tidak mencapai tujuan utamanya, yaitu untuk membuat Britania Raya menyerah atau secara signifikan merusak perekonomian dan militer mereka.[11] Sebaliknya, pengeboman selama delapan bulan tersebut sama sekali tidak menghambat perekonomian dan industri Britania Raya dan negara itu tetap melanjutkan peperangan.[12] The Blitz turut memicu Operasi Singa Laut, yaitu rencana invasi Jerman terhadap Britania Raya. Pada bulan Mei 1941, ancaman invasi Jerman atas Britania ini tidak terjadi, dan perhatian Hitler selanjutnya terfokus pada Operasi Barbarossa di Eropa Timur.
Dibandingkan dengan aksi pengeboman yang dilancarkan oleh Sekutu dalam melawan Jerman, korban akibat peristiwa The Blitz ini relatif rendah. Sebagai contoh, Pemboman Hamburg di Jerman mengakibatkan tewasnya warga sipil kurang lebih 42.000 jiwa.[13]
Beberapa alasan telah dikemukakan terkait dengan kegagalan serangan udara Jerman atas Britania. Pertama, Komando Tinggi Luftwaffe (Oberkommando der Luftwaffe, atau OKL) gagal dalam mengembangkan strategi jangka panjang yang koheren untuk menghancurkan industri perang Britania Raya. Kedua, Luftwaffe tidak memfasilitasi pelaksanaan serangan udara stratejik jangka panjang. Selain itu, pasukannya tidak dipersenjatai secara mendalam, dan juga kekuatan dari industri peperangan Britania yang tidak gampang terpuruk.[14]