Konsili Yerusalem | |
---|---|
Waktu | ca kr. 50 M |
Diakui oleh | Sebagian besar denominasi Kristen |
Konsili berikutnya | Konsili-konsili Gereja kuno (pra-ekumenis) dan Konsili Nikea I |
Pemimpin | Tidak terspesifikasi, kemungkinan Yakobus yang Adil dan Simon Petrus |
Pokok bahasan | Perdebatan mengenai penyunatan dan validitas Hukum Musa |
Dokumen dan keputusan | Kutipan-kutipan dari Perjanjian Baru (Kisah Para Rasul dan kemungkinan Surat Galatia |
Daftar kronologis Konsili Ekumene |
Bagian dari seri Gereja Katolik tentang |
Konsili oikumenis |
---|
Abad Klasik (± 50 – 451) |
Abad Pertengahan Awal (431–870) |
Abad Pertengahan Madya dan Abad Pertengahan Akhir (1122–1517) |
Zaman Modern (1545–1965) |
Portal Katolik |
Konsili Yerusalem atau Konsili Apostolik adalah nama yang diberikan belakangan pada sebuah pertemuan di Yerusalem antara utusan jemaat Antiokhia dan para penatua di Yerusalem sekitar tahun 50 Masehi, yang dicatat pada Kitab Kisah Para Rasul Pasal 15 dan tampaknya yang juga dirujuk dalam Surat Paulus kepada jemaat di Galatia Pasal 2. Konsili Yerusalem dianggap unik di antara konsili-konsili kuno pra-ekumenis karena Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks menganggap Konsili Yerusalem sebagai prototipe dan cikal bakal dari konsili-konsili ekumenis, yang kemudian menjadi bagian penting dari Etika Kristen. Konsili memutuskan bahwa orang-orang bukan Yahudi yang bertobat menjadi Kristen tidak diwajibkan untuk menaati sebagian besar Hukum Musa, termasuk aturan-aturan mengenai penyunatan kepada laki-laki. Namun, Konsili tetap mempertahankan larangan makan darah, makan daging yang mengandung darah, daging hewan yang tidak disembelih dengan benar, percabulan, dan penyembahan berhala, hasil dari Konsili tersebut terkadang disebut sebagai Keputusan Apostolik atau Keempat Keputusan Yerusalem.